Obsesi Lama Vladimir Putin Atas Ukraina Demi Keagungan Rusia
Retorika Putin menjadi lebih ekstrem dalam beberapa pekan terakhir, ketika antara 150.000 dan 200.000 tentara Rusia dikumpukan di sepanjang perbatasan Ukraina, mendorong dibukanya upaya diplomatik yang luas dengan tujuan mencegah invasi.
Presiden Rusia Vladimir Putin, yang meluncurkan invasi ke Ukraina pada Kamis pagi, telah lama terobsesi mengembalikan negara tersebut ke dalam genggaman Moskow, atas nama keagungan Rusia.
Bagi banyak orang Rusia dari generasinya, yang besar dengan propaganda Soviet, disintegrasi Uni Soviet dan lingkup pengaruhnya yang lenyap masih menjadi luka yang menganga.
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
-
Kapan para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Tepat 103 hari setelah benih ditanam, para peneliti disambut dengan delapan buah semangka yang tumbuh.
-
Apa yang berhasil ditanam oleh para ilmuwan Rusia di Antartika? Para ilmuwan telah berhasil menanam semangka di tempat yang tidak terduga: Antartika.
-
Di mana para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Prestasi pertanian ini adalah bagian dari percobaan di Stasiun Vostok.
Bagi Putin, seorang pegawai KGB yang berbasis di Jerman Timur pada saat Uni Soviet perlahan runtuh - antara 1989 dan 1991 - ini merupakan sebuah kekalahan personal.
Pemimpin Rusia itu pernah mengatakan berkali-kali, dia mengalami penderitaan yang sama seperti saudara sebangsanya ketika imperium Soviet runtuh, di mana baru-baru ini dia mengklaim dia terpaksa jadi sopir taksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat kembali ke tanah airnya.
Bagi banyak orang Rusia, bertahun-tahun setelah Soviet runtuh yang ditandai dengan penghinaan dan kemiskinan - kontras yang sangat mencolok dengan keberhasilan dan kemakmuran Barat pada saat itu.
Putin mengklaim bahwa akhir dari Uni Soviet merupakan "bencana geopolitik terbesar pada abad ke-20" - walaupun Rusia melalui dua perang dua.
Dikutip dari Al Jazeera, Kamis (24/2), retorika Putin menjadi lebih ekstrem dalam beberapa pekan terakhir, ketika antara 150.000 dan 200.000 tentara Rusia dikumpukan di sepanjang perbatasan Ukraina, mendorong dibukanya upaya diplomatik yang luas dengan tujuan mencegah invasi.
Dalam sebuah pidato pada 21 Februari, Putin tanpa dasar menuduh Ukraina ingin mengembangkan senjata nuklir dan menyebut pemerintahan Ukraina sebagai rezim "neo-Nazi" yang memikul tanggung jawab untuk setiap pertumpahan darah yang lebih jauh.
Dia mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis dan mengizinkan pengerahan pasukan "penjaga perdamaian" ke dua wilayah yang dikuasai pemberontak pro Rusia itu, Donetsk dan Luhansk.
Lahir dari keluarga kelas pekerja asal Saint Petersburg, Putin pada 2015 mengatakan, "jika sebuah pertempuran tak terelakkan, Anda harus pertama menyerang."
Salah satu gurunya, Vera Gurevich, mengatakan ketika Putin berusia 14 tahun mematahkan kaki salah satu teman sekelasnya, presiden masa depan itu mengatakan beberapa "hanya memahami kekuatan".
Dia telah berulang kali mempertanyakan gagasan tentang identitas dan kenegaraan Ukraina yang berbeda. Putin mengklaim dua revolusi Ukraina - pada 2005 dan 2014 - yang menyingkirkan elit-elit Rusia adalah hasil rencana Barat.
Kembali pada 2008, menurut media Rusia dan AS, Putin mengatakan timpalannya dari AS saat itu, George W Bush bahwa "Ukraina bahkan bukanlah sebuah negara".
Selama konferensi pers akhir tahunnya pada Desember 2021, Putin lagi-lagi membuat orang mengernyitkan alisnya ketika mengarakan Ukraina "diciptakan" oleh Vladimir Lenin, pendiri Uni Soviet.
Beberapa bulan sebelumnya, dalam sebuah artikel panjang berjudul "Tentang Persatuan Bersejarah Orang Rusia dan Orang Ukraina", dia mengatakan keputusan Kyiv didorong oleh rencana "anti Rusia" Barat.
Stanovaya mengatakan Putin selalu percaya bahwa orang Ukraina sendiri pro Rusia yang telah menjadi "target manipulasi".
Stanovaya menambahkan, dalam pemahaman Kremlin, perang tidak akan menjadi serangan pada Ukraina, tapi sebuah pembebasan bagi rakyat Ukraina dari penjajah asing.
Kremlin selama bertahun-tahun mengulang kalimatnya bahwa Barat telah mengambil keuntungan dari kelemahan Rusia pasca-Soviet untuk membangun kamp di dekatnya, mengkhianati janji-janji samar yang dibuat saat senjakala Uni Soviet.
Apa yang mendorong Putin, kata Makarkin, "adalah hasrat untuk menghentikan waktu".
Sisi gelap sejarah
Tatiana Stanovaya, yang mengelola pusat analisis R. Politik, memprediksi masa-masa suram di depan, mengatakan Putin telah "menyeberang ke sisi gelap sejarah".
Pada Kamis, Putin mengumumkan "saya telah membuat keputusan sebuah operasi militer" di Ukraina, dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Tak lama setelah pengumuman itu, ledakan segera terdengar di seluruh negeri, memicu kecaman internasional.
Dia membenarkan operasi itu dengan menuduh pemerintah Kyiv mengatur "genosida" di Ukraina timur.
Pengamat mengatakan rasa balas dendam Putin terhadap Ukraina semakin dalam ketika NATO dan Uni Eropa berkembang semakin luas ke negara-negara yang pernah didominasi Moskow.
Bagi pemimpin Rusia yang telah berkuasa lama itu, setiap upaya membawa Ukraina ke dalam aliansi Barat telah mewakili sebuah garis merah. Putin telah menjadikan misi historisnya untuk menghentikan hal ini dalam apa yang dia yakini sebagai wilayah pengaruh Rusia.
Dalam pandangannya, "jika otoritas tidak mengatasi masalah keamanan ini sekarang, lalu Ukraina akan menjadi anggota NATO dalam 10-15 tahun", menurut seorang pengamat, Alexei Makarkin.
Ketika revolusi pro Barat pecah di Kyiv pada 2014, Moskow mencaplok Semenanjung Krimea di Ukraina dan separatis pro Rusia angkat senjata di Ukraina timur, dalam konflik yang telah menelan 14.000 nyawa.
Bagi kepala Kremlin itu, Rusia harus merespons dengan menjadi kuat, bahkan mengancam. Mengalah tidak ada dalam sifat seorang mantan agen KGB dan jagoan judo itu.
Putin: Ukraina bukan negara
Lahir dari keluarga kelas pekerja asal Saint Petersburg, Putin pada 2015 mengatakan, "jika sebuah pertempuran tak terelakkan, Anda harus pertama menyerang."
Salah satu gurunya, Vera Gurevich, mengatakan ketika Putin berusia 14 tahun mematahkan kaki salah satu teman sekelasnya, presiden masa depan itu mengatakan beberapa "hanya memahami kekuatan".
Dia telah berulang kali mempertanyakan gagasan tentang identitas dan kenegaraan Ukraina yang berbeda. Putin mengklaim dua revolusi Ukraina - pada 2005 dan 2014 - yang menyingkirkan elit-elit Rusia adalah hasil rencana Barat.
Kembali pada 2008, menurut media Rusia dan AS, Putin mengatakan timpalannya dari AS saat itu, George W Bush bahwa "Ukraina bahkan bukanlah sebuah negara".
Selama konferensi pers akhir tahunnya pada Desember 2021, Putin lagi-lagi membuat orang mengernyitkan alisnya ketika mengatakan Ukraina "diciptakan" oleh Vladimir Lenin, pendiri Uni Soviet.
Beberapa bulan sebelumnya, dalam sebuah artikel panjang berjudul "Tentang Persatuan Bersejarah Orang Rusia dan Orang Ukraina", dia mengatakan keputusan Kyiv didorong oleh rencana "anti Rusia" Barat.
Stanovaya mengatakan Putin selalu percaya bahwa orang Ukraina sendiri pro Rusia yang telah menjadi "target manipulasi".
Stanovaya menambahkan, dalam pemahaman Kremlin, perang tidak akan menjadi serangan pada Ukraina, tapi sebuah pembebasan bagi rakyat Ukraina dari penjajah asing.
Kremlin selama bertahun-tahun mengulang kalimatnya bahwa Barat telah mengambil keuntungan dari kelemahan Rusia pasca-Soviet untuk membangun kamp di dekatnya, mengkhianati janji-janji samar yang dibuat saat senjakala Uni Soviet.
Apa yang mendorong Putin, kata Makarkin, "adalah hasrat untuk menghentikan waktu".
(mdk/pan)