Menlu Retno Marsudi Bertemu Junta Bahas Perkembangan Myanmar
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi bertemu timpalannya asal Myanmar, Menteri Luar Negeri U Wunna Maung Lwin pada Rabu (24/2). Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan sikap Indonesia atas krisis yang terjadi di Myanmar setelah kudeta militer.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi bertemu timpalannya asal Myanmar, Menteri Luar Negeri U Wunna Maung Lwin. Keduanya bertemu di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand pada Rabu (24/2). Dalam pertemuan tersebut juga hadir Menlu Thailand, Don Pramudwinai.
Retno menyampaikan, dalam pertemuan tersebut Indonesia menyampaikan secara konsisten posisinya dalam menyikapi krisis di Myanmar pascakudeta militer pada 1 Februari lalu.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Siapa yang memberikan hadiah peta jadul Indonesia kepada Retno Marsudi? Lebih mengharukan, secara khusus, beliau memberi saya peta Indonesia tahun 1890 yang sengaja beliau peroleh pada saat beliau berkunjung ke Belanda minggu lalu,"
-
Bagaimana Retno Marsudi dan Lolwah Al-Khater bisa berteman? Terungkap, pertemanan keduanya rupanya telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Keduanya tak lain dipertemukan dalam forum internasional saat tengah menjadi perwakilan negara masing-masing.
-
Hadiah apa yang diberikan Lolwah Al-Khater kepada Retno Marsudi? Lebih mengharukan, secara khusus, beliau memberi saya peta Indonesia tahun 1890 yang sengaja beliau peroleh pada saat beliau berkunjung ke Belanda minggu lalu,"
-
Apa yang disampaikan Retno Marsudi kepada Komisi I DPR RI? "Kita masih akan berjumpa lagi Insyallah pada satu kali lagi yang saya dengar, tapi pertemuan hari ini merupakan salah satu pertemuan terakhir kita. Untuk itu, betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan terima kasih banyak," kata Retno.
Indonesia, jelas Retno, memperhatikan perkembangan situasi di Myanmar, termasuk keamanan dan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas nomor satu.
“Oleh karena itu, kita meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan untuk menghindari kemungkinan terjadinya korban dan pertumpahan darah,” jelasnya dalam rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Sejak kudeta 1 Februari, unjuk rasa massal terus berlanjut di berbagai kota dan daerah di seluruh Myanmar. Akhir pekan kemarin, dua orang demonstran tewas tertembak. Insiden ini menuai kecaman internasional.
Retno menyampaikan, Indonesia juga terus menekankan pentingnya proses transisi demokrasi yang inklusif. Oleh karena itu, diperlukan kondusivitas seperti dialog rekonsiliasi untuk membangun kepercayaan.
“Selain itu, saya juga menyampaikan Indonesia akan bersama dengan rakyat Myanmar,” ujarnya.
Komunikasi dengan militer Myanmar
Selain bertemu langsung Menlu Myanmar, Retno juga menjalin komunikasi dengan pihak militer Myanmar dan pihak CRPH (Committee of Representing Pyidaungsu Hluttaw) atau pemerintah sipil oposisi yang dibentuk anggota parlemen setelah kudeta.
“Prinsip-prinsip yang sama juga disampaikan Indonesia dalam komunikasi kita dengan CRPH. Sebagaimana tadi saya sampaikan, dalam kondisi sulit komunikasi dengan semua pihak harus tetap dilakukan agar pesan dapat disampaikan; agar kontribusi dapat ditawarkan sehingga situasi tidak memburuk dan upaya penyelesaian dapat dilakukan,” jelasnya.
“Komunikasi yang dilakukan harus diletakkan dalam kerangka memberikan kontribusi untuk mencari penyelesaian demi kepentingan rakyat Myanmar,” lanjutnya.
Retno kembali menegaskan, keselamatan dan kesejahteraan rakyat Myanmar merupakan hal utama yang harus dilindungi. Selain itu, keinginan rakyat Myanmar harus didengarkan.
“Dalam pertemuan dengan U Wunna, saya juga sampaikan pentingnya semua negara anggota ASEAN untuk menghormati prinsip-prinsip yang termuat dalam piagam ASEAN. Pesan ini terus disampaikan secara loud and clear,” ujarnya.
“Dan saya juga menyampaikan dalam pertemuan dengan Myanmar mengenai pentingnya akses dan kunjungan kemanusiaan (humanitarian access and visits) kepada para detainee (tahanan),” kata Retno.
Indonesia, lanjutnya, akan terus melanjutkan komunikasi dengan semua pihak agar dapat berkontribusi bagi penyelesaian masalah di Myanmar.
(mdk/pan)