Menilik Uniknya Kotta mara, Benteng Apung Milik Orang Kalimantan yang Digunakan saat Perang Banjar
Benteng ini cukup efektif digunakan ketika Perang Banjar berlangsung dan berguna sebagai kapal bersenjata atau mencegah musuh maju di aliran sungai.
Benteng ini cukup efektif digunakan ketika Perang Banjar berlangsung dan berguna sebagai kapal bersenjata atau mencegah musuh maju di aliran sungai.
Menilik Uniknya Kotta mara, Benteng Apung Milik Orang Kalimantan yang Digunakan saat Perang Banjar
Masyarakat pribumi tentu tidak lepas dari konflik peperangan dengan tentara kolonial Belanda. Selain bentuk perlawanan, peristiwa ini sebagau upaya warga Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
Mungkin sudah banya yang tahu apa itu bambu runcing. Ya, salah satu senjata andalan masyarakat Indonesia dalam berperang jarak dekat dengan para penjajah. Namun, di Kalimantan, terdapat sebuah alat peperangan yang unik yaitu Kotta mara.
(Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana bentuk benteng itu? 'Eksplorasi arkeologi mengungkap keberadaan (kira-kira 14,4 kilometer) tembok benteng yang sampai sekarang tidak diketahui, (sekitar 5 kilometer) di antaranya merupakan bagian dari jaringan luar yang mengelilingi kawasan oase,' kata para arkeolog.
-
Apa peran Benteng Kuta Lubok? Selama benteng ini berdiri, bangunan ini berperan penting dalam pertahanan militer milik Portugis dan angkatan laut Kerajaan Aceh serta menjaga keamanan perdagangan maritim.
-
Bagaimana bentuk benteng ini? Benteng Redoute de Baros memiliki bentuk persegi dengan bastion di sudut utara dan selatan. Bastion tersebut berbentuk setengah lingkaran.
-
Bagaimana Benteng Kuta Lubok dibangun? Tembok yang mengelilingi benteng ini bukanlah tembok biasa, melainkan menggunakan batu berbentuk bulat yang disusun secara satu per satu.
-
Dimana letak benteng kuno itu? Khaybar berada di bagian barat Arab Saudi.
-
Benteng Kuto Besak dibangun dari apa? Semen perekat yang menempel pada bangunan ini menggunakan batu kapur dari daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan dengan putih telur.
Kotta mara adalah sejenis benteng yang mengapung di atas permukaan air. Uniknya, alat ini kerap digunakan oleh orang-orang Kalimantan terutama sedang berlangsungnya Perang Banjar. Dalam peperangan, Kotta mara ini paling sering digunakan dalam menghadapi musuh.
Penasaran seperti apa bentuk dan ciri-ciri benteng apung ini? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Asal-usul Nama
Dikutip dari berbagai sumber, kata "Kotta" diambil dari bahasa Melayu "Kota" serta akarnya berasal dari kata Sansekerta. Kotta ini berarti benteng, kastil, rumah dibentengi, kota, atau apapun yang dikelilingi oleh tembok.
Sementara itu, kata "Mara" bisa diartikan sebagai Muara dalam bahasa Melayu. Jadi, Kotta mara adalah benteng muara. Ada beberapa versi nama dari benteng muara ini, mulai dari Kotta-mara, Kota Mara, Kotamara, dan Cotta mara.
Benteng Diatas Rakit
Kotta mara berbentuk persegi panjang yang mirip layaknya benteng di atas rakit. Ada juga versi lainnya yang mirip seperti selekoh disetiap sudutnya. Kotta mara ini dibangun menggunakan batang kayu dengan berbagai ukuran dan diameter.
Setiap selekoh ada 4 meriam dengan total mencapai 16 meriam. Benteng ini diperkuat dengan dinding kayu. Dibagian tengah benteng ada struktur kastel di mana ada 200 senapan yang dapat menembaki musuh.
Ada juga Kotta mara dengan versi sederhana, bentuknya mirip baterai pesisir Banjar. Bentuknya persegi panjang dengan berbagai macam ukuran mulai dari 3,5 meter hingga sebesar lebar bantaran sungai itu sendiri.
Bangunan Kokoh dan Kuat
Dalam tulisan orang Eropa, Kotta mara ini rupanya sudah dikenal lama oleh masyarakat Banjar. Orang Barat mengakui jika benteng yang satu ini begitu kuat meskipun mereka menembakkan menggunakan meriam besar dengan mesiu yang baik.
Ketika Perang Banjar pecah, Kotta mara sangatlah berperan penting dan menjadi salah satu benteng yang paling tinggi peminatnya. Salah satunya dipesan oleh Raden Jaya Anum dari Kapuas Tengah.
Kotta mara ini pernah menenggelamkan kapal Onrust pada tahun 1859 silam, benteng ini juga menjadi penghalang kapal-kapal penjajah untuk bisa mengakes aliran sungai lebih dalam lagi.