Studi: Virus Corona dari Kelelawar Diam-Diam Menginfeksi Banyak Orang Asia Tenggara
Para peneliti memperkirakan rata-rata sekitar 66.000 kasus tahunan virus corona terkait SARS menyebar ke manusia.
Terdapat sekitar 65,000 kasus virus corona dari kelelawar yang secara diam-diam menginfeksi manusia setiap tahunnya di Asia Tenggara. Demikian menurut sebuah penelitian baru yang bisa membawa kita meningkatkan kesiapsiagaan terhadap pandemi di masa depan.
Dikutip dari laman Independent, Rabu (10/8), mamalia yang dapat terbang ini diketahui menjadi inang virus corona yang menular pada manusia, termasuk virus corona yang terkait SARS.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
Studi sebelumnya menunjukkan penularan virus ini ke manusia mungkin relatif umum di beberapa bagian dunia. Namun, interaksi manusia-kelelawar juga diketahui bervariasi di seluruh wilayah, dipengaruhi berbagai faktor sosial, ekologi, dan ekonomi pada skala individu dan komunitas.
Penelitian yang diterbitkan dua hari lalu di jurnal Nature Communications, menggunakan kerangka kerja baru untuk memperkirakan dan memetakan risiko potensi penyebaran virus corona dari kelelawar yang berkaitan dengan SARS ini.
Para peneliti, termasuk dari EcoHealth Alliance di Amerika Serikat, mengembangkan metode untuk menilai distribusi dan frekuensi risiko virus corona dari kelelawar yang bermunculan di Asia Tenggara.
Mereka membangun model prediksi untuk 26 spesies kelelawar yang diketahui menjadi inang virus corona terkait SARS di wilayah yang memungkinkan mereka memetakan populasi manusia tumpang tindih dengan kelelawar ini.
Kemudian para ilmuwan menggunakan data prevalensi dan demografi penyakit serta penilaian risiko untuk menghitung jumlah orang yang terinfeksi virus corona (SARSr-CoV) asal kelelawar di Asia Tenggara setiap tahun.
Para peneliti memperkirakan rata-rata sekitar 66.000 kasus tahunan virus corona terkait SARS menyebar ke manusia.
"Perkiraan kami rata-rata 66.000 orang terinfeksi SARSr-CoV setiap tahun di Asia Tenggara menunjukkan penyebaran SARSr-CoV dari kelelawar ke manusia umum di wilayah tersebut, dan tidak terdeteksi oleh program pengawasan serta studi klinis di sebagian besar wilayah kasus,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut.
Bukti penularan yang tidak terdeteksi juga terjadi pada kelelawar lainnya yang infeksinya dikenal banyak.
Mengutip sebuah contoh, para peneliti mengatakan pengawasan yang ditargetkan terhadap pasien ensefalitis di sejumlah kecil klinik di Bangladesh menunjukkan virus Nipah yang mematikan menyebabkan wabah setiap tahun dengan tingkat kematian keseluruhan sekitar 70 persen, “meskipun hanya baru-baru ini dilaporkan di negara itu. ”.
"Perhitungan kami atas banyaknya kasus yang tidak terdeteksi ini menggambarkan upaya pertama kita untuk mengetahui serta mengidentifikasi risiko banyaknya kasus SARSr-CoV dari kelelawar ke manusia," kata para peneliti.
Wilayah di China selatan, Myanmar timur laut, Vietnam utara, dan “wilayah terpadat dari Indonesia” memiliki keragaman spesies inang kelelawar SARSr-CoV tertinggi, catat penelitian tersebut.
Para ilmuwan mengatakan banyaknya kasus ini mungkin tidak terdeteksi karena pengawasan terbatas atau karena mereka mungkin menyerupai penyakit lain.
Meski masih dibutuhkan lebih banyak data untuk memvalidasi temuan ini dan untuk memprediksi risiko penularan melalui inang perantara, para ilmuwan mengatakan penelitian ini dapat membantu desain program pengawasan dan pencegahan di wilayah yang memungkinkan penyakit ini muncul.
Temuan ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap penyakit baru yang berasal dari kelelawar.
“Data geografi dan skala luapan ini dapat digunakan untuk menargetkan program pengawasan dan pencegahan potensi munculnya kelelawar-CoV di masa depan,” tulis peneliti dalam laporan itu.
(mdk/pan)