Joe Biden Sebut Pasukan AS akan Bantu Taiwan Jika Diserang China
Pernyataan itu mempertegas posisi Biden atas kebijakannya untuk menempatkan pasukan AS di Taiwan demi pertahanan wilayah pulau itu.
Presiden Amerika Serikat (AS) dalam wawancara dengan acara 60 minutes di stasiun televisi CBS mengatakan pasukan AS akan membantu Taiwan jika diserang China. Ini adalah pernyataan Biden paling gamblang untuk menunjukkan dukungannya kepada Taiwan.
Dalam wawancara yang ditayangkan kemarin, Biden ditanya apakah pasukan AS akan mempertahankan Taiwan jika diserang China, dan Biden menjawab "ya, dan bahkan sudah ada serangan sebelumnya." Biden pun ditanya lagi apakah dia akan mempertahankan Taiwan, dan Biden menjawab "ya".
-
Kenapa Joe Biden ingin dekat dengan Prabowo? "Kita memiliki tanggung jawab bersama, khususnya di kawasan Pasifik. Jadi, saya sangat, sangat ingin dekat dengan Anda," kata Biden.
-
Apa yang dikatakan Joe Biden kepada Prabowo saat mengucapkan selamat? "Pak presiden terpilih, saya ingin memanggil Anda Pak presiden terpilih," kata Biden kepada Prabowo.
-
Apa yang digunakan Joe Biden untuk berkomunikasi secara rahasia? Kemudian saat rencana Rusia mau menginvasi Ukraina, Presiden Joe Biden punya alat komunikasi yang dipercaya. Ia menggunakan iPhone berlogo khusus berwarna emas bertuliskan ‘Segel Presiden Amerika Serikat’.
-
Bagaimana cara Joe Biden mengucapkan selamat kepada Prabowo? Via Telepon, Joe Biden Beri Selamat ke Prabowo sebagai Pemenang Pilpres
-
Apa yang terjadi saat Joe Biden salah sebut nama Volodymyr Zelensky? Salah satu peserta yang hadir dalam forum itu kemudian berteriak, "Zelensky!", berusaha untuk mengoreksi perkataan presiden berusia 81 tahun itu. Para pemimpin dunia yang hadir tampak ragu untuk bertepuk tangan untuk menyambut Zelensky dan tampaknya juga sedang menunggu Biden untuk mengoreksi perkataannya.
-
Mengapa Joe Biden salah sebut nama Volodymyr Zelensky? Biden kemudian langsung meminta maaf, mengatakan insiden salah sebut itu terjadi karena dia "sangat fokus untuk mengalahkan" Putin.
Dikutip dari laman Reuters, Senin (19/9), pernyataan itu mempertegas posisi Biden atas kebijakannya untuk menempatkan pasukan AS di Taiwan demi pertahanan wilayah pulau itu.
Namun pernyataan itu mendapat tanggapan yang berbeda dari Gedung Putih.
“Hal itu (kebijakan AS) sudah dikatakan Presiden sebelumnya, termasuk di Tokyo awal tahun ini. Dia juga menjelaskan kebijakan kami pada Taiwan tidak berubah. Itu tetap benar,” ungkap juru bicara Gedung Putih.
Pada Mei lalu Biden ditanya apakah AS bersedia terlibat secara militer untuk membela Taiwan dan menjawab “ya... Itu komitmen yang kami buat.”
Namun di wawancara yang sama itu, Biden mengulangi bahwa AS berkomitmen pada kebijakan “Satu China” sehingga mengakui pemerintah Beijing sebagai negara China yang berdaulat dan bukan Taiwan. Kemerdekaan Taiwan pun juga tidak diakui oleh Washington.
Perkataan ini pun berbeda dengan pernyataan Biden yang mendukung untuk mempertahankan Taiwan jika diserang China sebelumnya. Biden pun memberi dua pernyataan yang berbeda dalam satu wawancara yang sama.
Namun AS tetap menunjukkan dukungannya kepada Taiwan, seperti kunjungan ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus lalu. Kunjungan itu bahkan mampu membuat China marah hingga akhirnya China melakukan latihan militer terbesar di sekitar Taiwan.
China juga memprotes tindakan pemerintah AS yang membentuk UU untuk meningkatkan dukungan militer AS untuk Taiwan.
Meski AS sering kali mendorong China ke batas kesabarannya, namun China tidak tersulut. Walau tidak tersulut, namun dalam pembicaraannya kepada Biden untuk membahas Taiwan pada Juli lalu, Xi berkata “mereka yang bermain dengan api akan musnah oleh api.”
Presiden Xi sendiri telah berjanji dia akan membawa Taiwan ke bawah kendali China tanpa menggunakan kekuatan militer.
Pada Oktober tahun lalu, Biden ditanya kembali jika AS akan mempertahankan Taiwan, dan dia menjawab “ya, kita memiliki komitmen untuk melakukan itu.”
Namun, saat itu Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan mengenai penggantian kebijakan AS untuk Taiwan. Beberapa ahli pun memandang pernyataan Biden sebagai kesalahan.
Bonnie Glaser, pakar Asia di German Marshall Fund Amerika Serikat, mengatakan Biden harus memastikan terlebih dahulu apakah AS mampu mendukung pernyataannya.
"Jika Presiden Biden berencana untuk membela Taiwan, maka dia harus memastikan militer AS memiliki kemampuan untuk melakukannya," ungkapnya.
"Dukungan retoris yang tidak didukung oleh kemampuan nyata tidak mungkin memperkuat upaya pertahanan," lanjutnya.
Sebelumnya, Kurt Campbell, ahli kebijakan Asia pemerintahan Biden menolak seluruh kebijakan strategis AS untuk Taiwan sebab kebijakan itu akan merugikan AS.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
Baca juga:
Gempa 7,2 Magnitudo Guncang Taiwan, Peringatan Tsunami Dikeluarkan
Miluner Taiwan akan Sumbang Rp15,5 M untuk Pertahanan Lawan China
Taiwan Tembaki Drone China
Siaga Lawan China, Taiwan Lengkapi Jet F-16 Viper dengan Rudal Mematikan
Taiwan Tolak Usulan China Soal Prinsip "Satu Negara, Dua Sistem"
China Ingin Taiwan seperti Hong Kong, Terapkan Prinsip 'Satu Negara Dua Sistem'
Taiwan Memanas, Pemerintah RI Fokus Berikan Perlidungan Maksimal 300 Ribu WNI