Ketua Kelompok Etnis Myanmar: Junta Militer Tak Punya Hati Untuk Kemanusiaan
Kekerasan terus berlanjut di Myanmar di mana lebih dari 700 warga sipil dibunuh sejak kudeta militer 1 Februari.
Kekerasan terus berlanjut di Myanmar di mana lebih dari 700 warga sipil dibunuh sejak kudeta militer 1 Februari. Gerakan unjuk rasa massal berkembangkan menjadi front politik di mana penentang junta militer mengumumkan pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional pada Jumat, menyertakan anggota kabinet pemerintahan sipil yang digulingkan dan perwakilan kelompok etnis minoritas serta sekutu lainnya.
Persatuan Nasional Karen di wilayah timur Myanmar, yang berbatasan dengan Thailand, telah menawarkan penampungan untuk para pengunjuk rasa yang melarikan diri ke wilayah yang mereka kendalikan.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Kapan Umbul Manten ramai dikunjungi? Pada saat menjelang Bulan Ramadan, Umbul Manten sering dijadikan lokasi padusan.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras. Sebanyak sembilan ABK yang terombang ambing diselamatkan oleh kapal KM Bintang Barokah yang sedang melintas.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
Ketua Organisasi Pertahanan Nasional Karen, Mayor Jenderal Nerdah Mya, kepada France 24 menyampaikan perkembangan di Myanmar.
Pemimpin Tentara Pembebasan Nasional Karen ini, yang merupakan kelompok gerilyawan tertua yang masih berjuang di Myanmar, menjelaskan situasi di negara itu, menyebutnya “sangat kritis”. Dia juga menyerukan komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan untuk mengakhiri pembunuhan.
Dia menekankan, rakyat Myanmar tidak akan menyerah untuk berjuang dan membahas upaya untuk berkoordinasi dengan kelompok etnis lainnya dan pasukan demokratik untuk mengakhiri rezim militer.
“Kami telah berjuang demi penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dan sebuah negara otonomi untuk rakyat selama bertahun-tahun. Telah lebih dari 17 tahun,” ujarnya, dikutip dari laman France 24, Rabu (21/4).
“Dan kami juga bekerja sama dengan kelompok etnis lainnya yang memiliki tujuan dan target yang sama seperti kami,” lanjutnya.
“Kami bergandengan tangan dan berjuang melawan rezim militer saat ini. Mereka sangat kejam. Mereka tidak punya hati untuk kemanusiaan.”
Baca juga:
Myanmar Bisa Jadi Negara Gagal di Asia, Diprediksi Bakal Seperti Afghanistan
Jurnalis Jepang Minta Junta Militer Myanmar Bebaskan Rekan Mereka yang Ditangkap
Junta Militer Myanmar Tangkap Wartawan Jepang
Ketapel & Senapan Angin, Senjata Seadanya Rakyat Myanmar Hadapi Kebrutalan Militer
Stasiun TV Junta Siarkan Foto Wajah Demonstran Luka Lebam Seusai Disiksa Militer
Aksi Solidaritas Pesepeda untuk Myanmar