CEO Moderna Sebut Efektivitas Vaksin Covid Mungkin akan Turun Melawan Varian Omicron
Saat ini para ilmuwan sedang meneliti apakah varian Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan ini, resisten terhadap vaksin Covid-19 yang telah ada saat ini.
CEO Moderna, Stephane Bancel menyampaikan, efektivitas vaksin Covid-19 dalam melawan varian Omicron tampaknya tidak akan semanjur saat melawan varian Delta.
"Saya pikir akan ada penurunan material. Saya hanya tidak tahu berapa banyak karena kita perlu menunggu datanya. Tapi semua ilmuwan yang pernah saya ajak berbicara seperti (mengatakan) 'ini tidak akan baik'," jelas Bancel dalam wawancaranya dengan Financial Times, dilansir Al Arabiya, Selasa (30/11).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana Echovirus 11 bisa menyebar? Sebagian besar echovirus menyebar melalui kontak dengan kotoran. Bayi baru lahir bisa mendapatkan virus selama kelahiran dari ibu mereka. Virus mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun pada saluran pencernaan, tetapi dapat menyebabkan infeksi berbahaya pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah atau yang kekebalannya kurang berkembang.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Saat ini para ilmuwan sedang meneliti apakah varian Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan ini, resisten terhadap vaksin Covid-19 yang telah ada saat ini. Belum jelas juga apakah varian baru ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Namun berdasarkan penelitian seorang dokter di Afrika Selatan yang menangani pasien yang terinfeksi Omicron, gejala yang dialami pasien ringan.
Angelique Coetzee, seorang dokter swasta yang praktik di Pretoria dan ketua Asosiasi Dokter Afrika Selatan (SAMA), menyampaikan kepada The Telegraph, sejauh ini kasus-kasus Omicron muncul dengan gejala aneh tapi ringan.
"Gejala mereka sangat berbeda dan sangat ringan dari pasien yang saya tangani sebelumnya," jelasnya, seperti dikutip dari laman Best Life.
Sebagian besar pasien Omicron yang ditangani Coetzee "merasa sangat lelah", mengalami keletihan yang intens, dan ini menjadi gejala paling konsisten yang dilaporkan. Di sisi lain, tidak ada dari pasien-pasien ini mengalami kehilangan indera perasa atau penciuman.
WHO menetapkan Omicron sebagai varian yang mengkhawatirkan (variant of concern) pada Jumat lalu, setelah varian ini pertama kali dideteksi ilmuwan Afrika Selatan.
Pada Minggu, WHO juga menyampaikan belum jelas apakah Omicron bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah.
"Data awal memperkirakan ada peningkatan angka rawat inap di Afrika Selatan, tapi ini mungkin karena meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi secara keseluruhan, daripada disebabkan infeksi Omicron secara spesifik," jelas badan PBB tersebut, dikutip dari Reuters.
Namun, dalam sebuah pernyataan, WHO kembali menyatakan bahwa bukti-bukti awal menunjukkan kemungkinan ada risiko infeksi ulang yang lebih besar dari varian Omicron.
WHO menyampaikan, pihaknya bekerja sama dengan ahli teknis untuk memahami potensi dampak varian ini terhadap berbagai tindakan untuk melawan penyakit Covid-19, termasuk vaksin.
"Saat ini tidak ada informasi yang menyatakan gejala yang dikaitkan dengan Omicron berbeda dari varian lainnya," jelasnya.
Baca juga:
CDC: Orang Dewasa yang Telah Divaksinasi Harus Disuntik Vaksin Booster karena Omicron
Epidemiolog: Surveilans Genomik RI Masih PR Besar, Hanya 0,2 Persen
Bahaya Mutasi Covid-19 Omicron Menurut WHO, Diduga Lebih Cepat Menyebar
Hadapi Nataru, Polri Buat Pos Penyekatan & Terapkan Ganjil Genap di Tempat Wisata
Waspada Varian Omicron, Pedagang Pasar Minta Pemerintah Perketat Aturan Perjalanan
Kemenparekraf Waspada Varian Omicron: Tak Ada Wisatawan Bebas Protokol Kesehatan
Sri Mulyani Waspadai Dampak Menyebarnya Varian Omicron ke Pemulihan Ekonomi Indonesia