Boeing Akui 737 MAX Bermasalah Sebelum Lion Air dan Ethiopian Airline Jatuh
Boeing, usai dua kecelakaan itu, telah mengakui bahwa sistem peringatan yang seharusnya menjadi fitur standar pada setiap armada "tidak dapat dioperasikan di semua pesawat."
Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, mengetahui adanya masalah pada pesawat 737 MAX, namun terindikasi tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya--bahkan jauh sebelum kecelakaan Lion Air JT 610 terjadi pada Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines ET 302 pada Maret 2019.
Boeing, usai dua kecelakaan itu, telah mengakui bahwa sistem peringatan yang seharusnya menjadi fitur standar pada setiap armada "tidak dapat dioperasikan di semua pesawat."
-
Bagaimana cara Lion Air merawat pesawatnya? Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan, Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.
-
Kenapa pesawat Lion Air masuk bengkel? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kapan pesawat Lion Air masuk bengkel untuk perawatan? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Apa saja jenis perawatan yang dilakukan pada pesawat Lion Air? Berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara (line maintenance) Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection.
Tetapi, sebuah pernyataan yang rilis pada Minggu 5 Mei 2019 menggambarkan garis waktu yang mengganggu, terutama perihal bagaimana pihak berwenang di perusahaan tersebut telah menyadari dan memutuskan kapan untuk bertindak memitigasi masalah yang telah ada sedari awal pada 737 MAX, demikian seperti dikutip dari CNN, Senin (6/5).
Kendati demikian, tetap dalam pernyataan yang sama, Boeing menyatakan menyatakan bahwa masalah perangkat lunak "tidak berdampak buruk terhadap keselamatan atau operasi pesawat."
Sampai saat ini, masih tidak diketahui apakah masalah pada fitur yang dimaksud benar-benar berdampak langsung dalam kecelakaan Lion Air JT 610 yang menewaskan seluruh 346 penumpang dan kru; atau Ethiopian Airlines ET 302 yang juga merenggut 157 nyawa semua orang di dalam.
Namun, data yang muncul dari fitur tersebut --yang sedari awal telah malfungsi-- bisa memberikan informasi yang salah kepada pilot, sehingga mungkin memicu mereka menerima pesan bahwa ada kesalahan dalam sistem pesawat.
Dalam kedua kecelakaan (ET 302 dan JT 610) investigasi awal menunjukkan: sensor Angle of Attack (AOA) yang sedari awal sudah malfungsi mengeluarkan data yang keliru sehingga memicu perangkat lunak anti-stall bernama MCAS aktif.
Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang aktif memicu pesawat melakukan nose-dive (hidung menukik) sebagai sebuah protokol keselamatan --setelah melakukan pembacaan sensor AOA yang keliru.
Padahal, pada kondisi sebenarnya, pesawat sedang tidak dalam kondisi yang membutuhkan protokol keselamatan MCAS.
Namun, para pilot (seluruhnya berpengalaman) terlanjur kewalahan dengan informasi yang keluar dari sensor dan protokol keselamatan yang mendadak berfungsi. Mereka kemudian berjuang keras melakukan tindakan untuk mendapatkan kendali kontrol pesawat. Namun nahas, pesawat tetap jatuh menukik ke laut (JT 610) atau daratan (ET 302).
Boeing mengatakan, kepemimpinan seniornya dan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) tidak tahu-menahu tentang masalah itu sampai setelah Lion Air jatuh pada Oktober 2018.
Dan, usai kecelakaan Lion Air, baik Boeing dan FAA sama sekali tidak melakukan tindak lanjut apapun, sampai kecelakaan kedua 737 MAX milik Ethiopian Airlines terjadi pada Maret 2019.
Pada kecelakaan kedua itulah badai kritik semakin deras dan tajam menerjang Boeing. Hingga pada akhirnya, pemerintah AS turun tangan mendesak firma penerbangan itu untuk mengandangkan semua 737 MAX di seluruh dunia --menciptakan masalah keuangan dan logistik untuk tiga maskapai utama AS, sementara Boeing terus bekerja untuk memperbaiki masalah tersebut.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Menhub Budi Kirim Tim ke FAA Bahas Masa Depan Boeing 737 Max 8
Laba Boeing Turun Pasca Kecelakaan Pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines
Maskapai China Tuntut Kompensasi dari Boeing
Akibat Pelarangan Terbang, Boeing Pangkas Produksi Pesawat 737 Max 8
Maskapai Terbesar Brasil Tak Akan Batalkan Pemesanan Boeing 737 Max
Pilot Boeing 737 MAX 8 Hanya Punya Waktu 40 Detik Buat Atasi Gangguan Sistem