Industri Sawit Malaysia Rekrut Narapidana & Pecandu Narkoba karena Kekurangan Pekerja
Sebanyak 85 persen migran dari Indonesia dan Bangladesh bekerja di industri sawit Malaysia.
Perusahaan minyak sawit Malaysia yang bergantung pada tenaga kerja mencari cara untuk merekrut pecandu narkoba dan narapidana untuk mengatasi kekurangan pekerja asing akibat pandemi virus corona Covid-19.
Pekebun di negara produsen sawit terbesar kedua di dunia ini dalam beberapa bulan terakhir mulai mempekerjakan penduduk setempat untuk melakukan segala hal mulai dari panen hingga pemupukan.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kapan Rahmat mulai panen slada? Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan. Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid. Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta. Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
-
Kenapa Rafathar potong rambut ? Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Siapa Pak Raden? Tanggal ini merupakan hari kelahiran Drs. Suyadi, seniman yang lebih akrab disapa dengan nama Pak Raden.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan kroket kentang dianggap matang? Goreng kroket dengan minyak yang cukup panas dan banyak sampai berwarna keemasan, lalu angkat dan tiriskan minyaknya.
Sebanyak 85 persen migran dari Indonesia dan Bangladesh bekerja di industri sawit Malaysia. Warga lokal enggan bekerja di sektor ini karena dianggap pekerjaan kotor, berbahaya dan sulit dilakukan. Tetapi pembatasan perjalanan dan pergerakan akibat pandemi Covid-19 telah membuat produsen sawit bergulat dengan kekurangan 37.000 pekerja, hampir 10 persen dari total tenaga kerja.
Kekurangan pada bulan September-November dan juga yang dialami saat ini akan merugikan produksi akibat penundaan panen buah yang mudah busuk dan juga memberikan keuntungan bagi produsen No. 1 Indonesia, yang tidak memiliki masalah tenaga kerja yang signifikan.
"Kami bahkan menjangkau Departemen Pengembangan Pribumi, Asosiasi Pencegahan Narkoba Malaysia, serta Departemen Penjara untuk mencari penduduk setempat," kata kelompok industri Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa lalu seperti dikutip dari laman Reuters, pekan lalu.
Kepala eksekutif MPOA Nageeb Wahad menyatakan kepada Reuters, kolaborasi dengan Departemen Penjara untuk merekrut tahanan dengan pembebasan bersyarat dan narapidana di bawah pengawasan pertama kali dimulai pada 2016 di satu perusahaan yang terkait dengan pemerintah, tetapi sekarang lebih banyak perusahaan yang tertarik dengan program tersebut.
Reporter Magang: Farhan Hafizhan
Baca juga:
Cegah Covid-19, Malaysia Sarankan Warga Tidak Adu Kepalan Tangan Saat Bertegur Sapa
Popularitas PM Malaysia Muhyiddin Yasin Naik Saat Pandemi Covid-19
Malaysia Klaim Temukan Tipe Virus Corona yang 10 Kali Lebih Mudah Menular
Ekonomi Indonesia Disebut Lebih Baik dari Singapura dan Malaysia
Mantan PM Malaysia Najib Razak Divonis Bersalah atas Tujuh Kasus Korupsi 1MDB
Malaysia Tangkap Buruh Migran Asal Bangladesh Karena Kritik Pemerintah