Intelijen Saudi Sembunyi di Kanada, Ungkap Persaingan Kekuasaan di Internal Kerajaan
Dia adalah salah satu pejabat intelijen Arab Saudi yang terbaik. Dua anaknya ditangkap aparat.
Selama bertahun-tahun, dia adalah salah satu pejabat intelijen Arab Saudi yang terbaik, ahli kecerdasan buatan yang menjadi andalan Kerajaan dalam memerangi Al Qaidah dan kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat.
Namun sejak 2017, Saad Aljabri bersembunyi di Kanada, nyawanya terancam dan dia mendapat tekanan dari Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) untuk pulang ke Saudi, kata putra dan rekannya.
-
Siapa kapten Timnas Arab Saudi? Kapten Tim Nasional Arab Saudi adalah Salem Al-Dawsari, sementara Asnawi Mangkualam menjabat sebagai kapten Timnas Indonesia.
-
Apa yang menjadi keunggulan Arab Saudi atas Timnas Indonesia? Di atas kertas, level Arab Saudi jauh berada di atas Timnas Indonesia.
-
Siapa kapten dari tim nasional Arab Saudi? Sebagai kapten dan pemain kunci tim, winger kiri ini mencuri perhatian di Piala Dunia 2022 dengan mencetak gol dan membantu Arab Saudi mengalahkan Argentina 2-1 di fase grup.
-
Kapan Saipul Jamil berangkat ke Arab Saudi? Saipul berangkat bersama kelompok terbang awal dari Indonesia. Ia sudah berada di Arab Saudi sejak beberapa hari yang lalu.
-
Kenapa Steven Bergwijn pindah ke Arab Saudi? Meskipun telah menunjukkan performa yang mengesankan selama dua musim di Ajax, ia memutuskan untuk meninggalkan klub Eredivisie dan bergabung dengan tim Arab Saudi, Al Ittihad, dalam kesepakatan yang mencapai 17 juta poundsterling.
-
Apa yang menjadi penentu posisi Arab Saudi di atas Timnas Indonesia? Karena keduanya baru bertemu sekali, kriteria gol tandang tidak dapat diterapkan sebagai acuan. Oleh karena itu, posisi di klasemen ditentukan berdasarkan poin disiplin. Indonesia menerima tiga kartu kuning (-3), sedangkan Arab Saudi hanya mendapatkan dua kartu kuning (-2). Dengan demikian, Arab Saudi berhak menempati posisi ketiga di klasemen Grup C.
Tekanan itu kini merembet ke keluarganya.
Sejak Maret, dua dari anak-anaknya dan seorang kakaknya ditangkap aparat keamanan Saudi dan keberadaan mereka tidak diketahui, ujar putra Aljabri, Khalid Aljabri, dalam wawancara via telepon.
"Ini sudah berminggu-minggu dan kami tidak tahu mereka di mana," kata Dr Khalid Aljabri yang juga kini tinggal di Kanada, seperti dilansir laman the New York Times, Kamis (21/5). "Mereka diculik dari rumah. Saya bahkan tidak tahu mereka masih hidup atau sudah mati."
Pemerintah Saudi tidak memberi konfirmasi soal penangkapan ini dan pejabat di Kedutaan Saudi di Washington tidak memberi jawaban atas permintaan komentar tentang Aljabri atau penangkapan itu.
Sudah bukan rahasia lagi di sejumlah negara Timur Tengah, pemerintah menekan seseorang dengan menangkap atau mengancam kerabat mereka. Di sisi lain, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi oleh agen Saudi di konsulat Istanbul, Turki pada Oktober 2018 semakin mengancam orang-orang seperti Aljabri yang sebelumnya merasa aman bersembunyi di luar negeri.
Baca juga:
Laporan Intelijen AS Sebut China Umumkan Data Palsu Soal Angka Kematian Karena Corona
Israel Akan Kerahkan Intelijen Lacak dan Awasi Warga Positif Corona Lewat Ponsel
Jual Rahasia AS ke China, Eks Mata-Mata CIA Divonis 19 Tahun Penjara
Bocoran Kabel Intelijen Ungkap Pengaruh Kuat Iran dalam Pemerintahan Irak
Tito Sebut OTT Kepala Daerah Bukan Prestasi Hebat: Tinggal Gunakan Teknik Intelijen
Tahu "di mana mayat-mayat dikuburkan"
Putra Aljabri dan mantan pejabat AS yang pernah bekerja dengannya mengatakan Pangeran MBS ingin memaksa Aljabri pulang ke Saudi karena dia khawatir membiarkan orang yang punya akses terhadap banyak informasi rahasia masih bersembunyi di luar negeri.
"Isu yang lebih besarnya adalah MBS khawatir dengan orang-orang yang berada di luar kendalinya," kata Gerald M Feierstein, wakil presiden senior di Institut Timur Tengah di Washington, yang pernah berhubungan dengan Aljabri ketika menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Yaman.
Aljabri terlibat dalam banyak isu sensitif selama beberapa dekade ketika bertugas dan dia tahu "di mana mayat-mayat dikuburkan" di Arab Saudi termasuk informasi yang merugikan tentang Pangeran MBS, kata Feierstein.
Karir intelijen Aljabri tamat akibat persaingan dua pangeran yang punya kekuasaan kuat di Saudi dan itu menjadi contoh bagaimana Pangeran MBS akan membungkam ancaman terhadap dirinya.
Pangeran MBS, 34 tahun, banyak menuai kritik dan pertentangan di dalam dan di luar negeri, termasuk oleh Khashoggi yang kemudian dibunuh lantaran kerap melontarkan kritik terhadap kebijakan Pangeran MBS di harian the Washington Post.
Aljabri bukanlah sosok yang kerap melontarkan kritik terhadap Pangeran MBS tapi dia berada di kubu Pangeran Muhammad bin Nayef, saingan utama Pangeran MBS dalam perebutan putra mahkota.
Berhubungan dengan CIA
Pangeran Muhammad bin Nayef yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri ditangkap Maret lalu karena dia kerap mengeluh diam-diam tentang cara Pangeran MBS berkuasa.
Aljabri yang menguasai banyak bahasa dan ahli komputer dengan gelar doktor di bidang kecerdasan buatan dari Universitas Edinburgh di Skotlandia, bekerja di Kementerian Dalam Negeri hampir empat dasawarsa. Dia meraih jabatan mayor jenderal dan menjadi tangan kanan Pangeran Muhammad bin Nayef lalu kemudian mendapat tempat di kabinet setelah ditunjuk Raja Salman.
Dia fasih berbahasa Inggris dan lebih mudah bergaul dibanding bosnya. Dia menjalin hubungan kerja sama dengan pejabat intelijen AS, Inggris, dan sejumlah negara lain.
Pejabat AS mengatakan Aljabri punya peran penting dalam berbagai isu keamanan di Kerajaan, termasuk memerangi Al Qaidah dan melindungi fasilitas minyak Saudi. Aljabri menolak berkomentar soal artikel ini.
Para pejabat yang banyak berhubungan dengannya adalah CIA, tapi kabel diplomatik yang dibocorkan WikiLeaks memperlihatkan dia banyak berdiskusi dengan para pejabat lain dalam isu Irak, Yaman, Afghanistan, pendanaan teroris, dan ambisi Iran di kawasan Timur Tengah.
"Saad Aljabri adalah orang baik, titik. Orang yang berhubungan dengannya pasti kagum," ujar feierstein. "Dia pintar, serius, pekerja keras dan terbuka dengan AS--dia rekan yang baik bagi AS."
Aljabri menjalin hubungan erat dengan para pejabat AS dan sejumlah pejabat menghadiri pernikahan putranya.
Rahasia Kerajaan
Bruce Riedel, mantan pejabat CIA yang kini bertugas di Institusi Brookings, mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Saudi yang punya kekuasaan memantau para aparat menjadi sumber banyak rahasia kerajaan, termasuk aktivitas keluarga kerajaan, modus korupsi, dan kejahatan.
"Dokumen-dokumen mereka akan menjadi katalog yang berisi berbagai insiden kejahatan, dari yang jelas-jelas terlarang sampai ke hal yang mungkin memalukan," kata Riedel.
Sejumlah pejabat menilai posisi Aljabri yang mengetahui banyak rahasia itu yang menjadi alasan Pangeran MBS ingin dia pulang. Namun dua sumber yang mengetahui kasus ini, satu orang Amerika dan satu lagi Saudi, mengatakan pemerintah Saudi berupaya menangkap Aljabri atas tuduhan korupsi.
Dua sumber yang enggan diketahui namanya karena mereka tidak diizinkan membagikan informasi ini, mengatakan Aljabri dituduh memanfaatkan posisinya untuk meraup kekayaan pribadi dan Pangeran MBS ingin uang itu dikembalikan.
Pemerintah Saudi sejauh ini belum mengumumkan tuntutan korupsi terhadap Aljabri.
Pangeran MBS meraih tampuk kekuasaan setelah ayahnya, Raja Salman menduduki takhta kerajaan pada 2015.
Pada akhir 2015 Aljabri dipecat dari jabatannya di kementerian atas keputusan kerajaan. Dia dan bosnya Pangeran Muhammad bin Nayef mengetahui kabar pemecatan itu dari siaran televisi.
Anaknya ditangkap
Aljabri kemudian pergi ke luar negeri pada 2017 ketika Pangeran MBS menyingkirkan Pangeran Muhammad bin Nayef untuk posisi putra mahkota. Pangeran bin Nayef kemudian berstatus tahanan rumah dan aset-asetnya dibekukan. Aljabri tahu dia akan bernasib sama dengan bosnya dan memutuskan tidak kembali ke Saudi, kata putranya.
Seorang sumber yang mengetahui kasus Aljabri, mengatakan dia tidak mau tinggal di AS meski punya hubungan dekat dengan para pejabat di sana karena dia khawatir pemerintahan Presiden Donald Trump akan memulangkannya ke Saudi jika Pangeran MBS meminta. Presiden Trump selama ini menjalin hubungan erat dengan Saudi dalam kebijakan di Timur Tengah, dan menantu Trump sebagai penasihat senior, Jared Kushner adalah teman dekat Pangeran MBS.
Ketika Aljabri meninggalkan kerajaan, dua dari delapan anaknya masih berada di Saudi, dan pemerintah langsung mencekal mereka untuk menekan sang ayah agar mau kembali, kata Dr Khalid Aljabri. Dua anaknya yang dicekal, Sarah, 20 tahun, dan Umar, 21 tahun, berencana kuliah di AS, kata Aljabri, tapi hanya dalam hitungan jam setelah Pangeran MBS dinobatkan sebagai putra mahkota, kedua anaknya itu langsung dilarang keluar negeri.
Kemudian rekening bank mereka dibekukan dan mereka dipanggil untuk dimintai keterangan sekaligus membujuk ayah mereka untuk pulang," kata Dr Aljabri.
Pada 16 Maret, aparat keamanan mendatangi rumah Aljabri di Riyadh saat fajar dan menangkap Sarah serta Umar Aljabri yang sedang tidur, kata Dr Aljabri. Pekan lalu pemerintah Saudi menangkap kakak Aljabri, Abdulrahman Aljabri, seorang profesor teknik elektro lulusan AS yang berusia 60-an tahun, kata Dr Aljabri.
Keluarga Aljabri kini makin cemas karena sudah sekian pekan tidak ada kabar dari mereka. Untuk mengungkap kisah ini mereka kemudian melakukan wawancara dengan the New York Times dan menyewa perusahaan konsultan untuk menekan pembebasan keluarga mereka yang ditangkap.
"Mereka jadi sandera dan tebusannya adalah kepulangan ayah saya," kata Dr Aljabri. "MBS ingin membereskan semua rintangannya, dan dia memutuskan ayah saya adalah rintangan paling besar."
(mdk/pan)