Sederet bukti Duterte makin berani kepada Amerika Serikat
Presiden Filipina itu dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan.
Berawal dari Konferesi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Laos yang juga dihadiri Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghardik Presiden Barack Hussein Obama dengan kata 'brengsek'.
Duterte merasa terusik akan 'campur tangan' Obama terkait masalah yang ada di negaranya. Sejak menjabat presiden dua bulan lalu, sudah ribuan pengedar dan pecandu narkoba tewas diterjang peluru aparat keamanan Filipina. Hal itulah yang dia khawatirkan akan menjadi isu yang dipertanyakan oleh Obama.
"Saya hanya akan membicarakan masalah di Filipina dengan masyarakat Filipina. Memangnya siapa dia (Obama) itu?," ucap Duterte saat menyambangi Jakarta, di Shangri-la Hotel, Jumat (9/9).
Aroma selisih paham Duterte dengan Amerika Serikat makin kental kala sang 'Punisher' meminta armada laut AS diminta menyudahi patroli militer laut bersama Filipina di wilayah kekuasaan Abu Sayyaf di Mindanao karena malah jadi makin membahayakan.
"Mereka harus pergi, saya tidak ingin ribut dengan Amerika. Tapi mereka harus pergi," ucap Duterte seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (13/9).
"Orang-orang Amerika, mereka (separatis) benar-benar akan membunuh warga Amerika. Mereka akan mencoba untuk menculik dan kemudian meminta tebusan," tambah Duterte.
Pemberitaan terbaru menyebut kini Duterte lebih tertarik dengan senjata militer besutan Rusia dan China, usai menyetop kerjasamanya dengan AS.
Berikut ulasan lengkap dihimpun merdeka.com dari beragam sumber
-
Bagaimana Filipina menjadi negara merdeka? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika. Manuel Roxas mengambil kembali sumpahnya sebagai Presiden pertama Republik Filipina, setelah menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat.
-
Kenapa elang Filipina terancam punah? Ancaman utama mereka adalah kehilangan habitat akibat pertanian, pertambangan, perburuan, penebangan, dan perubahan iklim.
-
Di mana elang Filipina yang terlihat di video ini mendiami? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Kapan Alice Guo meninggalkan Filipina? Diawali pada 18 Juli 2024 meninggalkan Filipina, lalu menuju Malaysia, kemudian ke Singapura pada 21 Juli, dan melakukan perjalanan ke Indonesia pada 18 Agustus.
-
Bagaimana cara elang Filipina berburu monyet? Untuk berhasil mengejar monyet, dibutuhkan kerja sama antara sepasang elang Filipina. Salah satu elang akan mengalihkan perhatian kera sementara elang yang lain akan menyergap dari atas dan menangkap kera tersebut.
-
Kapan Filipina mencapai kemerdekaan penuh? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika.
Duterte minta tentara AS di Filipina Selatan angkat kaki
Presiden Filipina Rodrigo Duterte kemarin meminta angkatan bersenjata Amerika Serikat di selatan Filipina untuk hengkang dari wilayah tersebut. Menurut dia, adanya AS di wilayah tersebut hanya akan mempersulit perlawanan terhadap para militan kelompok separatis.
Sementara itu, Duterte mengatakan warga Amerika di Mindanao sebenarnya adalah target utama penculikan kelompok separatis, seperti Abu Sayyaf.
"Mereka harus pergi, saya tidak ingin ribut dengan Amerika. Tapi mereka harus pergi," ucap Duterte seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (13/9).
"Orang-orang Amerika, mereka (separatis) benar-benar akan membunuh warga Amerika. Mereka akan mencoba untuk menculik dan kemudian meminta tebusan," tambah Duterte.
Meski beberapa kali pernyataan tajam Duterte ditujukan kepada Amerika Serikat, mantan Wali Kota Davao ini mengatakan hubungan dengan Negeri Paman Sam juga penting. Dia menginginkan kebijakan luar negeri yang bebas.
Walaupun meminta AS untuk menarik tentaranya dari Filipina Selatan, Filipina tetap terus menghormati kewajiban perjanjian dengan AS.
"Presiden telah mengatakan, bahkan sebagai pernyataan prioritas dalam pidato pelantikannya, untuk menghormati kewajiban dan perjanjian serta komitmen khusus bahkan dengan AS," ucap Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay.
Pasukan khusus AS sendiri sudah sejak 2002 ada di Filipina. Washington memang menurunkan pasukan khussu mereka ke Mindanao untuk melatih sekaligus membimbing tentara Filipina menghadapi Abu Sayyaf.
Dalam program ini, sedikitnya 1.200 tentara AS yang diterjunkan ke Mindanao. Meski sudah berhenti sejak 2015, masih ada sejumlah kecil tentara AS di daerah tersebut.
Duterte berang Obama ikut campur masalah Filipina
 Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dua hari lalu hanya pertemuan basa-basi. Duterte menyebutkan, dalam pertemuan tersebut Obama menanyakan masalah pembunuhan tanpa peradilan terhadap kasus narkoba di Filipina.
Di hadapan masyarakat Filipina yang ada di Indonesia, Duterte mengatakan tidak menjawab pertanyaan Obama karena tidak mengenalnya.
"Saya hanya akan membicarakan masalah di Filipina dengan masyarakat Filipina. Memangnya siapa dia (Obama) itu?," ucap Duterte di Shangri-la Hotel, Jakarta, Jumat (9/9).
Mantan Wali Kota Davao itu dengan tegas mengatakan tidak menginginkan siapa pun turut campur tangan atas permasalahan di negaranya.
"Untuk AS, mereka hanya ingin menghancurkanmu," ucapnya.
Mengenai perkataannya yang menyebutkan Obama 'son of a whore', Duterte mengatakan itu hanya dibesar-besarkan media Barat. Menurut dia, di negaranya, 'son of a whore' tidak ada artinya.
"Son of a whore tidak ada artinya. Mereka (media) hanya membesar-besarkannya. Jika mereka tidak menyukaimu, mereka akan membuatmu buruk," tutur Duterte.
Beberapa waktu lalu, sebelum terbang ke Laos guna menghadiri pertemuan kepala negara se-Asia Tenggara, Duterte sempat menyebut Obama 'son of a whore'. Pria 71 tahun ini mengatakan kesal karena Obama turut campur tangan dalam permasalahan negaranya dalam memberantas narkoba.
Obama menyebutkan Duterte melanggar HAM karena pembunuhan tanpa peradilan kepada warga Filipina yang diduga terkait narkoba. Pasalnya, selama hampir tiga bulan menjabat sebagai Presiden Filipina, lebih dari 3.000 orang tewas ditembak.
Duterte sebut Obama brengsek
Presiden Amerika Barack Obama membatalkan rencana pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Hal itu terjadi setelah Duterte menghina Obama dengan sebutan 'dasar brengsek'.
Duterte menyampaikan pernyataan kasar itu sesaat sebelum berangkat ke Laos untuk mengikuti KTT ASEAN yang juga dihadiri Obama. Latar belakang pernyataan Presiden Filipina yang kontroversial itu adalah adanya kemungkinan dirinya bakal ditanya oleh Obama soal kematian 2.400 orang di Filipina sejak dua bulan selama Duterte menjabat sebagai presiden.
"Anda seharusnya lebih menghormati. Tidak begitu saja melemparkan pertanyaan dan pernyataan. Dasar brengsek, saya akan mengutuk Anda di forum itu," kata Presiden Duterte merujuk pada Obama dalam sebuah konferensi pers sebelum berangkat ke Laos.
Pernyataan Duterte membuat Gedung Putih membatalkan rencana pertemuan dengan Obama. Padahal kedua presiden dijadwalkan akan bertemu sebelumnya.
"Presiden Obama tidak akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Duterte dari Filipina sore ini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Ned Price seperti dikutip AFP, Selasa (6/9/2016).
Beberapa saat setelah Duterte meluncurkan penghinaan tersebut, Obama mengaku ragu bertemu dengan presiden Duterte. "Saya selalu ingin memastikan bahwa saya akan menghadiri pertemuan yang benar-benar produktif," kata Obama di sela pertemuan KTT G20 di Hangzhou, China, Senin.
Batal bertemu dengan Duterte, Obama dijadwalkan bakal bertemu dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye. Pertemuan ini akan membahas tes rudal terbaru yang dilakukan Korea Utara.
Setop patroli laut dengan AS, Duterte mau beli senjata Rusia & China
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan siap mempertimbangkan pembelian senjata dari Rusia dan China, serta menyetop patroli bersama dengan militer AS di Laut China Selatan. Dalam pidatonya di televisi kemarin, Duterte mengatakan dua negara (meski tidak disinggung secara langsung) telah setuju memberi Filipina 25 tahun pinjaman lunak untuk membeli peralatan militer.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, kata Duterte melanjutkan, 'masalah teknis' pasukan bersenjata akan mengunjungi China dan Rusia dan menilai mana yang terbaik.
Seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa (13/9), kala Duterte menyebut tidak ingin memotong 'benang merah' Filipina dengan aliansinya. Pernyataan terbaru menjadi sinyal pergeseran dari perjanjian pertahanan Filipina - AS sejak 1951.
Sebelumnya pelbagai aroma retaknya hubungan Filipina dan AS mulai tercium. Seperti permintaan Duterte kepada angkatan bersenjata Amerika Serikat di selatan Filipina untuk hengkang dari wilayah Mindanao.
Menurut dia, adanya AS di wilayah tersebut hanya akan mempersulit perlawanan terhadap para militan kelompok separatis.
Â
(mdk/pan)