Obat palsu Ebola mulai beredar
FDA menegaskan belum ada obat atau vaksin Ebola telah diuji.
Kian meluas dan cepatnya peredaran virus Ebola telah dimanfaatkan pihak-pihak ingin mengambil untung dengan menyebarkan obat palsu. Mereka mengklaim ramuan racikan mereka itu bisa mencegah terkena virus atau mengobati yang sudah terjangkit.
Badan Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (FDA) Kamis lalu telah memperingatkan beredarnya obat palsu diklaim untuk penyakit Ebola, seperti dilansir stasiun televisi Russia Today, Sabtu (16/8).
Menurut FDA, pihaknya sudah menerima sejumlah keluhan dari konsumen telah memakai obat palsu itu. "Saat ini belum ada vaksin atau obat untuk mencegah atau mengobati pasien Ebola," kata FDA dalam situs resmi mereka.
Mereka menjelaskan pihaknya tengah mengembangkan obat atau vaksin untuk Ebola. Namun hasilnya belum diuji secara penuh soal keberhasilan dan keamanannya. Suplainya juga sangat terbatas.
Selentingan beredarnya obat palsu juga terjadi di Nigeria. Di negara ini sudah ada tiga korban tewas. "Rumor itu sendiri bisa menimbulkan banyak kerusakan," kata Ketua Komisi Kesehatan Lagos Jidde Idris.
Hingga saat ini Ebola telah mewabah di empat negara di Afrika Barat, yakni Sierra Leon, Liberia, Guinea, dan Nigeria. Secara keseluruhan korban tewas akibat virus Ebola ini lebih dari seribu orang, termasuk di Amerika Serikat dan Arab Saudi.