[Part 2] Masih kah kita melihat bulan yang sama?
Hanya bulan yang dapat menjadi jembatan bagi kedua pasangan ini untuk merasa dekat. Namun pada akhirnya timbul masalah.
Pada bulan-bulan awal hubungan jarak jauh yang kami alami ini, semua masih berjalan dengan lancar. Di sela-sela kesibukannya dalam mempersiapkan kuliah selalu ada waktu sekitar 30 menit untuk setidaknya mengobrol dan bercerita mengenai apa yang kami lakukan.
Setiap kali merasa kangen kami akan menghabiskan waktu untuk melakukan voice call atau video call sambil mencoba untuk memandang bulan. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Jepang yang tidak terlalu lama membuat kami selalu merasa dekat karena dapat memandang bulan yang sama dalam waktu bersamaan.
-
Kenapa Hari Valentine dikaitkan dengan cinta? Karena alasan inilah hari Valentine lantas dikaitkan dengan hari perayaan cinta.
-
Apa yang dimaksud dengan puisi hari Valentine? Puisi hari Valentine dapat menjadi media untuk membebaskan perasaan dan menggambarkan keindahan hubungan.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Valentine? Perayaan ini memiliki akar sejarah yang kompleks dan berbagai versi asal-usulnya. Namun, secara umum, Hari Valentine diidentikkan dengan cinta romantis dan ekspresi kasih sayang.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan Hari Valentine untuk sahabat? Ucapan Hari Valentine untuk Sahabat 41. "Selamat Hari Valentine, sahabatku tercinta! Terima kasih telah menjadi teman sejati yang selalu ada di setiap langkah hidupku."
-
Apa itu Hari Valentine? Hari Valentine, yang juga disebut Hari St. Valentine, adalah perayaan kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya.
-
Kenapa puisi hari Valentine bisa menjadi sarana ekspresi cinta yang mendalam? Puisi hari Valentine dapat menjadi sarana ekspresi yang mendalam dan abstrak, memungkinkan penulis untuk menyentuh inti dari perasaan cinta mereka.
Setiap berbincang, suaranya tampak sangat senang walau juga terdengar sedikit lelah. Dia mengatakan bahwa saat ini sedang memperdalam bahasa Jepang yang dimilikinya agar tidak kesulitan ketika perkuliahan nanti telah dimulai. Tidak lupa selalu dia katakan bahwa semoga kuliahku juga cepat selesai dan segera dapat menemuinya di sana.
Tentu saja aku selalu bilang iya dan mengamini pendapatnya tersebut. Namun dalam hati terdapat suatu rasa tidak percaya pada diriku sendiri. Aku memang yakin dapat segera lulus, namun tidak pernah muncul keyakinan sedikit pun bahwa aku dapat menyusulnya ke Jepang.
Alasan pertama adalah karena aku tak yakin bahwa otakku cukup pandai dan nilai-nilaiku cukup untuk membawaku kuliah atau bekerja di sana. Yang kedua adalah karena jurusanku yang rasanya tidak memungkinkan untuk membawaku kuliah atau bekerja di Jepang.
Mungkin baginya pergi ke Jepang merupakan sebuah langkah yang masuk akal karena dia mempelajari tentang fisika dan negara tersebut merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan. Namun buat apa seorang sarjana Sejarah seperti aku bekerja atau kuliah di Jepang? rasanya hal itu sulit terjadi.
Tentu saja kekhawatiran itu tidak kuungkapkan kepadanya karena tentu saja itu dapat membuatnya kecewa. Aku hanya akan berbicara mengenai hal-hal yang membuatnya senang dan tenang saja. Pertimbanganku adalah karena dia berada di tempat yang jauh dan berada dalam kondisi penuh tekanan sehingga sebisa mungkin harus berada dalam kondisi yang menyenangkan dan menenangkan.
Bagiku saat untuk bertemu dengannya mungkin akan terjadi ketika dia sudah menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Indonesia. Percakapan dan keyakinan seperti itu berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Hingga akhirnya muncul suatu hal yang benar-benar mengguncang duniaku dan membuatnya serasa terbalik. Sebuah kata-kata yang dia ucapkan di sela rutinitas kami dalam seminggu sekali yang menyebabkan hal itu terjadi.
"Kayaknya kamu kurang ada usaha deh, buat mewujudkan keinginan kita. Mungkin mending kita pikir-pikir lagi hubungan ini karena tampaknya aku nggak akan pulang dalam waktu dekat beberapa tahun ini", ujarnya dalam nada sangat lelah yang tak pernah ku dengar sebelumnya.
Sejak saat itu pikiranku mulai berubah dan aku mulai berusaha sungguh-sungguh untuk setidaknya lulus kuliah dan menyusulnya ke Jepang walaupun aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bersambung.
Baca juga:
[Part 1] Masih kah kita melihat bulan yang sama?
5 Hal menyebalkan yang dilakukan pria ketika melakukan PDKT
[Part 3] Selembar cinta dalam buku harian nenek
[Part 2] Selembar cinta dalam buku harian nenek
[Part 1] Selembar cinta dalam buku harian nenek