Suapan Yahudi di mulut pengungsi
Lembaga nirlaba asal Israel diam-diam membantu pengungsi Suriah di Yordania.
Tumpukan karung plastik berwarna ungu itu memenuhi dua ruangan di kantor sebuah lembaga nirlaba di Kota Mafraq, Yordania. Di luar para pengungsi asal Suriah telah berdiri dalam antrean. Kebanyakan adalah perempuan berabaya dan berjilbab serba hitam.
Tiap bungkusan berisi sejumlah pakaian dan bahan pokok, seperti miju-miju, pasta, susu bubuk, teh, serta produk pembersih - sabun dan deterjen - bagi 250 keluarga. Namun sebelum semua bingkisan dibagikan, satu hal mesti dihilangkan dari karung-karung itu, yakni kata Yahudi. Meski Israel dan Yordania telah membina hubungan diplomatik sejak 1994, namun isu soal Israel masih sangat sensitif di kalangan rakyat kerajaan Bano Hasyim ini
"Kami tidak mengumumkan memakai terompet, kami ini orang Israel," kata seorang staf IsraAid, organisasi bantuan bencana dan kemanusiaan asal Israel, seperti dilansir surat kabar the Jerusalem Post kemarin. "Tidak perlu. Sekali kucing keluar dari dalam karung, semua bakal heboh."
IsraAid pernah memberikan layanan kesehatan dan kejiwaan bagi korban gempa di Jepang dan Haiti. Mereka juga memasok makanan dan barang-barang lainnya ke dua kamp pengungsi di Kenya.
Lembaga ini mulai beroperasi di Yordania awal tahun ini. mereka mengklaim telah menggelontorkan bantuan sekitar USD 100 ribu bagi rakyat Suriah lari dari negara mereka akibat perang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa awal September lalu menyatakan jumlah pengungsi Suriah saat ini lebih dari dua juta, seperempat di antaranya lari ke Yordania. Dari seratus ribu penduduk Mafraq, setengahnya adalah pelarian dari Suriah.
Sasaran IsraAid berikutnya adalah kamp pengungsi di Hamra, sepertiga jam naik mobil dari Mafraq. Kamp ini dibuat sebulan lalu ini terletak di tengah gurun, tanpa listrik, dan rawan dibekap badai pasir. Ada 25 keluarga asal Damaskus menetap di sini setelah berjalan hampir seratus kilometer menuju perbatasan Yordania.
"Agenda utama saya adalah menerjunkan bantuan rakyat Israel ke seantero jagat dan menunjukkan kepada dunia Israel perhatian terhadap mereka (pengungsi)," kata Direktur Pendanaan IsraAid Shachar Zahavi. Dia yakin jika ketahuan bantuan itu dari negaranya, para pengungsi tidak bakal menolak. "Jika saya memberikan seorang pengungsi sekaleng tuna, apakah mereka benar-benar peduli asalnya dari mana?"
Korban gempa dan tsunami di Aceh pun pernah memperoleh bantuan kemanusiaan dari penduduk Israel digalang oleh Steve Stein. Dua tahun kemudian, giliran warga Klaten korban gempa mendapat pertolongan serupa dari Israeli Flying Aid.
Kita tahu dulu hingga akhir hayatnya, Nabi Muhammad menyuapi pengemis perempuan Yahudi saban hari. Kini seolah terbalik. Para Yahudi dermawan itu ingin menyampaikan pesan: rasa belas kasih adalah naluri dan tidak memandang perbedaan latar belakang.