Tren Bersepeda Meningkat, Pengusaha Konveksi Kebanjiran Pesanan Kaos
Merdeka.com - Pandemi covid-19 menjadi masa terberat bagi masyarakat. Khususnya bagi karyawan yang kerap menerima gaji bulanan dan terlebih bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Meski demikian, hidup dalam kondisi serba terjepit, membawa Ahmad Tartusi (33), menjadi semakin mandiri dan kreatif. Dari situasi sulit itu, dia berhasil merancang kehidupannya menjadi lebih baik.
"Kalau saya menjadi lebih kreatif dan lebih berani kalau sudah dalam kondisi sulit atau terjepit," ucap pemilik usaha Dokter Sablon dan Konveksi, Ahmad Tartusi atau yang lebih akrab disapa Adhoy, di rumahnya di Jalan Raya PLP Curug, Desa Kemuning, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Jumat (30/10).
Pemuda desa yang saat ini bekerja sebagai tenaga guru honorer di SD Negeri di Kabupaten Tangerang tersebut, mengaku justru kelimpahan berkah dari masa Pandemi Covid-19 yang menjadikan banyak kalangan saat ini, mengilai olahraga terutama bersepeda.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Bagaimana Mistiyati bertahan di masa pandemi? Mistiyati kemudian mencoba mengubah cara berjualannya, demi bisa bertahan di tengah pembatasan sosial. Mistiyati kemudian mencoba mengubah cara berjualannya, demi bisa bertahan di tengah pembatasan sosial. Mistiyati kemudian mencoba mengubah cara berjualannya, demi bisa bertahan di tengah pembatasan sosial.
-
Kenapa Aan mulai usaha di masa pandemi? Aan menuturkan bahwa usahanya ini dia rintis beberapa waktu lalu saat mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Saat itu dirinya tengah pulang kampung ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan mengisi waktu dengan membuat kreasi tas jinjing perempuan.
-
Bagaimana cara menghadapi kesulitan hidup? “Jangan pernah merasa sepi tau bahkan sendiri, karena sejatinya kita tidak benar-benar sendiri. Masih ada Tuhan yang menemani kita.”
-
Kenapa hidup ini penuh tantangan? Life is 10% what happens to us and 90% how we react to it. - Charles R. Swindoll (Hidup ini adalah 10% apa yang terjadi pada kita dan 90% bagaimana kita bereaksi terhadapnya)
-
Bagaimana Ahmad mengatasi kesulitan keuangan di awal berbisnis? Dengan modal awal yang terbatas, Ahmad bertekad untuk membangun usahanya dengan sungguh-sungguh. Dia memulai bisnis bernama Mitraku, menjual bahan dan kemasan yang menarik, dengan tujuan menjawab kebutuhan masyarakat.
"Beberapa minggu diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), bisa dibilang tidak ada pesanan. Tapi setelahnya alhamdulillah, terutama saat orang pribadi atau kelompok banyak yang suka gowes (bersepeda)," ungkap Ayah satu anak ini.
Komunitas pesepeda yang belakangan banyak bermunculan, menjadikan usaha konveksi dan sablonnya meroket. Pesanan kaos komunitas sepeda yang dia terima hingga saat ini naik sampai 90 persen.
"Naik tajam, sampai 90 persen. Ini berkah luar biasa dari kebiasaan masyarakat yang ingin sehat, terutama olahraga sepeda," terangnya.
Berdampak Lebih
Adhoy mengaku, peningkatan pesanan pembuatan kaos yang dia geluti sejak tahun 2011 itu, juga berdampak luar biasa bagi lingkungan dan keluarganya. Karena saat ini dia telah mampu mempekerjakan 11 orang karyawan.
"Bahkan pada saat pesanan naik lebih tinggi lagi, saya ajak orang sekitar kerja lepas. Jadi berkahnya bukan cuma buat saya dan keluarga. Tapi juga masyarakat sekitar, teman-teman saya yang sebelumnya kerja di pabrik terus di PHK karena Pandemi, akhirnya bisa bekerja kembali," ucap dia.
Dalam berbisnis, Adhoy mengaku selalu mengutamakan kepuasan setiap pelanggannya, karena dari mulut pelanggan-pelanggannya itu, usahanya semakin maju. Selain, didukung juga dari pemasaran melalui media sosial dan jejaring komunitas di lingkungan sekolah dan keluarganya.
"Intinya itu kepuasan pelanggan. Karena kebanyakan yang pesan selain tahu dari medsos juga tahu dari mulut-mulut langganan saya. Kelebihan lainnya, harga kami sangat bersaing, bahan yang digunakan premium dan waktu kerja yang selalu tepat waktu," ungkap dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat hidup di jalanan, kini pria ini mampu bangkit dari keterpurukan dan berhasil membangun usaha sablon.
Baca SelengkapnyaTidak hanya sukses dalam bisnis, ia juga menjalani transformasi spiritual yang membawa dirinya menjadi seorang mualaf setelah belasan tahun menjadi non muslim.
Baca SelengkapnyaPerusahaan logistik Achmadi kini memiliki 200 klien yang kebanyakan merupakan perusahaan asal Jepang.
Baca SelengkapnyaKesuksesan ritel ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi Ahmad, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaSosok pengusaha sukses ini dulunya sempat hidup serba susah, pernah bekerja sebagai kernet angkot sampai sang ibunda dihina oleh tetangganya sendiri.
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaWalaupun sempat terpuruk, sang owner punya jurus jitu untuk bangkit dari keterpurukan
Baca SelengkapnyaOrang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
Baca SelengkapnyaDulu semuanya dikerjakan sendiri, ia bahkan rela jadi model iklan usahanya karena tak punya biaya untuk sewa model.
Baca SelengkapnyaPeran orangtua Mahfud sangat besar dalam titik pencapaiannya hari ini.
Baca SelengkapnyaDengan penuh kerja keras dan diiringi dengan doa, ia berhasil mengangkat derajatnya dan juga keluarga menjadi sosok pebisnis mobil sukses.
Baca SelengkapnyaUsaha ini sudah dimulai sejak masa Pandemi Covid-19 dengan modal yang minim.
Baca Selengkapnya