Pemuda-pemudi padati konser musik di hutan Kota Bandung
Konser berlangsung tepat di tengah hutan kota yang berbentuk lembah, dekat Sungai Cikapundung.
Konser musik unik disuguhkan lewat Musca Bdg, sebuah konser musik yang memadukan seni dan konservasi alam yang digelar di Taman Hutan Kota Babakan Siliwangi, Jalan Siliwangi, Minggu (25/10). Konser ini diwarnai penanaman pohon pinus. Ditargetkan hingga 2016 nanti Babakan Siliwangi sudah penuh dengan 4.000 pohon pinus.
Konser ini dibuka pukul 17.00 WIB dengan suguhan musik dari band Float yang langsung disambut tepuk tangan dan gemuruh ratusan penonton yang memadati area pertunjukan di bagian dalam Babakan Siliwangi.
Konser berlangsung tepat di tengah hutan kota yang berbentuk lembah, dekat Sungai Cikapundung. Hentakan musik progresif muncul dari panggung yang didirikan di antara pepohonan. Ratusan pemuda dan pemudi mengacungkan tangan dan ikut bernyanyi.
Konser ini gratis, namun pengunjung harus melakukan registrasi untuk mendapatkan e-invitation dengan mengisi formulir di http://muscabdg.com/register.aspx. Hingga pukul 18.00 WIB, terjadi antrean panjang hingga ke Jalan Siliwangi. Jarak ujung antrean dengan lokasi konser sekitar 500 meter.
Band pengisi acara konser ini antara lain Lizzie, The Fox and The Thieves, Under The Big Bright Yellow Sun, Elephant Kind, Barasuara, Payung Teduh, dan Float.
Selain musik, Musca Bdg menyajikan beberapa instalasi kayu yang diusung Matoa, perusahaan kreatif dengan bahan dasar limbah kayu. Salah satu produknya adalah jam tangan dari kayu. Selain itu, pengunjung juga bisa menuliskan pesan-pesannya tentang konservasi hutan kota di sebuah bok-bok kayu yang disediakan di jalan menuju panggung.
Puguh Waluyo, 18 tahun, mengakui konsep konser musik dengan semangat konservasi alam adalah hal baru. Selama ini, konser-konser musik banyak digelar terpisah dengan alam. "Unik, ini konsep baru konser di tengah hutan, nuansa alamnya terasa. Jarang-jarang acara semacam ini," kata mahasiswa Unpad ini kepada Merdeka Bandung.
Pria asal Bogor ini menambahkan, pendekatan konservasi alam lewat musik merupakan terobosan untuk merangkul anak muda. "Tapi soal kelestarian hutan itu sih tergantung kitanya saja. Kalau kitanya tidak tertib, buang sampah sembarangan, memperlakukan alam seenaknya, ya sulit," katanya.
Di sela konser, Musca Bdg juga berkolaborasi dengan Matoa untuk melakukan penanaman pohon pinus. Matoa membuka program penjualan satu produk jam tangan kayunya yang terjual dapat menanam satu pohon pinus di Babakan Siliwangi.
CEO Matoa Indonesia Lucky D Aria mengatakan, dalam konser Musca Bdg akan ditanam 100 batang pohon, dan program ini terus berlanjut hingga 2016 mencapai 4.000 batang pohon pinus. "Pinus dipilih karena di sini habitatnya," terang Lucky.
Ia menambahkan, pihaknya berusaha mengampanyekan kelestarian lingkungan dengan menggunakan kayu-kayu bekas. Produk dengan kayu lebih mudah didaur ulang daripada produk plastik, besi atau karet.
"Ada anggapan di masyarakat kalau kita pakai produk kayu merusak lingkungan. Sebetulnya bahan baku paling ramah lingkungan justru kayu. Yang salah itu penggundulan pohon secara ilegal. Sedangkan kita memakai bahan dasar kayu bekas," tuturnya.