Bagaimana Menata Industri Pariwisata Indonesia yang Rentan Bencana?
Bagaimana Menata Industri Pariwisata Indonesia yang Rentan Bencana?
Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Data World Travel and Tourism Council (WTTC) melaporkan bahwa Top-30 Travel and Tourism Countries Power Ranking yang didasarkan pada pertumbuhan absolut pada periode 2011 dan 2017.
Untuk empat indikator perjalanan dan pariwisata utama menunjukkan Indonesia berada pada nomor 9 sebagai negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia. Sedangkan China, Amerika Serikat, dan India menempati posisi tiga besar.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Dimanakah keindahan alam yang luar biasa menjadi daya tarik wisata Indonesia? Ketiga, keindahan alam yang luar biasa, seperti pantai-pantai eksotis, gunung berapi, dan hutan hujan tropis, menjadi daya tarik wisata Indonesia.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
-
Apa yang membuat pemandangan alam di Indonesia menjadi daya tarik bagi wisatawan asing? Bahkan aneka ragam pemandangan alam memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
Untuk kawasan Asia, Indonesia berada di nomor ketiga setelah China dan India. Sedangkan untuk di kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia terbaik diantara negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand yang berada di nomor 12.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pariwisata Indonesia punya banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yaitu sektor pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar..
Pada 2019, pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN. Country Branding Wonderful Indonesia menempati ranking 47 dunia, mengalahkan country branding Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83).
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terus mengalami peningkatan sebesar 55 persen secara absolut, dari 2014 sebesar 9 juta, menjadi 14 juta pada 2017. Sektor pariwisata jadi penghasil devisa terbesar. Pada 2019, industri pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar di Indonesia yaitu 20 miliar dolar AS.
Dampak devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Di sejumlah daerah, sektor pariwisata sudah mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan makin meningkatkan masyarakat sekitarnya. Contohnya, pengembangan pariwisata Danau Toba telah meningkatkan PAD Kabupaten Samosir naik 81 persen dalam kurun waktu 2016-2017.
Namun sayangnya, industri pariwisata Indonesia sangat rentan bencana dan kalau tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam rilis yang diterima Liputan6.com, bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata.. Beberapa kejadian bencana telah menyebabkan dampak industri pariwisata, mulai dari erupsi Gunung Merapi pada 2000 sampai tsunami di Selat Sunda pada Desember 2018 lalu.
Risiko Bencana Bisa Dikurangi
Menurut Sutopo, hal itu menjadi menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Masih menurut Sutopo, mitigasi bencana harus ditempatkan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan sektor pariwisata.
Mitigasi dan pengurangan risiko bencana sebaiknya ditempatkan sebagai investasi dalam pembangunan pariwisata itu sendiri. Penataan ruang dan pembangunan kawasan pariwisata harus memperhatikan peta rawan bencana sehingga sejak perencanaan hingga operasional dari pariwisata itu sendiri selalu mengkaitkan dengan ancaman bencana yang ada.
Rencana pembangunan 10 Bali Baru atau 10 destinasi pariwisata prioritas yang akan dibangun yaitu Danau Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Wakatobi, Mandalika, Morotai dan Labuan Bajo sebaiknya juga mengkaitkan mitigasi dan pengurangan risiko bencana sehingga daerah pariwisata tersebut aman dari bencana.
Faktanya 8 dari 10 daerah prioritas pariwisata tersebut berada pada daerah yang rawan gempa, dan sebagian tsunami. Ditambah lagi, investasi pengembangan 10 detinasi pariwisata prioritas dan kawasan strategis pariwisata nasional tersebut sangat besar yaitu Rp 500 triliun.
Koordinasi perlu dilakukan dengan berbagai pihak. Pentahelix dalam pembangunan pariwisata dan penanggulangan bencana yang melibatkan unsur pemerintah, dunia usaha/usahawan, akademisi, masyarakat, dan media hendaknya didukung semua pihak.
Bencana adalah keniscayaan. Namun risiko bencana sebenarnya bisa dikurangi sehingga dampaknya dapat diminimumkan dengan upaya mitigasi dan pengurangan bencana. Di balik berkah keindahan alam Indonesia juga dampat menyimpan musibah terutama bagi dunia pariwisata kalau tidak dikelola dengan baik.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
(mdk/liputan6)