Waspada, Dunia Terancam Alami Krisis Pasokan Minyak
Merdeka.com - Dunia diingatkan ancaman krisis pasokan minyak. Salah satu penyebabnya karena sebagian besar perusahaan takut berinvestasi di sektor ini. Perusahaan takut menghadapi tekanan energi hijau.
Hal ini dikatakan kepala Saudi Aramco, Amin Nasser seraya menambahkan bahwa pihaknya tidak dapat memperluas kapasitas produksi lebih cepat dari yang dijanjikan.
Amin Nasser, kepala produsen minyak terbesar dunia mengatakan bahwa dia berpegang teguh pada target peningkatan kapasitas menjadi 13 juta barel per hari dari 12 juta barel saat ini pada 2027, meskipun ada seruan untuk melakukannya lebih cepat.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Apa dampak sentimen negatif pada saham? Berbeda jika sentimen pasar mulai berubah ke arah negatif. Misalnya saat perusahaan terkena kasus yang membuat kepercayaan investor hilang. Mereka mungkin sesegera mungkin menjual sahamnya. Dengan pasokan saham berlebih, harga yang ditawarkan otomatis akan turun.
-
Mengapa BPH Migas dorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa,' imbuhnya.
-
Kenapa Pertamina menyiapkan stok minyak mentah? Di sektor pengolahan, PT Kilang Pertamina Internasional memastikan stok minyak mentah dengan volume 25,5 hari dan kapasitas pengolahan mencapai 908 ribu barrel per hari.
-
Apa yang membuat orang takut? Melihat layar kapal viking di kejauhan saja sudah membuat orang-orang ketakutan.
"Dunia berjalan dengan kapasitas cadangan kurang dari 2,0 persen. Sebelum Covid, industri penerbangan mengonsumsi 2,5 juta barel per hari. Jika industri penerbangan menambah kecepatan, Anda akan menghadapi masalah besar," kata Nasser di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos dikutip dari Antara, Selasa (24/7).
"Apa yang terjadi di Rusia-Ukraina menutupi apa yang akan terjadi. Kami mengalami krisis energi karena kurangnya investasi. Dan itu mulai menggigit setelah pandemi," tambahnya.
Nasser mengatakan, pembatasan Covid di China tidak akan bertahan lama, dan oleh karena itu permintaan minyak global akan melanjutkan pertumbuhannya.
Arab Saudi saat ini memproduksi 10,5 juta barel per hari, atau setiap sepersepuluh barel di dunia, dan kemungkinan akan meningkatkan produksi menjadi 11 juta barel per hari akhir tahun ini ketika pakta yang lebih luas antara OPEC dan sekutu seperti Rusia berakhir.
Riyadh telah menghadapi seruan dari Barat untuk meningkatkan produksi lebih cepat dan memperluas kapasitas lebih cepat untuk membantu memerangi krisis energi.
"Jika kami bisa melakukannya (memperluas kapasitas) sebelum 2027 kami akan melakukannya. Ini yang kami katakan kepada pembuat kebijakan. Itu butuh waktu".
Masalah Emisi Karbon
Nasser juga mengatakan, dialog antara industri minyak dan pembuat kebijakan mengenai transisi dari bahan bakar fosil ke energi yang tidak menghasilkan emisi karbon telah bermasalah.
"Saya tidak berpikir ada banyak dialog konstruktif yang terjadi. Di area tertentu kami tidak dibawa forum diskusi. Kami tidak diundang ke COP di Glasgow," katanya merujuk pada konferensi iklim PBB tahun lalu di Glasgow, Skotlandia.
Dia juga mengatakan pesan tahun lalu dari Badan Energi Internasional (EIA) bahwa permintaan minyak dunia akan turun dan tidak ada investasi baru dalam bahan bakar fosil yang diperlukan berdampak besar.
"Kami membutuhkan dialog yang lebih konstruktif. Mereka mengatakan kami tidak membutuhkan Anda pada 2030, jadi mengapa Anda pergi dan membangun proyek yang memakan waktu 6-7 tahun. Pemegang saham Anda tidak akan mengizinkan Anda melakukannya".
Oleh karena itu, proses transisi energi seringkali terbukti kacau dan mengganggu. "Tidak ada rencana yang bagu ketika Anda tidak memiliki rencana B, jangan menjelek-jelekkan rencana A," katanya.
"Tekanan dan retorikanya adalah, jangan berinvestasi, Anda akan memiliki aset yang turun nilainya. Itu membuat CEO sulit untuk melakukan investasi."
Cadangan Gas Tak Digunakan
Apa yang disebut teori stranded asset (aset yang mengalami penurunan nilai) adalah gagasan bahwa cadangan minyak dan gas yang signifikan dibiarkan tidak digunakan karena dibutuhkan lebih lama.
Nasser mengatakan, kesalahan langkah selama transisi energi global hanya akan mendorong penggunaan batu bara yang lebih besar oleh banyak negara Asia.
"Bagi pembuat kebijakan di negara-negara itu, prioritasnya adalah menyediakan makanan untuk rakyatnya. Jika batu bara dapat melakukannya setengah harga, mereka akan melakukannya dengan batu bara".
Dia mengatakan, Aramco, di mana Arab Saudi adalah pemegang saham utama, berbeda karena berinvestasi dalam bahan bakar fosil dan transisi energi.
"Itulah perbedaan kami dari yang lain. Tapi apa yang kami tambahkan tidak cukup untuk memenuhi keamanan energi dunia."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca SelengkapnyaMengingat salah satu negara importir minyak mentah terbesar di dunia yakni, Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaTransisi energi menuju energi batu terbarukan bakal berdampak pada konsumsi energi fosil yang dinilai tidak ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaTekanan tersebut makin serius dirasakan dampaknya karena sekarang industri ini sulit mendapatkan pendanaan.
Baca SelengkapnyaSederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaSelain berisiko memicu peperangan lebih besar, Arifin tak ingin harga minyak dunia meroket.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaAkibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDia juga mengajak masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca Selengkapnya