Mantan Pejabat AS Akui Pernah Rencanakan Kudeta di Negara Lain
Banyak pengamat internasional selama ini mengkritik campur tangan AS di negara lain, dari mulai pergantian rezim di Iran pada 1953 dan perang Vietnam sampai invasi di Irak dan Afghanistan.
John Bolton, mantan duta besar Amerika Serikat untuk PBB sekaligus eks penasihat keamanan nasional Gedung Putih, kemarin mengatakan dia membantu rencana kudeta di negara lain.
Bolton menyampaikan pernyataan itu kepada CNN setelah persidangan dengan Kongres membahas peristiwa penyerbuan Gedung Capitol 6 Januari 2021 di hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Donald Trump.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa yang terjadi kepada Donald Trump saat sedang berkampanye? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Dimana peristiwa penembakan terhadap Donald Trump terjadi? Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Mengapa Amerika Serikat disebut sebagai negara serikat? Struktur pemerintahan AS adalah contoh federasi yang baik. Konstitusi AS menetapkan sistem federalisme di mana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat di Washington, DC, dan pemerintah dari 50 negara bagian.
Saat berbicara dengan Jake Trapper dari CNN, Bolton menyampaikan, Trump tidak cukup kompeten untuk melakukan "kudeta terencana yang secara hati-hati" seraya menuturkan, "sebagai orang yang pernah membantu rencana kudeta--bukan di sini, tapi di tempat lain--tindakan itu butuh tenaga besar. Dan itu tidak dilakukan oleh Trump."
Tapper kemudian menanyakan kudeta mana yang dimaksud oleh Bolton.
"Saya tidak akan menyebut lokasi spesifik," kata Bolton sebelum menyebut Venezuela. "Tapi ternyata itu tidak berhasil. Bukan dalam artian kami banyak terlibat tapi saya melihat apa yang bisa dilakukan oleh oposisi untuk mencoba menggulingkan presiden yang terpilih secara ilegal dan mereka gagal," kata dia, seperti dilansir laman Reuters, Selasa (12/7).
Pada 2019 Bolton sebagai penasihan keamanan nasional secara terang-terangan mendukung seruan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido agar militer menyokongnya untuk menjatuhkan Presiden Nicolas Maduro dengan alasan terpilihnya Maduro sebagai presiden tidak sah. Pada akhirnya Maduro masih berkuasa sampai sekarang.
"Saya rasa ada lagi yang tidak Anda ceritakan pada saya (selain Venezuela)," kata Tapper.
"Tentu saja," jawab Bolton.
Banyak pengamat internasional selama ini mengkritik campur tangan AS di negara lain, dari mulai pergantian rezim di Iran pada 1953 dan perang Vietnam sampai invasi di Irak dan Afghanistan.
Namun tidak biasanya seorang pejabat AS secara terbuka mengakui mereka terlibat dalam aksi kudeta di negara lain.
Baca juga:
Donald Trump Usulkan Guru di AS Diizinkan Bawa Senjata ke Ruang Kelas
Trump: Putin Sering Sebut Senjata Nuklir Karena Tak Lagi Hormat pada Pemimpin Amerika
Donald Trump Ungkap Tak Akan Gunakan Twitter Walaupun Akunnya Dikembalikan Elon Musk
Truth Social, Medsos Besutan Mantan Presiden AS Donald Trump Siap Dirilis
Donald Trump Tak Lagi Jadi Orang Terkaya AS, Ini 24 Miliarder Properti Versi Forbes