Rusia Perluas Operasi Militer, Ingin Rebut Wilayah Lain di Ukraina
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia inginkan "darah, bukan perundingan".
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemarin mengatakan operasi militer di Ukraina kini akan meliputi wilayah di luar Donbas, sebelah timur Ukraina.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah, Lavrov mengatakan pembicaraan damai saat ini belum dimungkinkan karena pemerintahan Barat masih mendukung Ukraina untuk terus berperang ketimbang bernegosiasi.
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti Rusia di Punggung Bukit Atlantik Tengah? Mereka menangkap ikan yang tampak mirip dengan yang ditemukan di Kanada. Setelah para peneliti mengataminya lebih dekat, ikan tersebut memiliki kepala berukuran sedang, mata “sangat kecil” yang memiliki pupil tetapi tidak memiliki lensa dan gigi melengkung.
-
Siapa yang mengamankan Bule Rusia tersebut? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia inginkan "darah, bukan perundingan".
Ketika Rusia mulai melancarkan operasi militer ke Ukraina 24 februari lalu, Presiden Valdimir Putin mengatakan dia tidak bermaksud menduduki wilayah negara tetangganya itu. Dia mengatakan tujuan operasi militer itu untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Kiev dan negara Barat menyebut alasan itu hanyalah dalih Rusia untuk memperluas wilayah lewat perang.
Tapi Lavrov mengatakan realita geografis kini berubah sejak Rusia dan Ukraina menggelar pembicaraan damai di Istanbul, Turki, akhir Maret lalu.
Kala itu dia mengatakan Rusia hanya fokus ke Donetsk (DPR) dan Luhansk (LPR) di sebelah timur Ukraina.
"Sekarang geografinya lain, ini sudah bukan lagi soal DPR dan LPR, ini juga soal wilayah Kherson dan Zaporizhzhia dan sejumlah wilayah lainnya," kata dia, seperti dilansir laman Reuters, Kamis (21/7).
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba membalas pernyataan itu.
"Dengan mengakui akan mengambil wilayah Ukraina yang lain, menteri luar negeri Rusia membuktikan Rusia menolak diplomasi dan fokus terhadap perang dan teror. Rusia menginginkan darah, bukan perundingan," kata dia.
Lavrov menuturkan Rusia kemungkinan perlu merangsek lebih jauh ke Barat.
"Itu artinya tugas geografis akan terus diperluas jauh dari batas wilayah saat ini," kata dia.
Setelah gagal mengambil alih Ibu Kota Kiev di awal perang, Rusia Maret lalu mengatakan akan fokus meraih tujuan utama, membebaskan Donbas.
Hampir empat bulan kemudian, Rusia sudah menguasai Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas tapi masih jauh dari menguasai Donetsk.
Baca juga:
Ibu Negara Ukraina Datang ke AS Minta Tambahan Bantuan Senjata
Bos CIA: Tidak Ada Info Putin Sedang Sakit
Rudal Rusia Hantam Halte Bus dan Tewaskan Tiga Warga Sipil
Rusia Denda Google Rp5,5 Triliun karena Konten Ilegal
Jokowi Ingatkan Menterinya Hati-Hati dan Hemat Anggaran
Dunia Memasuki Senjakala Dominasi Barat, Kebangkitan China dan Rusia