Video Menyesatkan Tentang Covid-19 Ditonton Jutaan Orang di YouTube
Di antara informasi keliru tentang pandemi Covid-19 ini adalah gagasan soal perusahaan farmasi yang dikatakan sudah memilki vaksin corona tapi menolak untuk menjualnya.
Lebih dari seperempat video yang paling banyak ditonton di jejaring berbagi video Youtube tentang virus corona mengandung informasi menyesatkan. Demikian dikatakan sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh BMJ Global Health terhadap berbagai video yang paling banyak ditonton di orang Inggris hingga 21 Maret.
Dikutip dari BBC, Kamis (14/5), secara total video-video menyesatkan itu disaksikan lebih dari 62 juta kali.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Kenapa cromboloni viral di media sosial? Tips Membuat Cromboloni saat ini tengah ramai menjadi perbincangan di media sosial khususnya Tiktok.
-
Di mana virus-virus kuno itu ditemukan? Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Di antara informasi keliru tentang pandemi Covid-19 ini adalah gagasan soal perusahaan farmasi yang dikatakan sudah memilki vaksin corona tapi menolak untuk menjualnya.
YouTube mengatakan mereka sudah bertekad menghapus penyebaran informasi yang menyesatkan itu.
Para peneliti menyatakan "informasi yang baik dan akurat" sudah diunggah ke YouTube oleh kalangan pemerintah dan ahli kesehatan. Namun video-video mereka itu seringkali sulit dipahami dan kurangs menarik bagi para penonton Youtube dan narablog.
Setelah menyingkirkan video duplikasi, video berdurasi lebih dari satu jam dan video yang tidak relevan secara audio maupun materi visual, para peneliti akhirnya menganalisis 69 video tersisa.
Video-video itu kemudian diberi skor berdasarkan mana tayangan yang memberi informasi faktual ekslusif tentang penyebaran virus, gejala virus corona, pencegahan dan potensi penanganan.
Video dari kalangan pemerintah memiliki nilai yang lebih bagus dari sumber-sumber lain, namun justru jarang ditonton.
Dari 19 video yang mengandung informasi keliru:
-sekitar sepertiga berasal dari sumber berita hiburan
-berita dari dari kantor berita nasional
-sumber berita di internet sekitar seperempatnya
-13 persen diunggah oleh pembuat video independen
Laporan hasil penelitian ini merekomendasikan agar pihak pemerintah dan otoritas kesehatan seharusnya bekerja sama dengan sumber berita hiburan dan influencer media sosial untuk membuat tayangan faktual yang menarik dan lebih banyak ditonton orang.
Dalam pernyataannya Youtube mengatakan: "Kami berkomitmen menyediakan informasi yang membantu secara berkala di masa kritis ini, termasuk mengutamakan konten otoritas, mengurangi penyebaran informasi membahayakan dan menayangkan informasi dari berbagai lembaga menggunakan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan NHS (otoritas kesehatan Inggris) untuk memerangi berita menyesatkan."
"Kami mempunyai kebijakan yang tegas untuk melarang video yang mempromosikan perawatan dengan metode yang ngawur untuk mencegah penyebaran virus corona dan kami segera menghapus video yang melanggar peraturan ini ketika sudah ditandai. Sekarang konten apa pun yang bertentangan dengan penularan Covid-19 seperti yang dijelaskan WHO dan NHS adalah melanggar peraturan YouTube.
"Kami terus mengevaluasi dampak dari berbagai video ini ke masyarakat di seluruh dunia."
Marianna Spring, reporter media sosial dan spesialis disinformasi dalam analisisnya mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir ada peningkatan jumlah video yang mengangkat tema teori konspirasi dan disebarkan di YouTube dan video-video terbukti cukup populer.
Topik yang diangkat termasuk video seperti Plandemic, yang beredar luas di Internet pekan lalu.
Konten video yang cukup baik kualitasnya dan didukung wawancara dengan yang disebut ahli bisa membuat video semacam ini cukup meyakinkan. Meski fakta yang disajikan keluar dari konteks dan dipakai untuk menggiring ke arah kesimpulan yang menyesatkan.
Memberantas konten semacam ini adalah seperti permainan anjing dan kucing bagi sejumlah jejaring media sosial.
Penelitian ini memberi gambaran media arus utama juga bersalah atas penyebaran informasi yang menyesatkan.
(mdk/pan)