Maria Ressa & Dmitry Muratov, Jurnalis Filipina & Rusia Menang Nobel Perdamaian 2021
Komite Nobel Norwegia memutuskan Nobel Perdamaian 2021 diberikan kepada dua jurnalis yaitu Maria Ressa asal Filipina dan Dmitry Muratov asal Rusia.
Komite Nobel Norwegia memutuskan Nobel Perdamaian 2021 diberikan kepada dua jurnalis yaitu Maria Ressa dan Dmitry Muratov. Komite Nobel memutuskan, keduanya layak diberikan penghargaan bergengsi ini karena upaya mereka melindungi kebebasan berekspresi, yang menjadi prasyarat tegaknya demokrasi dan perdamaian abadi.
“Ressa dan Muratov menerima penghargaan perdamaian ini atas perjuangan berani mereka untuk kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia,” jelas Komite Nobel dikutip dari halaman Facebook Nobel Prize, Jumat (8/10).
-
Siapa yang menjadi jurnalis perempuan pertama di Indonesia? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Siapa ilmuwan perempuan pertama yang memenangkan Hadiah Nobel? Ia menjadi wanita pertama yang memenangkan hadiah Nobel dan satu-satunya orang yang memenangkan hadiah Nobel dalam dua bidang ilmiah yang berbeda, yaitu fisika (1903) dan kimia (1911).
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di sekitar Filipina? “Filipina terletak di persimpangan kompleks dari sistem lempeng yang berbeda,” Wilayah di sekitar Filipina hampir seluruhnya terdiri dari kerak samudera, dengan beberapa bagian yang meninggi di atas permukaan laut. Bagian-bagian ini menunjukkan batuan dengan usia yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
-
Kenapa TNI AU memberikan penghargaan KASAU Award kepada para jurnalis? Penghargaan diberikan kepada para jurnalis sebagai bentuk apresiasi terhadap karya jurnalistik yang telah berkontribusi untuk kemajuan TNI AU.
-
Kenapa elang Filipina terancam punah? Ancaman utama mereka adalah kehilangan habitat akibat pertanian, pertambangan, perburuan, penebangan, dan perubahan iklim.
-
Apa saja penemuan Alfred Nobel yang dipatentkannya? Saat itu, Alfred mendapatkan hak paten dalam menggunakan bahan peledak seperti dinamit, tutup peledak, gelignit, dan balisit.
“Pada saat bersamaan, mereka adalah perwakilan semua jurnalis yang berdiri untuk idealisme ini di dunia yang mana demokrasi dan kebebasan pers kondisinya semakin buruk.”
Maria Ressa disebut menggunakan kebebasan berekspresi untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan dan meningkatnya otoritarianisme di negara asalnya, Filipina. Pada 2012, Maria Ressa ikut mendirikan Rappler, perusahaan media digital yang fokus pada jurnalisme investigasi. Sampai saat ini Maria Ressa menjadi CEO Rappler.
Rappler selama ini fokus mengkritik kampanye pemberantasan narkoba Presiden Rodrigo Duterte, di mana terduga pengedar narkoba langsung ditembak tanpa proses peradilan. Ribuan orang dibunuh setelah kebijakan ini dikeluarkan. Kebijakan Duterte ini menuai kritik aktivis HAM.
“Ressa dan Rappler juga telah mendokumentasikan bagaimana media sosial digunakan untuk menyebarkan berita palsu, melecehkan lawan dan memanipulasi diskursus publik,” jelas keterangan Komite Nobel Norewegia di Facebook.
Sementara itu, Dmitry Andreyevich Muratov telah berjuang membela kebebasan berbicara selama puluhan tahun di Rusia. Pada 1993, Muratov menjadi salah satu pendiri korban independen Novaja Gazeta. Dia menjabat sebagai editor in chief koran tersebut sejak 1994.
“Novaja Gazeta merupakan koran yang paling independen di Rusia hari ini, yang mempunyai sikap kritis fundamental terhadap kekuasaan. Jurnalisme berbasis fakta koran tersebut dan integritas profesional membuatnya menjadi sumber penting informasi soal aspek-aspek yang dapat dikritik dari masyarakat Rusia yang jarang diangkat media lain,” jelasnya.
Sejak terbit pertama kali pada 1993, Novaja Gazeta menerbitkan berbagai artikel beragam isu mulai dari korupsi, kekerasan polisi, penangkapan sewenang-wenang, kecurangan pemilu, dan lainnya. Sejak koran ini terbit, enam jurnalis koran ini dibunuh, termasuk Anna Politkovskaja yang menulis artikel perang di Chechnya.
“Terlepas dari pembunuhan dan ancama, Muratov menolak mengabaikan kebijakan independen koran tersebut. Dia secara konsisten membela hak-hak jurnalis untuk menulis apapun tentang apapun yang mereka inginkan, sepanjang sesuai dengan standar profesional dan etika jurnalisme,” jelasnya.
“Jurnalisme yang bebas, independen, dan berbasis fakta berfungsi untuk melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan perang propaganda. Komite Nobel Norwegia yakin bahwa kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi membantu memastikan masyarakat yang berwawasan. Hak-hak ini prasyarat penting untuk demokrasi dan mencegah perang dan konflik. Penghargaan Nobel Perdamaian kepada Maria Ressa dan Dmitry Muratov ditujukan untuk menegaskan pentingnya melindungi dan membela hak-hak fundamental ini.”
Komite Nobel menambahkan, tanpa kebebasan berekspresi dan kemerdekaan pers, akan sulit untuk menciptakan persaudaraan antar bangsa, perlucutan senjata, tatanan dunia yang lebih baik.
Baca juga:
Malala Yousafzai Minta Negara Lain Buka Perbatasannya untuk Pengungsi Afghanistan
PM Israel & Putra Mahkota Abu Dhabi Diusulkan Dapat Penghargaan Nobel Perdamaian 2021
Setelah Trump, Kini Netanyahu Juga Diusulkan Raih Hadiah Nobel Perdamaian
Trump Diusulkan Raih Nobel Perdamaian karena Gagas Normalisasi UEA-Israel
30 Kata-Kata Bijak Martin Luther King Tentang Perdamaian, Inspiratif dan Penuh Makna
Trump Mengaku Berhak Mendapat Hadiah Nobel Perdamaian Kalau Panitia Adil