Netanyahu Puji Serangan Tentara Israel di RS Al-Shifa, Tewaskan 400 Orang dalam 13 Hari, Termasuk Pasien dan Tenaga Medis
Ini serangan kedua di kompleks RS Al-Shifa, sebelumnya serangan terjadi pada November 2023.
Ini serangan kedua di kompleks RS Al-Shifa, sebelumnya serangan terjadi pada November 2023.
Netanyahu Puji Serangan Tentara Israel di RS Al-Shifa, Tewaskan 400 Orang dalam 13 Hari, Termasuk Pasien dan Tenaga Medis
- Warga Gaza yang Terkepung di RS Al-Shifa Tulis Pesan Terakhir di Tembok Sebelum Dibunuh Tentara Israel, Isinya Menyayat Hati
- Saksi Mata Ungkap Kekejaman Israel Saat Kepung RS Al-Shifa, Ratusan Mayat Bergelimpangan, Warga Ditembak Saat Salat
- Israel Kembali Serang RS Al-Shifa di Gaza, Tembak Mati 50 Orang Termasuk Anak-Anak, Dokter Ditangkap dan Ditelanjangi
- Dukung Usulan Netanyahu, Parlemen Israel Tolak Pendirian Negara Palestina
Pasukan penjajah Israel kembali menyerang kompleks RS Al-Shifa di Jalur Gaza, Palestina. Serangan kedua ini menewaskan 400 orang, termasuk pasien dan pengungsi serta tenaga medis, menurut kantor media pemerintah Gaza pada 31 Maret.
Dikutip dari The Cradle, Senin (1/4), selama pengepungan terhadap fasilitas medis terbesar di Gaza itu, pasukan penjajah Israel juga menahan dan menyiksa ratusan orang sambil menghancurkan dan atau membakar 1.050 rumah di sekitarnya.
Kompleks RS Al-Shifa juga menjadi tempat ribuan pengungsi berlindung sejak agresi brutal Israel di Gaza. Israel menyerbu tempat ini dengan dalih digunakan oleh Hamas, seperti dikutip dari BBC.
Para saksi mata melaporkan adanya tembakan dan tank-tank yang mengepung fasilitas tersebut saat penyerbuan dimulai pada 18 Maret dini hari.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu malah memuji aksi pasukannya yang membunuh ratusan orang, dengan menyebut kompleks tersebut sebagai "sarang teroris".
Pada 27 Maret, lembagai pemantau HAM, Euro-Med melaporkan pasukan Israel membunuh 13 anak berusia 4-16 tahun selama operasi di dalam dan di sekitar Al-Shifa pada pekan sebelumnya.
"Beberapa penembakan fatal terjadi selama pengepungan tentara Israel ketika keluarga korban berada di dalam rumah mereka; yang lain terjadi ketika para korban berusaha melarikan diri melalui rute yang telah ditetapkan oleh tentara Israel sebagai 'aman' setelah secara paksa dievakuasi dari rumah dan tempat tinggal mereka," kata laporan itu.
Islam Ali Salouha, yang tinggal di dekat Al-Shifa, mengatakan kepada Euro-Med, pasukan Israel membunuh kedua putranya, Ali (9) dan Saeed Muhammad Sheikha (6), ketika keluarga tersebut melarikan diri dari daerah itu setelah diusir dari rumah mereka. Salouha mengatakan, pasukan Israel secara khusus menargetkan anak-anak dengan peluru tajam.
Pada Minggu (24/3), tentara Israel memerintahkan semua orang di sekitar rumah Salouha untuk meninggalkan rumah mereka, jika tidak maka rumah mereka akan dibom. Dia dan keluarganya melarikan diri melalui jalan yang dipenuhi mayat yang telah ditetapkan oleh tentara Israel untuk dilalui.
Setelah berjalan hanya 10 meter, pasukan Israel menembaki keluarga itu, menewaskan kedua anaknya. Salouha mengatakan ketika mereka berusaha menarik kedua anaknya dari tanah, pasukan Israel menembaki mereka lagi, memaksa mereka meninggalkan Ali dan Saeed di tanah dan melarikan diri.
Safa Hassouna, seorang wanita Palestina yang tinggal di dekat Al-Shifa, mengatakan kepada The National bagaimana ia dipaksa meninggalkan rumahnya di dekat rumah sakit ketika pasukan Israel "mendobrak masuk dan memaksa mereka pergi."
Ketika pasukan Israel mulai melancarkan serangan berulang-ulang ke Al Shifa hampir dua pekan lalu, Hassouna memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya untuk menghindari penembakan. Namun, pasukan Israel kemudian menyerbu rumahnya.
"Mereka mengebom pintu dan memaksa kami keluar," katanya.
Hassouna mengatakan pasukan Israel menculik suami dan dua anak laki-lakinya dan menyuruhnya melarikan diri ke selatan bersama putrinya.
"Mereka memaksa suami saya dan putra-putra saya untuk melepaskan pakaian mereka. Mereka membawa mereka, dan saya serta anak perempuan saya pergi," katanya.
Hassouna mengatakan suami dan seorang putranya telah dibebaskan, tetapi nasib putranya yang lain tidak diketahui. Ketika ia digiring pergi, pasukan Israel memanfaatkannya sebagai perisai manusia untuk tank mereka.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang dia, dan saya khawatir," katanya kepada The National dari Gaza selatan, tempat dia sekarang tinggal. "Kami mengalami semua kesedihan dan kesedihan. Cukup sudah" sambungnya.
Pada Minggu, tujuh orang jurnalis termasuk seorang wartawan lepas yang bekerja untuk BBC terluka dalam serangan udara Israel yang menyasar RS Al-Aqsa, menargetkan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ).