Tiga jadi paranoid rakyat Amerika
Ketiga hal itu Islam, Arab, dan ledakan.
Paranoid. Itu gambaran masyarakat Amerika Serikat sejak bom mengguncang di lomba lari jarak jauh di Kota Boston, Amerika Serikat. Ada dua hal terlihat jelas ketakutan mereka bersumber yakni ledakan, Arab dan Islam.
Seperti dilansir BBC (17/4) sesaat setelah ledakan terjadi seruan untuk bunuh orang Islam langsung beredar di Twitter. Pelakunya seorang pembaca acara di stasiun televisi FOX bernama Erik Rush. Secara yakin dia mengatakan muslim pelakunya. "Mereka semua harus dihabisi," ujar Rush menunjuk langsung ke wajah para penganut agama dibawa oleh Nabi Muhammad ini.
Faktanya tersangka yakni Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev memang muslim. Mereka berdarah Checnya dan pelbagai pemberitaan seputar kegiatan mereka berhubungan dengan agamanya langsung dikorek mulai dari selalu mendengarkan ceramah ulama radikal, dilarang berhaji, pernah ingin berjihad ke Palestina, sampai kehidupan ibunya pernah masuk daftar teroris intelijen Amerika dua tahun lalu.
Islam kembali tercoreng. Tak ada yang mau peduli betapa pun indah ajaran agama Samawi itu yang dinilai oleh warga dunia perilaku segelintir orang mengaku muslim namun berbuat kerusakan, padahal jelas tertulis di Alquran manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi. Lagi-lagi ini diabaikan, seperti dilansir islamicmovement.org (20/4). "Bukan Islam mereka yang masih menyimpan rasa benci," demikian tulis situs itu.
Paranoid pada Islam berkembang. Jika sebelumnya seruan bunuh muslim banyak dikecam, fakta di lapangan banyak muslimah mendapat perlakuan tidak menyenangkan di Negeri Adidaya itu. Seorang dokter memakai jilbab dipukuli orang tidak dikenal hingga giginya patah. Anti-Islam juga datang dari politisi. Ann Coulter salah satunya. Dia mengatakan setiap perempuan berjilbab harus dipenjara seperti dilansir surat kabar the Huffington Post (24/3).
Kenapa perempuan? Sebab simbol Islam paling terlihat pada perempuan. Lelaki tidak pernah secara tegas harus mengenakan kopiah atau turban, namun kaum hawa wajib mengenakan busana menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan lantaran seluruhnya mampu menimbulkan rangsangan.
Selain paranoid pada Islam, warga Amerika mendadak punya ketakutan berlebih pada keturunan Arab. Diskriminasi ini terlihat saat sebuah pesawat ke Boston ditunda hanya karena ada dua orang bicara bahasa Arab dan Arab identik dengan Islam.
Masyarakat bahkan banyak menyerukan agar undang-undang mengenai imigrasi direvisi. Kebijakan selama ini dinilai melunak sebab Amerika sebelumnya memang terbuka pada siapa pun hendak datang ke negara itu. Namun seiring dengan menebarnya teror, mereka kembali mikir untuk menerima orang asing dari benua lain datang dan menetap. Kalaupun diizinkan masuk harus melaluAmi wawancara khusus dan mengetahui latar belakang para imigran.