AJI Temukan 69 Jenis Konten Medsos di Indonesia Lebih Pro Rusia Soal Invasi Ukraina
Dari 69 jenis konten ini, mereka mengelompokkan ada tujuh kategori narasi pro Rusia yang beredar seperti; kedekatan Rusia dan Indonesia, situasi Eropa atau AS, situasi konflik, kondisi pemerintah Ukraina, kedekatan Rusia dengan Islam, peran Presiden Jokowi atau Indonesia dan kondisi korban dan pengungsi.
Invasi Rusia di Ukraina berlangsung hampir setahun. Perang masih berlangsung dan belum ada tanda kapan akan berakhir.
Sejak Rusia menyerang Ukraina, dampaknya tidak hanya dirasakan di tingkat regional, tapi juga global. Di Indonesia, kecenderungan masyarakat lebih pro Rusia, ini terlihat dari berbagai konten yang beredar di media sosial.
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti Rusia di Punggung Bukit Atlantik Tengah? Mereka menangkap ikan yang tampak mirip dengan yang ditemukan di Kanada. Setelah para peneliti mengataminya lebih dekat, ikan tersebut memiliki kepala berukuran sedang, mata “sangat kecil” yang memiliki pupil tetapi tidak memiliki lensa dan gigi melengkung.
-
Siapa yang mengamankan Bule Rusia tersebut? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ika Ningtyas, yang juga terlibat dalam tim pemeriksa fakta (fact-checker), menemukan ada 69 jenis konten dengan narasi berbeda terkait invasi Rusia di Ukraina. Konten ini beredar di media sosial, khususnya di kalangan warganet Indonesia.
Ika mengatakan, dari 69 jenis konten ini, mereka mengelompokkan ada tujuh kategori narasi pro Rusia yang beredar seperti; kedekatan Rusia dan Indonesia, situasi Eropa atau Amerika Serikat (AS), situasi konflik, kondisi pemerintah Ukraina, kedekatan Rusia dengan Islam, peran Presiden Joko Widodo atau Indonesia, dan kondisi pengungsi dan korban.
Ika mencontohkan, banyak konten yang menyatakan bahwa Indonesia mendukung invasi Rusia di Ukraina. Selain itu muncul pula narasi bahwa Rusia siap mengerahkan rudal atau senjata nuklir ke Eropa atau AS.
"Video-video lama yang tidak terkait dengan invasi tapi diklaim bagian dari invasi Rusia ke Ukraina. Ada juga yang membahas kehebatan Rusia dan Ukraina selalu kalah," paparnya dalam seminar Misinformasi dan Disinformasi Seputar Invasi Rusia ke Ukraina di Jakarta Pusat, Rabu (8/2).
Selain itu banyak juga konten disinformasi bahwa Putin masuk Islam dan akan menyerang Israel. Ika juga menemukan banyak video parodi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Menurutnya ini sangat disayangkan, seolah-olah dengan parodi ini, orang tidak perlu berempati pada korban perang.
Dia menambahkan, disinformasi yang beredar sangat masif dan ini mempengaruhi persepsi publik dan pemerintah di suatu negara. Menurutnya, masyarakat Indonesia kemudian menjadi lebih bersimpati ke Rusia daripada Ukraina yang menjadi sasaran agresi.
Dari berbagai konten yang beredar ini, Ika mengatakan 90 formatnya berupa video panjang. Konten ini beredar di berbagai platform seperti YouTube, TikTok, Telegram, Facebook, dan Twitter.
Pihaknya juga mengidentifikasi ada tiga jenis akun penyebar disinformasi ini yaitu akun baru tanpa identitas yang dibuat tak lama setelah invasi, akun lama yang fokus pada militer, dan akun warganet yang pro Rusia.
Sementara itu, menurut Akademisi Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, maraknya disinformasi itu salah satunya karena kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia tentang hubungan Rusia-Ukraina. Selain itu, pakar atau akademisi yang khusus mempelajari persoalan Rusia-Ukraina juga masih jarang di Indonesia.
Radityo mengatakan, saat awal invasi, beredar narasi yang menganalogikan Perang Rusia-Ukraina seperti konflik suami istri.
"Analogi itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi selama sekian tahun. Itu bagian disinformasi. Penyebab perang tidak hanya satu (aspek) tapi banyak," jelasnya.
Dia juga mengkritisi media yang tidak memberi porsi pemberitaan yang cukup tinggi terhadap korban.
"Ini sangat jarang ditemui, menjelaskan dari sudut pandang korban," ujarnya.
Selain itu, dia juga menyinggung soal penggunaan terminologi oleh media. Ada media yang hanya menyebut konflik antara Rusia-Ukraina, bukan invasi, padahal jelas tindakan Rusia adalah agresi oleh satu pihak.
Bagaimana dampak disinformasi ini terhadap Ukraina?
Pakar komunikasi strategis dari Ukraina, Liubov Tsybulska mengatakan, dampaknya adalah banyak orang Ukraina yang terbunuh. Menurutnya disinformasi ini adalah bagian dari propaganda Rusia.
"Implikasi misinformasi sangat terasa. Karena itulah media perlu tim fact checker (pemeriksa fakta," pungkasnya.
(mdk/pan)