Teror Prancis belum usai, pria sandera toko perhiasan
Polisi belum menyimpulkan ada kaitan antara insiden di Kota Montpellier ini dengan kasus Charlie Hebdo
Kasus penyanderaan silih berganti terjadi di Prancis tak sampai 24 jam dari berakhirnya drama Charlie Hebdo. Kali ini sebuah toko perhiasan di Montpellier, sebelah selatan Prancis mengalami nahas tersebut. Si pelaku merampok dan menyandera dua orang di toko tersebut pada Jumat (9/1).
Pelaku tersebut diketahui memiliki senjata api. "Ini kasus perampokan, diduga tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Paris saat ini," ujar Jaksa Christophe Barret, seperti yang dilansir dari situs Al Arabiya, Sabtu (10/1).
Selama lima jam pasukan elit antiteror berkutat dengan drama perampokan sekaligus penyanderaan ini, dan menutup sebagian besar wilayah di tengah kota Mediterranean. Akhirnya, pelaku menyerah dan membebaskan sandera. Motif penyanderaan masih didalami.
Tadi malam, dua bersaudara Cherif Kouachi dan Said Kouachi yang menyerang kantor Charlie Hebdo, akhirnya tewas. Setelah drama penyanderaan lebih dari lima jam, mendekati tengah malam waktu setempat, keduanya keluar dari bengkel. Dua pelaku keturunan Aljazair dan pernah dilatih Al Qaidah Yaman ini menembaki polisi, lalu diberondong balik.
Dalam waktu bersamaan, dua orang yang menyandera satu supermarket milik Yahudi juga berhasil diakhiri, kendati warga sipil ikut tewas. Insiden ini lebih berkaitan dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Total lima orang tewas, termasuk pelaku bernama Amedy Coulibaly. Istri pelaku kabur.
Polisi Prancis belum menyimpulkan dua insiden penyanderaan itu berkaitan. Tapi kepada negosiator sebelum diserbu, Coulibaly mengaku telah menelepon Kouachi bersaudara untuk bagi-bagi tugas.