Islamofobia Merasuk Sampai ke Bollywood
Sejumlah unggahan, video, dan pesan boikot banyak yang terang-terangan mengandung Islamofobia dan diperkuat ribuan akun anonim, sebagian besar selaras dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) sayap kanan yang berkuasa.
Pada awal Agustus, Aamir Khan, salah satu bintang besar Bollywood, mengungkapkan rasa cintanya pada India. Ungkapan cinta itu untuk melawan kampanye virtual yang menyerangnya dan film terbarunya.
"Saya ingin meyakinkan setiap orang, saya sangat mencintai negara (saya). Jadi tolong jangan boikot film-film saya," ujarnya kepada jurnalis pada 1 Agustus lalu, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (6/9).
-
Bagaimana Heatwave bisa terjadi? Gerakan semu Matahari pada akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran Matahari sangat terik dan memberikan latar belakang kondisi yang panas.
-
Apa itu Heatwave? Gelombang panas atau heatwave di Asia Tenggara dan Asia Selatan menjadi sorotan karena suhu yang mencapai tingkat ekstrem. Beberapa negara mengalami suhu di atas 40 derajat Celsius, bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
-
Mengapa heatstroke berbahaya? Heatstroke adalah kondisi yang mengancam jiwa karena berpotensi menyebabkan disfungsi multi-organ.
-
Kapan Belva Ugraha lahir? Dengan cepat, pria yang lahir pada tahun 2001 ini telah tumbuh menjadi dewasa dan terlihat seperti kakak-adik dengan Abimana.
-
Kapan Heatwave terjadi di Asia Tenggara? Baru-baru ini, beberapa negara di Asia Tenggara dilanda gelombang panas atau heatwave yang menyebabkan suhu ekstrem. Beberapa negara yang terdampak termasuk Filipina, Thailand, dan negara-negara lain di Asia Tenggara.
-
Siapa yang berisiko terkena heatstroke? Heatstroke dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Hal itu diungkapkan Aamir Khan 10 hari sebelum rilis film terbarunya, Laal Singh Chadda, remake film Forrest Gump.
Sebelumnya muncul tagar #BoycottLaalSinghChaddha yang trending di Twitter selama berminggu-minggu.
Gerakan boikot itu dipimpin orang-orang Hindu berkasta tinggi. Sejumlah unggahan, video, dan pesan boikot banyak yang terang-terangan mengandung Islamofobia dan diperkuat ribuan akun anonim, sebagian besar selaras dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) sayap kanan yang berkuasa.
Beberapa pihak menuding Aamir Khan anti Hindu. Aamir adalah salah satu aktor Muslim ternama India.
Tudingan anti-Hindu dialamatkan berdasarkan film Aamir lainnya, PK yang rilis tahun 2014. Dalam PK, Aamir memerankan seorang alien yang mendarat di India dan bingung bagaimana orang-orang saleh dieksploitasi atas nama agama.
Aamir juga disalahkan atas pernyataannya pada November 2015 di mana saat itu dia mengungkapkan rasa takutnya karena meningkatnya persekusi terhadap Muslim di India dan tidak adanya tindakan dari pemerintah maupun polisi.
Pada hari ketika Laal Singh Chadda dirilis, Ishant Sharma (35), yang merupakan presiden Shiv Sena Hind (organisasi konservatif Hindu) bersama anggotanya mendatangi sejumlah bioskop. Mereka meneriakkan slogan-slogan dan memaksa penayangan Laal Singh Chadda dihentikan.
Protes dari kelompok lain juga berlangsung di Delhi dan negara bagian Uttar Pradesh.
"Protes kami bukan menargetkan Laal Singh Chaddha. Protesnya terhadap Aamir Khan karena dia menghina Dharam (agama) kami di PK," kata Ishant Sharma, menambahkan dia gembira film tersebut gagal.
"Orang Hindu tidak menonton film itu. Film itu sebuah kegagalan," tambahnya.
Setelah film itu dirilis, sedikitnya tiga saluran berita yang paling banyak ditonton di India menayangkan liputan negatif tentang Aamir Khan dan filmnya. Times Now membahas acara bertajuk "Mengapa Bollywood melukai sentimen Hindu".
"Karena namanya Aamir Khan"
Laal Singh Chadda, film dengan anggaran Rp327 miliar sampai Rp372 miliar dibuat sejak 2018 dan diharapkan bisa menjadi film sukses di Bollywood. Tapi ternyata film ini menjadi kegagalan terbesar Aamir Khan.
Karena penontonnya sedikit, bioskop di seluruh India menurunkan sekitar 1.300 penayangan film ini tak lama setelah rilis dan diganti dengan film lain.
"Harapannya itu akan menghasilkan USD25 juta dari penayangan di bioskop selama tiga sampai empat pekan di India, di mana pendapatan besar dihasilkan pada pekan pertama. Tetapi totalnya tidak bisa melampaui USD17 juta sampai 17 juta," jelas distributor film, Sanjay Mehta kepada Al Jazeera.
"Ini mengejutkan untuk industri ini," lanjutnya.
Salah seorang sutradara yang meminta tidak disebutkan namanya mengungkapkan dia telah menghubungi para aktor, sutradara, dan pihak lainnya untuk membahas bagaimana melawan apa yang disebutnya "ujaran kebencian yang nyata".
"Itu adalah kampanye terorganisir yang bertujuan ganda. Pertama adalah melenyapkan suara kelompok Muslim. Bollywood adalah benteng pertahanan terakhir sekularisme yang masih tegak. Tidak ada tempat di mana Anda menemukan Muslim memiliki kekuatan yang sangat besar. Dan (BJP) tidak senang," ungkapnya kepada Al Jazeera.
Dia menambahkan, BJP juga ingin mengendalikan Bollywood dan memanfaatkan kekuatannya dengan mempromosikan film-film yang telah dikritik karena sikap anti-Muslim, seperti The Kashmir Files. Perdana Menteri Narendra Modi memuji The Kashmir Files dan para pejabat meminta para pegawainya mengambil cuti untuk menonton film tersebut.
"Kalau kita tidak melawan kampanye kebencian ini, pastinya ini akan memburuk karena ini terencana," ujarnya.
Sutradara ini juga mengatakan telah muncul kampanye online untuk memboikot film Pathan yang dibintangi Shah Rukh Khan, yang juga seorang Muslim. Pathan rencananya dirilis tahun depan.
Juru bicara nasional BJP, RP Singh membantah BJP mendukung boikot film Aamir Khan.
"Kami tidak ada kaitannya dengan film atau protes tersebut," ujarnya kepada Al Jazeera.
Saeed Akhtar Mirza (79), salah satu sutradara ternama India mengatakan boikot itu berkontribusi atas gagalnya Laal Singh Chadda di box office.
Dia menolak alasan pihak yang memboikot film tersebut.
"Ini hanya pengalihan, dalih," katanya.
"Pada dasarnya itu karena namanya Aamir Khan. Pada dasarnya memang anti-Muslim."
(mdk/pan)