Mitra politik hengkang, Angela Merkel gagal bentuk pemerintahan koalisi
Jika Merkel tidak bisa membujuk FDP ke meja perundingan, maka partainya yang menguasai parlemen bisa saja nekat membentuk pemerintahan sepihak, atau menggelar pemilihan umum baru. Namun, hal itu di luar kebiasaan politik negeri panser dan kemungkinan besar tidak bakal berumur panjang.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, dihadapkan dengan persoalan serius tentang masa depan pemerintahannya. Sebab, rencana membentuk pemerintahan koalisi baru ternyata menemui jalan buntu dan berantakan setelah mitra politiknya memilih hengkang dari perundingan.
Partai Uni Demokratik Kristen dan Uni Sosial Kristen (CDU/CSU) dipimpin Merkel dikabarkan sudah beberapa pekan negosiasi membentuk pemerintahan koalisi majemuk. Dia merangkul sejumlah partai, yakni Partai Kebebasan Demokratik (FDP) yang beraliran sayap kanan, dan Partai Hijau yang condong ke sayap kiri. Namun, FDP memutuskan hengkang dari negosiasi karena tidak sepakat dengan sejumlah rencana kebijakan disodorkan, seperti dilansir dari laman CNN, Senin (20/11).
"Sebagai Kanselir, saya akan melakukan apapun buat memastikan negara ini bisa melewati masa sulit," kata Merkel.
Jika Merkel tidak bisa membujuk FDP ke meja perundingan, maka partainya yang menguasai parlemen bisa saja nekat membentuk pemerintahan sepihak, atau menggelar pemilihan umum baru. Namun, hal itu di luar kebiasaan politik negeri panser dan kemungkinan besar tidak bakal berumur panjang. Menurut Ketua FDP, Christian Lindner, mereka memilih keluar dari negosiasi dengan dalih tidak ada kesamaan visi soal modernisasi Jerman, serta kurang yakin dengan kesetiaan partai lain.
"Lebih baik tidak memerintah ketimbang menjadi pemerintah yang buruk," kata Lindner.
Isu yang merebak adalah FDP tidak sepakat dengan rancangan kebijakan soal energi dan migrasi, termasuk soal membolehkan anggota pengungsi supaya bergabung dengan sanak saudara mereka di Jerman. Namun, Partai Hijau menyatakan justru berterima kasih dengan Merkel dan pimpinan CDU/CSU lainnya, Horst Seehofer. Menurut mereka, perundingan itu memang keras tetapi adil. Mereka malah menuding FDP keluar dari koalisi tanpa niat baik.
FDP dan sesama partai sayap kanan Jerman, Alternatif untuk Jerman (AfD) memang berhasil masuk ke parlemen. Namun, jumlah mereka terlampau kecil buat bisa membentuk pemerintahan, dan harus mencari kawan supaya bisa berada dalam gerbong eksekutif. Keluarnya FPD justru disyukuri oleh Wakil Partai AfD, Alexander Gauland dan Alice Weidel. Mereka malah dengan situasi ini bisa memaksa Merkel mundur dari jabatannya.
Baca juga:
Angela Merkel menang pemilu lagi, partai sayap kanan lolos ke parlemen
Angela Merkel menang pemilu lagi, partai sayap kanan lolos ke parlemen
Sikap Trump soal pengurangan emisi karbon bikin Angela Merkel geram
Sikap Trump soal pengurangan emisi karbon bikin Angela Merkel geram
Temui Raja Salman, Angela Merkel tolak memakai jilbab
Temui Raja Salman, Angela Merkel tolak memakai jilbab
-
Siapa yang menikam pemimpin oposisi Korsel? Pemimpin partai oposisi Korea Selatan, Lee Jae-myung menjadi korban penyerangan oleh orang tak dikenal. Dia ditikam di lehernya ketika memberikan keterangan pers dalam kunjungannya di Busan, Korea Selatan, Selasa (2/1/2024).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Bagaimana pemimpin oposisi Korsel diserang? Namun, seorang tak dikenal tiba-tiba menyerang Lee dan menikamnya di sisi kiri lehernya saat dirinya menggelar sesi tanya jawab.
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
-
Kapan pemimpin oposisi Korsel ditikam? Pemimpin partai oposisi Korea Selatan, Lee Jae-myung menjadi korban penyerangan oleh orang tak dikenal. Dia ditikam di lehernya ketika memberikan keterangan pers dalam kunjungannya di Busan, Korea Selatan, Selasa (2/1/2024).