Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tren suku bunga rendah berakhir, begini kondisi perbankan RI dari 2013 hingga kini

Tren suku bunga rendah berakhir, begini kondisi perbankan RI dari 2013 hingga kini

Merdeka.com - Tren suku bunga rendah sudah berakhir dan memasuki rezim suku bunga yang tinggi. Biro Riset Infobank (birI) mencatat, periode 2014-2016 merupakan masa konsolidasi bagi perbankan dengan terjadinya penurunan kinerja yang sangat signifikan.

Direktur Biro Riset Infobank, Eko B Supriyanto mengatakan, penghentian kebijakan quantitative easing dan dinaikkannya Fed Fund Rate atau suku bunga The Fed oleh The Federal Reserve (The Fed) memberikan tekanan ke perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.

"Bank Indonesia (BI) pun mengambil langkah menaikkan suku bunga acuan untuk mempertahankan daya tarik suku bunga bagi para investor di Indonesia," kata Eko dalam sebuah acara diskusi di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (28/8).

Orang lain juga bertanya?

Dia mengungkapkan, sebelum berganti dengan BI 7-day (Reverse) Repo Rate pada 2016, suku bunga acuan BI atau BI rate naik 200 bps pada periode Juni 2013 hingga Januari 2015 dengan posisi tertinggi di level 7,75 persen.

Kenaikan suku bunga memberikan tekanan ke bisnis perbankan terutama dari sisi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit, pun rasio kredit bermasalah (NPL).

Biro Riset Infobank mencatat, pertumbuhan DPK perbankan yang masih tumbuh 13,60 persen pada 2013 terus anjlok menjadi cuma tumbuh 12,29 persen pada 2014, bahkan sampai ke pertumbuhan satu digit 7,26 persen pada 2015 dan 9,60 persen pada 2016.

Sementara itu, dari sisi pertumbuhan kredit terjun bebas dari sebelumnya bisa mencapai 21,80 persen pada 2013, menjadi hanya 11,65 persen pada 2014, kembali turun jadi hanya tumbuh 10,40 persen pada tahun berikutnya. Pada 2016, pertumbuhan kredit bahkan anjlok ke satu digit menjadi 7,85 persen.

Sedangkan dari kualitas kredit, birI mencatat terjadi penurunan di mana NPL gross yang sebelumnya di level 1,77 persen pada 2013, meningkat menjadi 2,16 persen pada 2014. Pada dua tahun berikutnya, NPL kembali membengkak menjadi 2,49 persen dan 2,93 persen. Penurunan kinerja membuat raihan laba bersih perbankan cuma tumbuh 5,16 persen pada 2014, bahkan sempat turun 6,76 persen pada 2015 di mana industri ramai-ramai meningkatkan pencadangan seiring dengan terjadinya kenaikan NPL.

Masuk tahun 2017, kinerja perbankan mulai kembali stabil, kendati pada periode Januari hingga Mei NPL tembus level 3 persen. Namun pada akhir tahun kualitas kredit membaik ke tingkat 2,59 persen. Sementara dari sisi pertumbuhan kredit membaik dibanding tahun sebelumnya ke level 8,35 persen.

Pada tahun 2018, daya tahan industri perbankan kembali diuji dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed yang telah diantisipasi BI dengan menaikkan BI 7-day (Reverse) Repo Rate sebesar 125 bps sepanjang Mei-Agustus ke level 5,50 persen. Dari sisi DPK, pertumbuhannya baru mencapai 6,99 persen dalam setahunan per Juni 2018. Kinerja perkreditan masih oke dengan pertumbuhan 11,10 persen dengan tingkat NPL 2,67 persen. Namun dari sisi permodalan, industri perbankan masih sangat kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) di level 21,97 persen.

"Bank-bank akan menaikkan suku bunga sebagai antisipasi untuk mempertahankan NIM. Tapi, tentu akan menaikkan risiko kredit bermasalah. Saya yakin credit at risk bank akan naik. Risiko terbesar ada di nasabah karena nilai tukar dan pukulan suku bunga tinggi. Salah satu cara termudah adalah meningkatkan dana murah dan meningkatan efisiensi operasional," ujarnya.

Dalam kesempatan serupa, Direktur BTN, R. Mahelan Prabantarikso menyatakan industri perbankan harus mulai lihai mencari cara dan menyiapkan strategi dalam menjalankan bisnisnya.

"Era suku bunga tinggi mendorong bank untuk meningkatkan efisiensi sekaligus governance agar tetap dapat mencetak keuntungan," ujarnya.

Sedangkan Executive Director & CEO IPMI International Business School, Jimmy Gani menilai tingginya suku bunga kredit perbankan yang mencapai dua digit mendongkrak biaya produksi perusahaan sehingga akan menurunkan daya saing produk lokal di perdagangan international.

"Tingginya suku bunga kredit membuat biaya pendanaan usaha juga meningkat. Sementara, suku bunga kredit yang ada saat ini sudah relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya."

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?

Rupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan

Baca Selengkapnya
Prediksi Bank Indonesia: The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lebih Besar Hingga Akhir Tahun
Prediksi Bank Indonesia: The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lebih Besar Hingga Akhir Tahun

Proyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.

Baca Selengkapnya
Bos BI: Situasi Global Berubah Sangat Cepat, Ekonomi Diperkirakan Melambat
Bos BI: Situasi Global Berubah Sangat Cepat, Ekonomi Diperkirakan Melambat

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan alasan naiknya suku bunga jadi 6 persen.

Baca Selengkapnya
Menkeu Sri Mulyani Beberkan Sederet Dampak Positif dari Penurunan Suku Bunga The Fed
Menkeu Sri Mulyani Beberkan Sederet Dampak Positif dari Penurunan Suku Bunga The Fed

Saat ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.287 per USD, menunjukkan penguatan signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Penurunan Inflasi Indonesia  Tercepat di Dunia
Penurunan Inflasi Indonesia Tercepat di Dunia

Tingkat inflasi hingga bulan Juli, sudah turun hingga angka 3,08 persen.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Prediksi Suku Bunga The Fed Bakal Turun 3 Kali di Tahun 2024
Bank Indonesia Prediksi Suku Bunga The Fed Bakal Turun 3 Kali di Tahun 2024

proyeksi penurunan suku bunga ini berdasarkan hasil analisis dengan sejumlah pelaku pasar keuangan.

Baca Selengkapnya
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia

Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya
Bank Indonesia Pede Kurs Rupiah Bakal Menguat, Ini Dia Pemicunya

Pelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan

Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Melemah ke Level Rp16.500 per USD di Perdagangan Hari Ini
Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Melemah ke Level Rp16.500 per USD di Perdagangan Hari Ini

Melansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini 5 Alasan Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Jadi 6 Persen
Ternyata Ini 5 Alasan Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Jadi 6 Persen

Perry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Akhirnya Turunkan Suku Bunga Acuan ke Level 6,00 Persen, Simak Pertimbangannya
Bank Indonesia Akhirnya Turunkan Suku Bunga Acuan ke Level 6,00 Persen, Simak Pertimbangannya

Penurunan suku bunga ini bagian dari upaya penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya