Militer Myanmar tembaki etnis Rohingya hendak mengungsi ke Bangladesh
Warga Rohingya hendak menyeberang ke pintu perbatasan Ghumdhum di Bangladesh dihujani peluru hingga mortir. Tentara Myanmar bahkan menggunakan senapan mesin diarahkan ke sekelompok pengungsi Rohingya di wilayah perbukitan dekat pintu perbatasan.
Kejinya perlakuan militer Myanmar terhadap etnis minoritas muslim Rohingya yang selama ini dianggap sulit dibuktikan kini terungkap. Setelah jumlah serdadu Myanmar dikirim ke Negara Bagian Rakhine, kini para prajurit itu tega menembaki orang Rohingya tak bersenjata saat hendak mengungsi di perbatasan dengan Bangladesh.
Dilansir dari laman AFP, Minggu (27/8), awak media menyaksikan langsung bagaimana warga Rohingya hendak menyeberang ke pintu perbatasan Ghumdhum di Bangladesh dihujani peluru hingga mortir. Tentara Myanmar bahkan menggunakan senapan mesin diarahkan ke sekelompok pengungsi Rohingya di wilayah perbukitan dekat pintu perbatasan.
"Mereka menembaki warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak, yang bersembunyi di perbukitan dekat zona netral. Mereka tiba-tiba saja menembakkan senapan mesin dan mortir, dan tidak berunding dengan kami," kata Kepala Pos Penjaga Perbatasan Bangladesh, Manzurul Hassan Khan.
Perwakilan Dewan Rohingya Eropa, Anita Schug, berkedudukan di Kota Solothurn, Swiss, menyatakan mereka memiliki rekaman kekejian pasukan Myanmar itu.
"Militer Myanmar bersama kelompok ekstrem Rakhine membawa senjata tajam menyerang warga sipil Rohingya yang tidak bersenjata," kata Anita.
Warga Rohingya mencoba mengungsi setelah pecah bentrokan antara kelompok pemberontak Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) dan militer Myanmar pada Jumat lalu. Akibatnya 92 orang tewas, termasuk 12 tentara. ARSA menyatakan serangan mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap tentara Myanmar yang melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap etnis Rohingya. Sedangkan pemerintah Myanmar menggolongkan ARSA sebagai kelompok teroris.
"Banyak warga Rohingya mencoba menyeberang ke negara kami, tetapi kebijakan kami tidak bisa membolehkan satu pun dari mereka datang," kata Wakil Komisioner Distrik Cox Bazar, sebuah wilayah Bangladesh di dekat perbatasan, Mohammad Ali Hossain.
Meski begitu, petugas perbatasan Bangladesh biasanya mengizinkan mereka memasuki wilayahnya, meski pada mulanya mencoba berlagak galak. Suarat letusan senjata dari pertempuran antara pihak pemberontak dan militer Myanmar masih bisa terdengar dari kejauhan. Beruntung kemarin kondisi wilayah itu diguyur hujan lebat, sehingga petugas perbatasan Bangladesh membiarkan penduduk Rohingya lewat. Menurut dokter di perbatasan, seorang lelaki Rohingya berusia 25 terkena luka tembak akhirnya meninggal beberapa jam setelah tiba di perbatasan.
Posisi sekitar 1,1 juta etnis muslim Rohingya benar-benar terjepit. Myanmar menolak mengakui mereka sebagai warga negara, dan Bangladesh menyatakan mereka adalah pendatang gelap.
Mereka dianggap sebagai etnis minoritas mengalami persekusi paling parah di dunia. Sedangkan Myanmar juga dikategorikan sebagai salah satu negara pelanggar hak asasi manusia di dunia.
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Kenapa pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Kenapa Rohingya melarikan diri dari Myanmar? Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.