NASA Bikin Animasi Perubahan Medan Magnet Bumi 41.000 Tahun Lalu, Kutub Bumi Alami Pergeseran
Selain menggambarkan pergerakan garis medan magnet, tim tersebut juga menghasilkan berbagai lanskap suara.
Badan Antariksa dan Ruang Angkasa Nasional (NASA) baru saja merilis sebuah animasi yang memungkinkan kita untuk mendengarkan 'visualisasi suara' dari medan magnet Bumi yang terganggu pada saat peristiwa Laschamp. Animasi ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Antariksa Eropa (ESA).
Dilansir IFL Science, Senin (21/10/2024), peristiwa Laschamp terjadi sekitar 41 ribu tahun yang lalu. Dengan menganalisis magnetisasi inti sedimen yang diambil dari periode tersebut, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi medan magnet mengalami perubahan yang signifikan selama waktu itu.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menyarankan agar NASA berhati-hati dalam mengeksplorasi sumber daya di Bulan? Ide tersebut juga disampaikan melalui publikasi astronom Profesor Richard Green dari Universitas Arizona.
-
Siapa astronot Indonesia yang nyaris ikut misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
Peristiwa ini menjadi fokus penelitian para ilmuwan dari Technical University of Denmark dan GFZ German Research Centre for Geosciences, yang berusaha mengubahnya menjadi pengalaman audio dan visual. Dengan memanfaatkan data dari misi Swarm milik ESA dan sumber lainnya, tim peneliti ini menciptakan visualisasi yang menggambarkan medan magnet Bumi selama peristiwa Laschamp.
Selain melakukan pemetaan pergerakan garis medan magnet, mereka juga menciptakan lanskap suara yang dihasilkan dari berbagai suara alam, seperti bunyi batu jatuh dan suara kayu yang berderit.
Peristiwa Laschamp adalah fenomena geomagnetik yang terjadi sekitar 41.000 tahun yang lalu, di mana kutub magnet Bumi mengalami pembalikan. Fenomena ini mengakibatkan gangguan pada pola medan magnet dan dapat mempengaruhi iklim serta kehidupan di Bumi. Penelitian tentang peristiwa ini memberikan wawasan berharga mengenai sejarah geomagnetik dan dampaknya terhadap lingkungan
Pergeseran Kutub Magnet
Peristiwa Laschamp adalah salah satu dari sekian banyak pembalikan medan magnet yang telah terjadi dalam sejarah planet kita. Dalam periode ini, para ilmuwan mencatat adanya perubahan yang signifikan pada medan magnet Bumi, termasuk pergerakan garis-garis medan magnet yang dapat berdampak pada navigasi dan kehidupan di Bumi.
Meskipun manusia mungkin tidak terlalu memperhatikan keberadaan medan magnet ini, sebenarnya magnetosfer berfungsi melindungi permukaan Bumi dari partikel bermuatan yang berasal dari matahari dan kadang-kadang menciptakan aurora yang menakjubkan. Namun, kekuatan medan magnet Bumi tidak sekuat yang diperkirakan.
- NASA Siapkan Hadiah Rp 47 Miliar Bagi yang Mampu Pecahkan Masalah Sampah dalam Misi ke Bulan
- NASA Umumkan Badai Matahari akan Terjadi Hingga Tahun 2025, Bisa Berdampak Pada Komunikasi, Listrik di Bumi
- NASA Temukan Galaksi Baru Berbentuk Burung Merak dengan Cahaya Berwarna Ungu, Ini Wujudnya
- NASA Temukan 4 Objek Unik Penghuni Luar Angkasa, dari Planet Pengembara hingga Berlian
Menurut NASA, medan magnet telah mengalami penurunan sekitar 9 persen dari rata-rata global dalam dua abad terakhir. Sejak penemuan kutub utara magnet oleh Sir James Clark Ross, seorang perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan penjelajah kutub, pada tahun 1831, posisi kutub tersebut telah bergeser ke arah utara-barat laut lebih dari 1.100 kilometer.
Kecepatan pergeseran ini juga meningkat, dari sekitar 16 kilometer per tahun menjadi sekitar 55 kilometer per tahun. Proses pembalikan kutub magnet bisa terjadi dalam rentang waktu ratusan hingga ribuan tahun dan dapat berlangsung secara acak, dengan interval yang bervariasi antara 10 ribu hingga lebih dari 50 juta tahun. Pembalikan kutub magnet yang terakhir kali berlangsung secara berkelanjutan terjadi sekitar 780 ribu tahun yang lalu.
Ancaman Dampak Berbahaya
Dalam laporan terbaru, Daniel Baker, Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado, mengungkapkan adanya indikasi kutub Bumi mungkin akan berbalik. Menurut Baker, pergeseran kutub ini dapat menyebabkan beberapa wilayah di Bumi menjadi tidak layak huni dan dapat merusak infrastruktur jaringan listrik.
Satelit Swarm milik Badan Antariksa Eropa (ESA) yang bertugas memantau medan magnet Bumi menunjukkan adanya potensi terbaliknya medan magnet. Satelit ini memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk mempelajari perubahan yang terjadi di inti Bumi, tempat di mana medan magnet dihasilkan.
Hasil pengamatan menunjukkan, besi cair dan nikel yang ada di inti Bumi sedang memancarkan energi di dekat lokasi medan magnet terbentuk. Meskipun para ilmuwan belum mengetahui penyebab pasti dari fenomena ini, mereka mendeskripsikannya sebagai "aktivitas yang bergejolak" (restless activity) yang menunjukkan bahwa medan magnet Bumi sedang bersiap untuk berbalik. Jika pergeseran ini benar-benar terjadi, kita akan menghadapi risiko terpapar angin surya yang dapat merusak lapisan ozon.
Ini dapat berujung pada kerusakan jaringan listrik, perubahan iklim yang drastis, dan peningkatan jumlah kasus kanker akibat paparan radiasi. Bahkan, sebuah studi dari Denmark menyatakan bahwa pemanasan global mungkin lebih berkaitan langsung dengan perubahan medan magnet daripada emisi karbon dioksida. Para peneliti memperkirakan setelah kutub Bumi berbalik, sekitar seratus ribu orang akan meninggal setiap tahunnya karena meningkatnya tingkat radiasi dari luar angkasa.
Meskipun ada kemungkinan terjadinya pergeseran kutub, kekuatan medan magnet Bumi yang melemah bervariasi. NASA juga menegaskan, tidak ada tanda-tanda medan magnet akan sepenuhnya hilang. Penting untuk dicatat, proses berbaliknya kutub magnetik Bumi memerlukan waktu ribuan tahun, dan proses ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab langsung dari semua perubahan cuaca yang ekstrem dan aktivitas seismik. Menurut NASA, satu-satunya dampak dari pergeseran kutub adalah perubahan arah kutub, yang mengharuskan alat penunjuk arah seperti kompas untuk disesuaikan.