Ilmuwan Ungkap Lumba-Lumba Saling Lempar Senyum Satu Sama Lain, Ini Tujuannya
Tidak hanya manusia, lumba-lumba juga punya kebiasaan saling lempar senyum dengan sesamanya.
Senyum dapat menjadi cara yang efektif bagi manusia untuk menghindari kesalahpahaman. Menariknya, penelitian terbaru mengungkapkan lumba-lumba hidung botol juga menerapkan strategi serupa saat berinteraksi satu sama lain.
Dilansir CNN, Rabu (9/10), studi yang dipublikasikan dalam jurnal iScience menemukan bahwa lumba-lumba menunjukkan ekspresi mulut terbuka yang menyerupai "senyuman" saat bermain.
-
Kenapa lumba-lumba sering menyerang anakan lumba-lumba? Menurut studi Proceedings: Biological Sciences di tahun 1998, diketahui bahwa 5 lumba-lumba hidung botol remaja mengalami cedera fatal akibat serangan lumba-lumba jantan dewasa dari spesies yang sama. Adapun kebiasaan itu dilakukan lantaran lumba-lumba jantan ingin berhubungan dengan induk lumba-lumba sehingga siap untuk hamil lagi.
-
Siapa yang menemukan lumba-lumba ini? Peneliti dari Institut Penelitian Cetacea Pelagos menemukan lumba-lumba ini dua kali pada musim panas saat mereka melakukan survei dengan kapal di sepanjang pantai Yunani.
-
Apa yang membuat lumba-lumba ini langka? Mamalia laut ini langka karena siripnya menyerupai jempol manusia.
-
Mengapa lumba-lumba ini memiliki sirip yang unik? Sirip unik lumba-lumba ini kemungkinan terkait dengan materi genetik.
-
Bagaimana lumba-lumba ini berinteraksi dengan kelompoknya? Meskipun siripnya memiliki bentuk yang aneh, lumba-lumba ini tetap berinteraksi dengan kelompoknya, melakukan aktivitas seperti berenang, melompat, bermain, dan berinteraksi dengan lumba-lumba lainnya.
-
Siapa musuh alami lumba-lumba? Lumba-lumba memiliki ancaman sekaligus musuh alami yaitu paus pembunuh. Meski bernama paus, paus pembunuh sebenarnya masih kerabat dengan lumba-lumba. Tak jarang, keduanya terlibat pertarungan. Bahkan lumba-lumba kerap diburu oleh para paus pembunuh.
Peneliti dari Italia dan Prancis mengamati 22 lumba-lumba di dua taman satwa, yaitu Zoomarine di Roma dan Plante Sauvage di Prancis. Hasil penelitian menunjukkan lumba-lumba hampir selalu "tersenyum" ketika berada di hadapan teman bermainnya, dan teman tersebut merespons dengan "senyuman" sekitar sepertiga dari waktu.
Hal ini menunjukkan, ekspresi ini mungkin berfungsi sebagai bentuk komunikasi yang dapat mencegah permainan mereka berubah menjadi konflik akibat kesalahpahaman. Namun, Heather Hill, seorang ahli komunikasi lumba-lumba dan profesor psikologi di St. Mary's University, Texas, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, memperingatkan untuk tidak menggeneralisasi perilaku ini secara berlebihan.
"Saya percaya lumba-lumba menunjukkan respons mulut terbuka saat bermain, dan itu tampak sebagai bentuk komunikasi. Namun, saya tidak merasa nyaman menyebutnya senyuman karena mereka juga menggunakan ekspresi mulut terbuka dalam berbagai konteks lainnya," ujarnya.
Signifikansi Komunikasi Lisan
Lumba-lumba terkenal karena sifatnya yang suka bermain. Mereka memiliki beragam cara untuk bersenang-senang, seperti melompat, berselancar, dan berpura-pura bertarung. Meskipun mereka dikenal sebagai hewan yang gemar bermain, ekspresi wajah mereka saat bermain belum pernah diteliti sebelumnya.
Penelitian ini menunjukkan, 92 persen ekspresi mulut terbuka terjadi ketika lumba-lumba bermain satu sama lain, bukan saat berinteraksi dengan manusia atau bermain sendirian. Ekspresi "senyuman" tidak terlihat saat mereka terlibat dalam interaksi agresif atau aktivitas santai seperti berenang paralel.
Selain itu, para peneliti juga menekankan pentingnya komunikasi vokal antar lumba-lumba selama bermain. Mereka berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana suara dan isyarat visual membantu lumba-lumba berkolaborasi dalam permainan sosial.
"Lumba-lumba memiliki salah satu sistem vokal paling kompleks di dunia hewan, namun suara juga bisa membuat mereka rentan terhadap predator," ungkap Livio Favaro, seorang ahli zoologi di Universitas Turin dan penulis utama studi ini.
Dalam penelitian ini, semua lumba-lumba yang diamati hidup dalam penangkaran. Hill menekankan, perilaku "senyuman" mungkin juga terjadi di alam liar, meskipun frekuensinya bisa lebih rendah karena lumba-lumba lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari makanan dan menghindari predator.
"Langkah berikutnya adalah menerapkan metodologi yang sama pada spesies liar dan mengamati perilaku mereka dalam konteks yang serupa," tambahnya.