Bagaimana 367 Penumpang Japan Airlines yang Terbakar Bisa Diselamatkan dalam 90 Detik? Begini kata Ahli
Pesawat ini membawa 367 penumpang dan 12 kru dan semuanya selamat tanpa luka parah.
Pesawat ini membawa 367 penumpang dan 12 kru dan semuanya selamat tanpa luka parah.
- Gaji Pilot Japan Airlines Ditaksir Mencapai Rp2 Juta per Jam
- FOTO: Beginilah Kondisi Pesawat Japan Airlines Usai Terbakar Hebat di Bandara Haneda: Hangus dan Hancur
- Kecelakaan Pesawat di Jepang Sangat Minim, Hanya 2 Kasus dalam 10 Tahun
- VIDEO: Detik-Detik Pesawat Japan Airlines Terbakar Saat Mendarat di Tokyo, Penumpang Lompat Kocar-Kacir
Bagaimana 367 Penumpang Japan Airlines yang Terbakar Bisa Diselamatkan dalam 90 Detik? Begini kata Ahli
Pesawat Japan Airlines terbakar hebat saat mendarat pada Selasa (2/1) petang di bandara Haneda, Tokyo. Pesawat terbakar setelah bertabrakan dengan pesawat patroli laut yang ukurannya lebih kecil.
Kendati mengalami kebakaran cukup besar, tapi syukurnya 367 penumpang dan 12 kru berhasil dievakuasi dan selamat. Dilansir Channel News Asia, Rabu (3/1), kecepatan proses evakuasi ini menurut ahli penerbangan adalah sebuah keajaiban dan bukti sistem darurat pesawat tersebut.
Ahli mengatakan kepada CNA, para penumpang mengikuti protokol kedaruratan dan tidak berusaha membawa barang bawaan mereka, sementara itu peluncur pintu darurat juga bekerja kendati digunakan dalam kapasitas penuh.
Asisten profesor penerbangan dan teknik sistem terintegrasi dari Ohio State University, Shawn Pruchnicki mengatakan kecepatan evakuasi sangat "luar biasa".
“Saya menduga faktanya jika mereka benar-benar turun dalam waktu 90 detik, sepertinya orang-orang tidak mencoba mengambil barang bawaan mereka, karena itu waktu yang cukup cepat,” katanya.
Menurutnya, salah satu kendala utama saat mengevakuasi pesawat biasanya adalah jika orang mencoba mengambil tas mereka sebelum turun.
Seluruh penumpang dan kru berhasil keluar dari pesawat yang terbakar hanya dalam waktu 90 detik, di mana tidak ada seorang pun yang mengalami luka parah.
Pemimpin redaksi situs keselamatan maskapai Airlineratings.com, Geoffrey Thomas mengatakan pesawat disertifikasi hingga tingkat di mana semua penumpang bisa keluar dalam 90 detik hanya dengan menggunakan setengah dari jumlah perosotan atau peluncur darurat.
"Dalam kasus ini, saya hanya melihat tiga peluncur yang digunakan, dan ada sekitar 10 (pintu darurat) dengan lima pintu darurat di setiap sisinya. Jadi ini penyelamatan diri yang sangat luar biasa (dan) sebuah keajaiban," jelasnya.
"Pramugari di pesawat tersebut telah melakukan tugas yang luar biasa dalam membuka pintu-pintu (darurat) dan mengumpulkan penumpang untuk membawa mereka ke pintu-pintu tersebut," kata direktur pelaksana konsultan penerbangan dan transportasi udara Irlandia Pegasus Aviation Advisors, Desmond Ross.
Asap tipis di dalam kabin juga tidak membuat para penumpang sesak napas dan pingsan sehingga mereka semua bisa keluar. Menurut Ross, ini karena material modern yang digunakan saat merancang pesawat. Dia menjelaskan, generasi pesawat yang lebih awal kerap dibuat dengan material yang mudah terbakar, termasuk kursi penumpang.
Namun, berdasarkan foto-foto yang beredar, bagian-bagian pesawat Japan Airlines ini masih lengkap, kendati hangus terbakar.
Prof Pruchnicki menambahkan, tipisnya jumlah asap yang ada di dalam kabin juga menjadi faktor para penumpang dan kru selamat.
Ross juga mencatat bahwa kecelakaan di Bandara Haneda ini adalah pertama kalinya ada insiden besar yang melibatkan Airbus A350 yang memerlukan evakuasi, dan menyebutnya sebagai “bukti desain sebenarnya dari sistem darurat di pesawat”.
Pesawat Japan Airlines JAL516 terbang dari Sapporo. Menurut pejabat maskapai dalam konferensi pers, kapten pesawat telah diberikan izin untuk mendarat tapi kemungkinan tidak melihat pesawat patroli laut jenis Bombardier-built Dash-8 tersebut dan menabraknya.
Pesawat patroli laut tersebut sedang lepas landas menuju Niigata untuk membawa bantuan untuk korban gempa yang mengguncang wilayah tersebut saat tahun baru. Lima kru pesawat patroli ini tewas, sedangkan kaptennya selamat dengan luka parah.
Para ahli mengatakan fokus penyelidikan adalah terkait bagaimana kedua pesawat berakhir di landasan yang sama, dengan indikasi awal menunjukkan adanya miskomunikasi antara pengatur lalu lintas udara dan pilot.