Ringgit anjlok parah, pengusaha di Malaysia mulai gelisah
Merdeka.com - Ketidakpastian ekonomi global tidak hanya menghantam Indonesia, namun juga Malaysia. Ekonomi negeri jiran kini kesulitan karena nilai tukar Ringgit Malaysia anjlok parah.
Nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika (USD) sempat menyentuh level terendah dalam 17 tahun terakhir. Tidak hanya itu, Ringgit juga melemah terhadap dolar Singapura. Nilai tukar Ringgit menyentuh level RM 4,339 per USD. Terhadap dolar Singapura, Ringgit menyentuh level RM 3,056 per dolar Singapura.
Anjloknya nilai tukar Ringgit, membuat pengusaha di Malaysia gelisah. Banyak pengusaha di sana menahan rencana ekspansi bisnis.
-
Mengapa pengusaha rela mengeluarkan biaya besar? 'Setiap kalori harus berjuang untuk hidupnya,' kata Jhonson.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Bagaimana Jakarta menarik investor? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Kenapa ERP di Jakarta terhambat? 'ERP itu kita masih fokus sama regulasi dan kemarin kendalanya adalah regulasi. Sekarang didorong adalah bagaimana regulasi kita siapkan, tentu dengan stakeholders,' kata Syafrin kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/11).
-
Mengapa Jakarta butuh investasi? Oleh karena itu, dibutuhkan investasi dari dalam dan luar negeri untuk membiayai pembangunan DKI Jakarta.
-
Kenapa kemacetan Jakarta makin parah? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
Data perbankan setempat mengungkap, pengajuan aplikasi pinjaman atau kredit baru untuk usaha di Malaysia melambat semenjak Ringgit dihantam dolar Amerika. Padahal, pengajuan pinjaman untuk bisnis ini merupakan salah satu indikator utama pertumbuhan sektor swasta.
Dilansir dari media Thestar, tiga bankir dari lembaga keuangan terkemuka di Malaysia mengakui bahwa mereka belum menerima permohonan pinjaman atau kredit baru untuk bisnis dalam beberapa pekan terakhir.
"Banyak pengusaha dan perusahaan lebih memilih untuk menunggu karena mereka tidak yakin dengan ekonomi global, dan nilai tukar Ringgit bisa saja terus melemah dalam beberapa bulan mendatang," ucap pejabat perbankan Malaysia yang tidak disebutkan namanya seperti dilansir dari Thestar di Jakarta, Kamis (10/9).
Situasi saat ini diakui sangat berbeda dengan beberapa bulan yang lalu. Tingginya kegiatan usaha membuat pertumbuhan kredit cukup tinggi. Bahkan pinjaman atau kredit pengusaha untuk bisnis melampaui kredit konsumsi.
"Sekarang memang volatilitas sangat tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau pengusaha menahan rencana ekspansi mereka," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi menyebut masih ada pemilik usaha yang takut dikejar pajak
Baca SelengkapnyaMemanasnya kondisi politik di Indonesia dinilai akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi di tanah air.
Baca SelengkapnyaKusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga tidak sepakat dengan pernyataan Erick Thohir kepada BUMN untuk memanfaatkan momen pelemahan Rupiah dengan memborong dolar AS.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberi sambutan saat groundbreaking Hotel Nusantara, Penajam Paser Utara, Kamis (21/9)
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca Selengkapnya"Ketika nilai Rupiah melemah, harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat yang diimpor akan meningkat," ucap Andi.
Baca SelengkapnyaPer 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca Selengkapnya