Putra mendiang Bhutto nyatakan perang terhadap Taliban
Zardari mengatakan Nawaz Sharif telah mengecewakan masyarakat sebab tidak mendukung aksi militer buat melawan Taliban.
Bilawal Bhutto Zardari, putra mendiang Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto, telah melancarkan serangan keras terhadap lawan politiknya, yang dia katakan harus berhenti 'membuat-buat alasan' atas kekerasan dilakukan Taliban.
Zardari, pewaris salah satu dinasti paling terkenal di Asia Selatan itu, mengatakan Nawaz Sharif, perdana menteri Pakistan saat ini, dan politikus oposisi, Imran Khan, telah mengecewakan masyarakat sebab tidak mendukung aksi militer yang kuat buat melawan Taliban, seperti dilansir surat kabar the Guardian, Senin (3/2).
-
Bagaimana biaya hidup di Pakistan? Negara ini menawarkan beberapa biaya hidup terendah di dunia dengan Peshawar menjadi kota paling murah menurut indeks. Biaya rata-rata apartemen satu kamar tidur di kota yakni sekitar USD200 atau Rp 2,9 juta per bulan.
-
Di mana lokasi penipuan WNA Pakistan terjadi? Aksi seorang Warga Negara Asing (WNA) melakukan pungutan liar (Pungli) berkedok sumbangan agama menyasar warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
-
Di mana kota paling murah di Pakistan? Negara ini menawarkan beberapa biaya hidup terendah di dunia dengan Peshawar menjadi kota paling murah menurut indeks.
-
Apa modus penipuan yang dilakukan oleh WNA Pakistan? Aksi seorang Warga Negara Asing (WNA) melakukan pungutan liar (Pungli) berkedok sumbangan agama menyasar warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
-
Apa yang terjadi di Taman Gulshan-e-Iqbal, Lahore pada 27 Maret 2016? Pada tanggal 27 Maret 2016, pada Minggu Paskah, setidaknya 75 orang tewas (29 korban jiwa adalah anak-anak), dan lebih dari 340 orang terluka, dalam bom bunuh diri yang melanda pintu masuk utama Taman Gulshan-e-Iqbal, salah satu taman terbesar di Lahore, Pakistan.
-
Mengapa WNA Pakistan melakukan penipuan? Aksi WNA itu terekam dalam video yang viral di media sosial. Ada tiga WNA diduga melakukan pungutan liar berkedok sumbangan agama.
"Mungkin mereka menderita Sindrom Stockholm," kata Zardari, mengacu pada kasus penyanderaan di mana para sandera justru menunjukkan rasa simpati atau bahkan membantu penculik mereka. "Tidak ada alasan mengapa para pemimpin nasional, yang disebut pemimpin, tidak menyuarakan perlawanan terhadap orang-orang yang membunuh warga kita, membunuh angkatan bersenjata kita dan mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan itu."
Pernyataan itu cenderung mengkilapkan reputasinya baik sebagai seorang pendatang baru di kancah politik Pakistan yang terkesan kurang ajar, tetapi juga politisi paling keras di negara itu terkait pemberantasan masalah ekstrimisme dan militansi.
Meski tidak duduk di parlemen, tetapi Zardari memegang pengaruh signifikan atas Partai Rakyat Pakistan (PPP), di mana dia menjadi seorang ketua. Di masa lalu, partai itu telah dipimpim oleh kakeknya dan kemudian ibunya, yang terbunuh ketika melakukan kampanye pada 2007, serta ayahnya, Asif Ali Zardari.
Khan dan politisi sayap kanan lainnya telah dikritik atas penanganan terhadap Taliban Pakistan yang dipandang hanya menggunakan 'sarung tangan anak-anak', dalam upaya gagal untuk mengundang Taliban ke dalam perundingan damai.
Pada Sabtu pekan lalu Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), dikenal sebagai koalisi kelompok-kelompok militan di negara itu, mengisyaratkan apresiasinya terhadap pendekatan Khan dengan mengumumkan gerakan itu menginginkan Khan duduk di sebuah komite dengan empat ulama ekstrimis yang dikenal bersimpati dengan militan. TTP menyebut Khan dan lainnya dapat mewakili kepentingan mereka dalam perundingan damai dengan pemerintah.
Khan menepis dukungan memalukan itu dengan mengatakan TTP harus memilih wakil mereka sendiri dari Taliban bagi perundingan perdamaian.
Selain itu, banyaknya korban jiwa akibat serangan bunuh diri terhadap warga sipil hanya menimbulkan kecaman lemah lembut. Banyak politisi enggan bahkan untuk mengidentifikasi pelakunya adalah TTP.
Zardari mengatakan taktik itu telah menjadi bencana, dengan memberikan semangat para ekstremis untuk terus menargetkan warga sipil, termasuk Malala Yousafzai, seorang pegiat pendidikan remaja yang hampir meninggal pada 2012 lalu, setelah ditembak di kepalanya oleh Taliban.
"Ini kenapa orang-orang seperti Malala menjadi target karena para politisi, atau yang disebut para pemimpin negeri ini, tidak dapat menemukan keberanian untuk berbicara ketika seorang gadis berusia 16 tahun itu bisa. Jika kita semua berbicara dalam satu suara, mereka tidak bisa membunuh kita semua," kata dia.
TTP telah menggunakan kampanye intimidasi sangat efektif terhadap partai politik liberal dan berhaluan kiri serta wartawan untuk membungkam banyak para kritikus. Zardari mengatakan dia bisa berbicara hanya karena adanya operasi keamanan luas yang mengelilingi dirinya sepanjang waktu serta sangat membatasi perjalanannya di Pakistan, di mana dia hanya menghabiskan banyak waktu di kompleks layaknya benteng milik keluarganya di Karachi.
"Saya memiliki banyak pengaman, saya kehilangan ibu saya akibat Taliban karena kurangnya keamanan, dan itu menjelaskan sebagian mengapa saya bisa jadi vokal," ujar Zardari. "Tetapi begitu juga halnya Imran Khan. Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif, Kepala Menteri Provinsi Punjab, Shahbaz Sharif. Mereka semua memiliki lebih banyak pasukan keamanan daripada saya. Maka mereka tidak punya alasan untuk diam."
Di masa lalu Khan mengatakan retorika yang melengking mungkin dapat membahayakan nyawa para pendukungnya dan pegiat partai. Namun, Zardari tidak menunjukkan kehati-hatian itu. Dia bahkan berharap agar ribuan anggota masyarakat tertarik untuk datang di berbagai acara kebudayaan dia organisir di Provinsi Sindh dalam beberapa pekan mendatang. Ini adalah bagian dari sebuah festival dia telah promosikan sebagai tantangan yang sengaja dia buat untuk para ekstrimis dan militan, yang dia sebut sebagai 'manusia gua'.
Zardari dengan tegas melawan negosiasi dengan Taliban, dan mengatakan sudah saatnya untuk melakukan operasi militer secara luas melawan TTP, khususnya di basis militan di kawasan Waziristan Utara, sebuah area berbatasan dengan Afghanistan yang selama bertahun-tahun telah menjadi tempat perlindungan bagi sekutu jaringan Al-Qaidah.
Tapi dia mengingatkan sebuah operasi harus ada melalui kerjasama dengan Afghanistan, sebuah usulan yang mungkin memberikan ketidakpercayaan antara Kabul dan Islamabad. "Tanpa Afghanistan tidak ada gunanya kami meluncurkan operasi di sini jika mereka bisa melintasi perbatasan dan mencari perlindungan di sana," kata Zardari. "Situasi yang ideal adalah sebuah operasi dari kedua belah pihak pada waktu yang bersamaan."
Dalam beberapa pekan terakhir telah muncul bahwa Sharif akhirnya akan mengumumkan pembicaraan kebijakan yang telah diabaikan, di mana ajudan dekatnya mengatakan telah gagal membuat kemajuan. Namun, pada Rabu pekan lalu Sharif mengumumkan dia masih memberikan mereka sebuah kesempatan terakhir, dan mengumumkan sebuah sidang komisi perantara untuk mencoba berbicara dengan TTP.
Zardari mengatakan dia jengkel atas keputusan itu. "Ini sangat frustasi, bukan hanya bagi saya, tetapi bagi orang-orang yang membahayakan hidupnya setiap hari, untuk orang-orang yang mati setiap hari.
(mdk/fas)