Survei OJK, laki-laki dominasi pemahaman dan pengguna jasa keuangan
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), ada hal unik di mana kaum laki-laki ternyata cenderung lebih memahami dan menjadi pengguna terbesar produk jasa keuangan. Hal ini terjadi di sejumlah sektor jasa keuangan.
Deputi Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Anggar B. Nuraini, mengatakan sesuai survei yang dilakukan di 2016 total kaum laki-laki yang paham soal layanan jasa keuangan mencapai 33,52 persen untuk laki-laki dan hanya 25,69 persen perempuan. Sedangkan, untuk inklusi atau pengguna jasa keuangan, 69,50 persen merupakan kaum laki-laki sedangkan perempuan hanya 66,09 persen.
"Padahal yang menjadi menteri keuangan dalam rumah tangga itu ibu-ibu, tapi yang lebih paham tentang jasa keuangan malah laki-laki. Malah banyak bapaknya yang pergi ke pegadaian," kata Anggar di Jakarta, Selasa (24/1).
-
Mengapa OJK fokus pada perempuan? 'Perempuan sebagai ‘bendahara’ dan guru pertama bagi anak dalam keluarga. Selain itu, banyak perempuan berprofesi sebagai guru dan pelaku UMKM. Sehingga, peningkatan pengetahuan pengelolaan keuangan menjadi keterampilan penting untuk dikuasai oleh perempuan.
-
Mengapa OJK fokus pada literasi dan inklusi keuangan? 'Kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada dua hal kalau dilihat dari aspek keuangan, yaitu literasi atau mengerti bagaimana harus memahami risiko, dan inklusi yaitu masyarakat harus mudah untuk berurusan dan mengakses lembaga jasa keuangan,' kata Dian, Sabtu (28/10) malam.
-
OJK sebut kondisi apa di sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana cara OJK meningkatkan literasi keuangan? OJK telah meluncurkan program Desaku Cakap Keuangan dan Sobat Sikapi Mahasiswa yang bertujuan untuk menjadi duta edukasi keuangan di masyarakat.
-
Bagaimana OJK melibatkan masyarakat dalam edukasi keuangan? Kegiatan The Jewel of Central Java merupakan bentuk kolaborasi dan sinergi bersama untuk terus memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat Jawa Tengah serta dikemas dalam bentuk edukasi keuangan melalui kesenian daerah agar lebih menarik minat dan dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
-
Siapa yang menjadi target utama edukasi OJK? Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi perempuan, guru dan pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
Dirinya merinci, untuk literasi keuangan di sektor perbankan, 32,7 persen kaum laki-laki mengaku paham sedangkan perempuan 25,04 persen. Sedangkan, sektor asuransi, laki-laki yang paham mencapai 18,44 persen sedangkan perempuan 13,01 persen.
"Untuk lembaga pembiayaan, laki-laki masih mendominasi sebanyak 15,99 persen dan untuk perempuan 10,2 persen. Dana pensiun, laki-laki 13,10 persen, perempuan 8,65 persen," jelasnya.
Di sektor pegadaian, laki-laki yang paham mencapai 19,97 persen dan untuk perempuan mencapai 15,61 persen. Di pasar modal, laki-laki mencapai 5,37 persen sedangkan perempuan 3,39 persen.
Sedangkan, untuk BPJS Kesehatan, laki-laki yang paham mencapai 32,01 persen dan untuk perempuan 24,46 persen. BPJS Ketenagakerjaan 13,51 persen untuk laki-laki kemudian 8,47 persen perempuan.
Sementara, terkait inklusi atau penggunaan jasa keuangan, untuk perbankan tercatat laki-laki sebagai pengguna mencapai 65,89 persen sedangkan perempuan hanya 61,30 persen. Di asuransi, 13,79 persen laki-laki dan 10,31 persen perempuan. Di lembaga pembiayaan, laki-laki mencapai 12,80 persen untuk perempuan hanya 10,88 persen.
Di dana pensiun laki-laki 4,67 persen dan perempuan 4,65 persen. Di pegadaian, pengguna perempuan mengungguli mencapai 11,13 persen dan laki-laki 9,89 persen.
Di pasar modal, pengguna laki-laki sebesar 1,76 persen dan perempuan 0,82 persen. "BPJS Kesehatan, laki-laki yang paham 65,16 persen sedangkan perempuan hanya 62,47 persen. BPJS Ketenagakerjaan laki-laki 6,03 persen dan perempuan hanya 4,04 persen," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil SNLIK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen. Sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.
Baca SelengkapnyaPaylater kini menjadi metode pembayaran yang inklusif dan diterima secara luas.
Baca SelengkapnyaOJK berkomitmen akan terus mengedukasi masyarakat mengenai sektor jasa keuangan pada berbagai aspek.
Baca SelengkapnyaPihaknya memberikan edukasi finansial kepada masyarakat termasuk pengenalan produk keuangan, dan manajemen keuangan dalam kehidupan setelah pernikahan.
Baca Selengkapnyaindeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan terhadap produk dan layanan keuangan.
Baca SelengkapnyaSedangkan indeks literasi keuangan syariah tercatat lebih rendah mencapai 39,11 persen dan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.
Baca SelengkapnyaSetiap perempuan dapat merencanakan masa depan dan mewujudkan keamanan finansial, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.
Baca SelengkapnyaMenteri Bintang mengatakan perempuan adalah kekuatan bangsa yang akan menentukan pembangunan Indonesia di masa depan.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan secara aktif terus mendorong peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, tingkat inklusi keuangan di Indonesia masih rendah.
Baca SelengkapnyaFriderica mengharapkan perempuan yang terliterasi dengan baik akan mampu menggunakan produk dan layanan jasa keuangan secara bijak.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca Selengkapnya