[Part 2] Cinta yang terkoyak di tengah gejolak perang
Ini adalah kisah nyata tentang cinta yang harus terpisah karena perang.
Calon suami Pi'ah adalah lelaki baik-baik dan berwajah tampan yang tinggal tak jauh dari rumah. Tetapi Pi'ah bersikeras tak mau menikah. Dia menjanjikan hatinya untuk saudara angkatnya, meskipun lelaki itu disebut-sebut pemuda paling jelek sekampung.
Meskipun Pi'ah sudah menyatakan keberatannya kepada sang ibu, pernikahan tetap digelar juga. Tak ada pilihan lain, Pi'ah lari dari rumah dan tidur di masjid setiap hari agar suaminya tidak bisa menyentuhnya.
Bulan demi bulan berlalu dan Durachim akhirnya pulang sebagai tentara dengan gaji dan kegagahan seorang tentara. Tetapi dia mendengar gadis yang dia minta untuk menunggu sudah menikah. Sebagai pria tanpa tedeng aling-aling, Durachim langsung pergi menemui suami Pi'ah. Tanpa banyak kata dia meminta izin untuk membawa Pi'ah dan memberikan baju seragam sebagai gantinya. Si suami setuju tanpa banyak mengeluh, mungkin terlalu takut untuk cari masalah dengan seorang tentara.
Durachim pun mengajak Pi'ah ke Kendari. Di sana mereka menikah resmi di hadapan hukum. Saat itu Pi'ah berusia 15 tahun, sementara Durachim 24 tahun. Para tetangga sering menggunjingkan pasangan tersebut. Bagaimana mungkin pria berwajah seperti dia bisa memiliki istri secantik itu?
Setelah beberapa tahun tinggal di Kendari, Durachim dan Pi'ah kembali ke Jawa. Mereka memiliki 9 orang anak, 1 meninggal sewaktu masih kecil. Pi'ah bilang dia cukup senang menjadi istri seorang prajurit dengan rumah sempit di dalam asrama, meskipun Durian sering meninggalkannya untuk bertugas di luar Jawa.
Apakah cerita mereka berakhir dengan bahagia? Mungkin bisa disebut seperti itu. Tetapi tentu saja tak seperti dongeng, cerita mereka tidak berakhir di sana. Pernikahan mereka diwarnai masalah dan cerita bahagia. Mereka bertengkar dan berbaikan seperti pasangan-pasangan lain.
Pi'ah meninggal di usia 46 karena tumor otak. Durachim tak pernah menikah lagi. Dia membesarkan anak-anaknya sampai dia menyusul Pi'ah di usia 62 tahun. Ketika ditanya oleh anak-anaknya mengapa ia tidak pernah menikah lagi, ia selalu menjawab, "Buat apa? Mana ada perempuan yang lebih cantik dari ibumu."
Seperti dituturkan Li'ana, putri tertua Durachim dan Pi'ah