Myanmar lebih mendengar Indonesia karena lembut namun tegas
Myanmar lebih mendengar Indonesia karena lembut namun tegas. Dalam mengembalikan perdamaian di Myanmar, Indonesia melakukan pendekatan inklusif dengan negara tersebut. Pendekatan halus tersebut dianggap sangat berguna, karena hanya itu yang diterima pemerintah Myanmar.
Dalam mengembalikan perdamaian di Myanmar, Indonesia melakukan pendekatan inklusif dengan negara tersebut. Pendekatan halus tersebut dianggap sangat berguna, karena hanya itu yang diterima pemerintah Myanmar.
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Indonesia Desra Percaya menyebutkan, setiap pertemuan dengan pemerintah Myanmar, Indonesia selalu menegaskan posisi di kawasan.
"Dari awal kita menggunakan pendekatan constructive engagement cara ini lebih ampuh dan efektif dalam perubahan di Myanmar," ucap Desra di gedung Dewan Pertimbangan Presiden di Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Kamis (9/2).
Desra yang menjadi perwakilan dari Kementerian Luar Negeri kembali mengulang, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang diajak berdialog oleh Myanmar. Tak hanya itu, Indonesia juga memberikan bantuan sekitar 10 kontainer yang dilepaskan Presiden Joko Widodo pada 29 Desember 2016 lalu.
Selain bantuan tersebut, sejak 2012 Indonesia sudah membangun sekolah. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kembali ke Myanmar untuk menyerahkan bantuan sekaligus meresmikan dua sekolah Indonesia.
Sekolah tersebut merupakan bantuan dari rakyat Indonesia melalui berbagai organisasi bantuan kemanusiaan, salah satunya Mer-C dan PKPU.