Hubungan Dengan Iran Memanas, Amerika Perbarui Sistem Peringatan Terorisme Nasional
Pada Sabtu, Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat memperbarui Sistem Peringatan Terorisme Nasional (NTAS) di tengah memanasnya hubungan dengan Iran.
Pada Sabtu, Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat memperbarui Sistem Peringatan Terorisme Nasional (NTAS) di tengah memanasnya hubungan dengan Iran. Hubungan AS-Iran memanas setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pasukannya menyerang rombongan Panglima Garda Revolusi Iran, Qassim Sulaimani pada Jumat (3/1).
Dalam serangan tersebut, Sulaimani tewas setelah mobilnya diterjang pesawat tanpa awak (drone) AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Selain Sulaimani, Panglima Milter Irak, Abu Mahdi Al Muhandis juga tewas dalam serangan yang sama.
-
Siapa yang memimpin serangan Timnas Indonesia saat menghadapi Arab Saudi? Indonesia bahkan memimpin lebih dulu melalui gol Ragnar Oratmangoen di menit ke-19.
-
Kapan Timnas Indonesia akan bertanding melawan Timnas Arab Saudi? Timnas Indonesia dan Timnas Arab Saudi akan saling bertemu pada matchday pertama Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang akan berlangsung di Stadion King Abdullah pada Jumat, 6 September 2024.
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Arab Saudi? Maarten Paes akhirnya melakukan debutnya bersama Timnas Indonesia dan hasilnya cukup mengejutkan. Sebelumnya, Paes diperkirakan tidak akan tampil saat Timnas Indonesia bertandang ke markas Timnas Arab Saudi pada matchday 1 Grup C ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang berlangsung pada Jumat (06/09/2024).
-
Kapan Timnas Indonesia bermain melawan Arab Saudi? Paes menjadi bagian dari starting eleven dalam pertandingan melawan Arab Saudi yang berlangsung pada Jumat (6/9/2024) dini hari WIB.
Dilansir dari The New York Times, Minggu (5/1), alasan pembaruan sistem ini karena Iran "paling tidak, mampu melakukan serangan dengan efek sementara yang mengganggu infrastruktur penting di Amerika Serikat." Buletin sistem, yang dibagikan di antara para penegak hukum di seluruh AS, juga menegaskan bahwa saat ini tidak ada ancaman yang jelas dan dapat dipercaya terhadap Amerika.
Pakar menyampaikan belum jelas bagaimana, kapan dan bahkan apakah Iran akan melakukan balas dendam atas serangan tersebut. Para pakar mengatakan Iran harus menyeimbangkan kebutuhannya untuk menunjukkan tekad melawan musuh yang gigih dan keengganannya mendorong diri sendiri ke dalam perang skala besar dengan Amerika, kekuatan yang dinilai jauh lebih kuat.
"Secara teknis, Iran bisa menyerang pangkalan AS di Suriah atau di Irak, namun itu akan memicu balasan yang lebih dahsyat dari AS yang bahkan saya pikir Iran berharap itu tak terjadi," kata Kepala Program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatam House, Lina Khatib. Chatam House adalah lembaga penelitian berbasis di London.
"Saya mungkin minoritas di sini, tapi saya pikir dengan perkembangan baru ini, terlepas dari pernyataan Iran yang aneh, pada akhirnya membuat Iran makin terpojok," tambahnya.
Iran dapat mengandalkan sejumlah aset di wilayah tersebut, termasuk kelompok Palestina Hamas dan Jihad Islam di Gaza, Hizbullah di Libanon, pemberontak Houthi di Yaman dan berbagai kelompok pejuang di Irak dan Suriah yang beroperasi dekat dengan kontingen pasukan AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, Iran dan sekutunya menyerang fasilitas minyak di Arab Saudi dan menargetkan lalu lintas kapal tanker di beberapa jalur pelayaran tersibuk di dunia di Teluk Persia. Seorang komandan senior di Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menyuarakan potensi kemungkinan serangan terhadap kapal-kapal di perairan teluk, mengatakan bahwa Iran akan membalas Amerika di mana pun mereka berada dalam jangkauan Iran.
Jenderal Gholamali Abuhamzah, komandan Pengawal di provinsi selatan Kerman, mengatakan pada Jumat sebagaimana dilaporkan kantor berita Tasnim Sabtu: "Selat Hormuz adalah titik vital bagi Barat, dan sejumlah besar kapal pemburu dan kapal perang AS menyeberang ke sana."
Dia mengatakan Iran telah lama mengidentifikasi "target vital Amerika di kawasan itu," dan menambahkan, "Sekitar 35 target AS di wilayah tersebut termasuk Tel Aviv berada dalam jangkauan kami."
Pernyataan Abuhamzah tersebut senada dengan pernyataaan Kepala Pasukan Quds Iran dan pengganti Sulaimani, Brigadir Jenderal Ismail Qaani. Qaani mengatakan serangan balasan Iran dengan menargetkan AS akan memiliki jangkauan geografis yang luas.
Peringatan lainnya juga diterbitkan Kepala Operasi Khusus Hizbullah, Abu Ali Al Husseini. Hizbullah adalah milisi yang didukung Iran. Pangkalan Hizbullah di Irak dan Suriah dibom AS pekan lalu.
Husseini mengatakan militer Irak harus berada setidaknya setengah mil "dari pangkalan musuh Amerika" mulai Minggu malam. Setiap personil militer Irak yang masih bersama Amerika, diminta menjadi "perisai manusia."
Sejumlah pemimpin milisi Syiah Irak diperkirakan akan melakukan kunjungan ke Teheran pada Minggu untuk bertemu dengan komandan Pasukan Quds, menurut beberapa pemimpin milisi.
(mdk/pan)