Australia mengaku data militernya dicuri peretas dalam jumlah besar
Mereka meyakini kalau hal itu tidak membahayakan keamanan negara. Peretasan diduga dilakukan sejak Juli tahun lalu. Namun, mereka baru menyadarinya lima bulan kemudian.
Pemerintah Australia mengaku kalau data lunak penting tentang militer mereka dicuri dalam jumlah besar. Namun, mereka meyakini kalau hal itu tidak membahayakan keamanan negara.
Dilansir dari laman BBC, Kamis (12/10), Menteri Industri Pertahanan Australia, Christopher Pyne, mengatakan data lunak militer diretas dan dicuri itu sebesar 30 GB. Meliputi rincian tentang program tempur terpadu jet tempur F-35, pesawat angkut C130, pesawat intai P-8 Poseidon, serta beberapa kapal perang. Data itu dikelola oleh perusahaan dikontrak pemerintah.
Menurut Direktorat Informatika Australia (ASD), peretasan diduga dilakukan sejak Juli tahun lalu. Namun, mereka baru menyadarinya lima bulan kemudian. Mereka menjuluki peretas dengan kode 'Alf'.
"Pelakunya bisa saja satu atau beberapa pihak. Termasuk perseorangan atau dilakukan negara tertentu," kata Pyne.
Manajer Penanggulangan ASD, Mitchel Clarke, menyatakan peretasan itu dilakukan dengan sangat ekstrem dan luas. Menurut dia, peretas sangat cerdik dengan memanfaatkan kelemahan dalam perangkat lunak dipakai oleh kontraktor. Sebab, perangkat itu belum dimutakhirkan selama 12 bulan. Bahkan kata kuncinya pun belum diubah.
Clarke menyatakan mulai membenahi sistem pendataan sebulan setelah peretasan. Dengan terjadinya insiden ini, Pyne mengatakan pemerintah Australia bakal mencari kontraktor baru buat mengurus keamanan data negara.
"Beruntung data dicuri adalah data komersil, dan bukan rahasia militer. Namun itu tetap membahayakan dan kami akan memperbaiki itu," ujar Pyne.