Apa Itu Rohingya dan Penyebab Konfliknya, Perlu Diketahui
Konflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Konflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Apa Itu Rohingya dan Penyebab Konfliknya, Perlu Diketahui
Kedatangan sejumlah besar pengungsi Rohingya ke Aceh telah menjadi sorotan bagi masyarakat Indonesia. Diketahui, sekitar 170 pengungsi Rohingnya tiba di Aceh, tepatnya pada 2 Desember 2023 lalu. Datangnya pengungsi Rohingya ke Indonesia ini tidak lain untuk mencari keamanan dari konflik yang tengah dihadapinya.
Selain menarik perhatian masyarakat Indonesia, kabar ini tentu menimbulkan perasaan prihatin. Di mana sejumlah orang masih belum mendapatkan hak kehidupan yang layak. Mulai dari hak tempat tinggal yang aman, hak untuk makan, hingga hak pendidikan untuk anak-anak.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Kenapa Pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko menyebut, para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Kenapa Rohingya diselundupkan? Mereka diminta mengerjakan pekerjaan ilegal itu oleh seorang agen penyelundup di Malaysia.
-
Kenapa Rohingya mau ke Malaysia? 'Sebanyak 11 orang Rohingya dan 11 lainnya WNI yang mau diberangkatkan ke Malaysia,' ujar Kapolres Rokan Hilir AKBP Andrian Pramudianto, Kamis (4/1).
-
Apa yang dilakukan Rohingya di Pekanbaru? 'Telah diamankan pengungsi Rohingya yang sedang mencari suaka di depan Kantor Konsulat Malaysia Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Bukit Raya oleh Polresta Pekanbaru,' ujar Heri kepada merdeka.com Kamis (14/12).
Berikut, kami merangkum penjelasan apa itu Rohingnya, asal mula, dan alasannya, bisa Anda simak.
Apa Itu Rohingya
Pertama, akan dijelaskan dahulu apa itu Rohingya. Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
Sejarah etnis Rohingya bermula dari kedatangan orang-orang Muslim dari wilayah Benggala pada abad ke-7. Mereka menetap di wilayah yang kini dikenal sebagai Rakhine State di Myanmar. Secara historis, mereka diakui sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis di negara tersebut.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, etnis Rohingya telah menghadapi krisis kemanusiaan yang serius di Myanmar. Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.Krisis kemanusiaan ini mencapai titik puncaknya pada tahun 2017, ketika pasukan keamanan Myanmar melancarkan serangan besar-besaran terhadap etnis Rohingya, memaksa ratusan ribu orang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Hingga saat ini, krisis etnis Rohingya masih berlanjut, dengan banyaknya pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh dan kondisi yang masih sangat sulit di Myanmar.
Perlakuan terhadap etnis Rohingya telah menimbulkan kecaman internasional terhadap pemerintah Myanmar dan menimbulkan keprihatinan akan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas.
Sejarah Etnis Rohingya
Setelah mengetahui apa itu Rohingya, berikutnya akan dijelaskan bagaimana sejarah konflik etnis Rohingya.
Etnis Rohingya merupakan kelompok etnis minoritas yang berasal dari wilayah Rakhine di Myanmar. Asal-usul mereka diyakini berasal dari campuran antara penduduk asli Rakhine dan pendatang Arab dan Persia pada abad ke-7 hingga ke-9 Masehi.
Sejak zaman kolonial, etnis Rohingya telah mengalami diskriminasi dan penindasan dari pemerintahan kolonial Inggris maupun pemerintah Myanmar yang mayoritas beragama Budha.Pada tahun 1982, pemerintah Myanmar secara resmi menolak mengakui etnis Rohingya sebagai salah satu kelompok etnis yang sah di negara tersebut, sehingga menyebabkan mereka kehilangan hak-hak kewarganegaraan dan menjadi orang tak diinginkan di negara mereka sendiri.
Konflik antar etnis di Myanmar, terutama dengan mayoritas Budha Rakhine, semakin memperburuk keberadaan etnis Rohingya. Pada tahun 2017, meningkatnya kekerasan militer terhadap etnis Rohingya mengakibatkan pencarian massal dan pembakaran desa-desa mereka, serta pengungsian ribuan orang Rohingya ke negara tetangga Bangladesh.
Sejarah panjang perjuangan etnis Rohingya ini menunjukkan bahwa mereka terus berjuang untuk diakui sebagai warga negara yang setara di Myanmar, namun hingga kini mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka.
Alasan Rohingya Melarikan Diri
Setelah mengetahui apa itu Rohingya, terakhir akan dijelaskan beberapa alasan etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar:
Masalah Kemananan di Bangladesh
Keamanan di Bangladesh telah memengaruhi kondisi para pengungsi Rohingya secara signifikan. Para pengungsi Rohingya sering menjadi korban penculikan, serangan, dan kejahatan lainnya di negara tersebut.
Menurut Amnesty International, sebanyak 99% dari pengungsi Rohingya yang telah dimintai pendapat oleh mereka pada tahun 2018 menyatakan telah menjadi korban kejahatan atau kekerasan.
Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian. Mereka juga telah bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menangani masalah ini.
Organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah turut campur tangan untuk meningkatkan keamanan dan perlindungan bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Meskipun upaya telah dilakukan, tantangan keamanan terus ada dan jumlah kasus kejahatan dan serangan terhadap pengungsi masih tinggi.
Hal ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih besar untuk menangani masalah ini secara efektif dan menyeluruh.
Kurangnya Sumber Makanan
Kurangnya sumber makanan merupakan masalah serius bagi pengungsi Rohingya di Rakhine. Data dari Program Pangan Dunia menunjukkan bahwa jatah makanan bagi warga Rohingya telah dipotong sebanyak 15% pada bulan Juni 2021.
Sebelum pemotongan ini, jatah makanan yang diterima oleh warga Rohingya hanya mencukupi untuk memenuhi 60% kebutuhan gizi harian.
Dengan adanya pemotongan ini, situasi krisis pangan di kamp-kamp pengungsi semakin memburuk.
Lebih dari 128.000 orang Rohingya tinggal di kamp-kamp di Rakhine, dan kurangnya sumber makanan menyebabkan banyak dari mereka mengalami kelaparan dan kekurangan gizi.
Hal ini juga berdampak buruk pada kesehatan mereka, terutama pada anak-anak dan lansia. Di tengah kondisi konflik dan ketegangan yang terus berlanjut, penanganan masalah krisis pangan menjadi semakin sulit.
Upaya mendesak diperlukan dari pihak internasional untuk memastikan akses makanan yang memadai bagi pengungsi Rohingya dan masyarakat yang terdampak konflik di Rakhine.
Sulitnya Akses Pekerjaan dan Pendidikan
Sebagian besar pengungsi Rohingya di Bangladesh mengalami batasan akses terhadap pekerjaan dan pendidikan.
Pada umumnya, pemerintah Bangladesh melarang pengungsi Rohingya untuk bekerja di sektor formal, sehingga mereka sering kali bekerja secara ilegal dengan upah rendah di sektor informal.
Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak mengakui status pengungsi Rohingya dan memperlakukan mereka sebagai pendatang ilegal.
Selain itu, akses pendidikan bagi pengungsi Rohingya juga sangat terbatas. Pemerintah Bangladesh melarang mereka untuk belajar di sekolah formal dan mengakses pendidikan tingkat lanjut.
Mereka hanya diperbolehkan untuk belajar di sekolah-sekolah yang dijalankan oleh organisasi bantuan atau lembaga swadaya masyarakat.
Alasan utama yang menjadi dasar larangan pekerjaan dan pendidikan yang layak bagi pengungsi Rohingya adalah adanya kekhawatiran akan integrasi mereka ke dalam masyarakat Bangladesh serta mempengaruhi dampak sosial dan ekonomi lokal.
Selain itu, pemerintah juga melarang pengungsi Rohingya untuk belajar bahasa Bengali agar tidak meresahkan masyarakat lokal dan mempermudah integrasi mereka ke dalam masyarakat Bangladesh.