Punya Rumah Mewah Senilai Rp80 Miliar, Ternyata Segini Pendapatan Ustaz Solmed Sebagai Pendakwah
Ustaz Solmed mengungkapkan pendapatnya mengenai honorarium untuk ceramah.
Ustaz Solmed, seorang pendakwah yang terkenal, kini menjadi topik hangat di media sosial akibat rumahnya yang sangat mewah dengan harga mencapai Rp80 miliar. Banyak orang yang penasaran tentang sumber penghasilan Ustaz Solmed, khususnya tentang tarif yang ia terima untuk setiap ceramah yang dilakukannya.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di kanal YouTube Reyben Entertainment, Ustaz Solmed memberikan pandangannya terkait masalah tarif ceramah. Ia menyatakan meskipun tidak memiliki tarif yang tetap, ia selalu mendapatkan bayaran yang memuaskan.
- Intip Isi Rumah Ustaz Solmed Seharga Rp150 Miliar, Ada Musolah, Bioskop hingga Pom Bensin Pribadi
- Tarif Ceramah Ustaz Solmed Terbongkar, Ada Alasan di Balik Imbalan yang Diterima
- Deretan Sumber Kekayaan Ustaz Solmed yang Kini Dipantau Ditjen Pajak, Punya Rumah Super Luas Capai Puluhan Miliar
- Punya Rumah Rp150 M, Ini Dereten Bisnis Ustaz Solmed
"Saya tidak pernah menarif, tapi yakinlah saya dibayar," ujarnya, mengutip Wartakotalive dikutip Jumat (1/11).
Sumber Pendapatan Ustaz Solmed
Ustaz Solmed dikenal sebagai seorang pendakwah sekaligus pengusaha yang berhasil. Ia terlibat dalam berbagai jenis usaha, seperti bisnis rokok, kopi, serta transaksi jual beli tanah dan properti. Sumber penghasilan Ustaz Solmed tidak hanya berasal dari ceramah yang ia lakukan, tetapi juga dari beragam bisnis yang ia jalankan.
"Jadi banyak pundi-pundi rupiah yang bisa didulang," ujarnya.
Ustaz Solmed juga menekankan pentingnya pengelolaan yang efektif terhadap berbagai sumber pendapatan sebagai kunci untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Ia yakin dengan mengelola uang dari bisnis yang ada, ia dapat meraih keuntungan yang lebih besar.
Bayaran Ceramah Ustaz Solmed
Ketika ditanyakan tentang tarif untuk ceramahnya, Ustaz Solmed menyatakan ia tidak memiliki tarif yang tetap dan lebih memilih untuk menyerahkan masalah pembayaran kepada pihak yang mengundangnya.
"Jadi misalnya kita mau ada slametan atau apa mau undang ceramah sekitar setengah jam lah. Itu gimana?" tanya Rey Utami.
Ustaz Solmed kemudian menjelaskan ia mengadopsi prinsip "Bijak sana, bijak sini" dalam proses negosiasi tarif. Ia memberikan contoh saat diundang oleh Rey Utami, di mana pihaknya tidak melakukan negosiasi tarif yang ketat.
"Itu kan bukan menarif. Tapi itu orang berani memberikan sesuatu dan mereka ikhlas," ungkapnya.
Bukan Jual Beli Ilmu
Dalam sebuah wawancara, Ustaz Solmed menekankan ia tidak memperdagangkan ilmunya meskipun menerima honorarium untuk ceramah yang disampaikannya.
"Orang bilang, 'Anda jual ilmu'. No, ilmu terlalu mahal untuk dijualbelikan," ungkapnya dengan tegas.
Ia menjelaskan uang yang diterima lebih sebagai bentuk kompensasi atas usaha dan waktu yang telah diinvestasikan untuk hadir di acara tersebut.
"Lu bayar capek gue," ujarnya, menyoroti biaya perjalanan dan waktu yang dikorbankan demi memberikan ceramah.
Ustaz Solmed juga menekankan pentingnya memberikan ilmu dengan tulus, tanpa membebani orang lain dengan biaya yang tinggi. Dalam pandangannya, keikhlasan dalam berbagi ilmu adalah hal yang utama, dan bukan sekadar mencari keuntungan materi.
Tidak Ada Tarif Khusus
Ustaz Solmed menyatakan ia tidak menetapkan tarif tetap untuk setiap ceramah yang dilakukannya. Ia lebih memilih untuk membiarkan pihak yang mengundangnya menentukan besaran bayaran, sehingga pembayaran tersebut dapat bersifat ikhlas dari jamaah atau panitia yang hadir.
Dengan pendekatan ini, Ustaz Solmed berharap dapat memberikan kebebasan kepada para pengundang untuk memberikan imbalan sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan mereka. Hal ini juga mencerminkan prinsipnya bahwa nilai sebuah ceramah tidak hanya diukur dari segi materi, tetapi juga dari niat dan keikhlasan hati dalam berbagi ilmu.
Ustaz Solmed menekankan pentingnya semangat berbagi dalam setiap ceramah yang disampaikannya. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki cara dan kapasitas yang berbeda dalam memberikan dukungan, dan hal ini seharusnya dihargai tanpa adanya paksaan.