F-86 Sabre, Kisah Ironi TNI AU Terpaksa Gunakan Jet Tempur Bekas Australia
Bukan Mirage 2000 saja. Salah satu pesawat tempur bekas yang pernah digunakan TNI AU adalah F-86 Sabre, hibah dari pemerintah Australia.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membeli 12 pesawat Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar. Kebijakan ini menuai pro dan kontra.
Bukan kali ini saja TNI AU menggunakan pesawat tempur bekas. Salah satu pesawat tempur bekas yang pernah digunakan TNI AU adalah F-86 Sabre, hibah dari pemerintah Australia.
Di era Orde Lama, Indonesia sedang mesra-mesranya dengan Rusia dan Blok Timur. Dalam persiapan perang melawan Belanda di Irian Barat, Indonesia membeli alutsista paling canggih saat itu.
Mulai dari pesawat jet pemburu MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan yang paling canggih MiG-21. Lalu pesawat pengebom TU-16 KS dan berbagai persenjataan canggih lainnya.
"Negara-negara tetangga pada tahun 1962, belum memiliki pesawat tempur supersonik seperti MiG-21," tulis Marsekal Muda (Pur) Wisnu Djajengminardo dalam biografinya Kesaksian Kelana Angkasa yang diterbitkan Angkasa Bandung.
Namun masa keemasan TNI AU menjadi kekuatan udara paling disegani di Asia itu tidak bertahan lama. Angin politik berubah seiring G30S/PKI tahun 1965. Kerja sama militer dengan Uni Soviet dan RRC berakhir.
Kurang dari 10 tahun, kekuatan TNI AU merosot drastis. Pesawat tempur canggih dan pesawat pengebom itu menderita kekurangan suku cadang.
Dalam buku Sejarah TNI AU 1970-1979 yang ditulis Dispenau, ditulis TNI AU merancang program Garuda Bangkit untuk memperkuat kembali kekuatan TNI AU.
Di awal Orde Baru kondisi masih sulit, pemerintah Indonesia tidak memiliki cukup dana untuk membeli pesawat tempur baru. Sementara pesawat dari Blok Timur sudah tidak bisa digunakan lagi.
Australia Tawarkan Pesawat Bekas
Titik terang datang dari Australia. Di era Orde Lama, hubungan Indonesia dan negara tetangga ini naik turun. Setelah rezim berganti, kedua negara sepakat menjalin hubungan baik dan kerja sama di bidang militer.
Realisasinya, pemerintah Australia memberikan 16 pesawat F-86 Sabre bekas untuk TNI AU. Pesawat tersebut adalah CAC Sabre atau CA-26, Varian F-86 yang diproduksi Australia setelah mendapat lisensi dari AS tahun 1953.
Australia sudah menggunakan pesawat tempur yang lebih canggih dan tidak lagi memproduksi pesawat tersebut. Australia juga siap menanggung semua biaya pelatihan pilot dan teknisi TNI AU.
"Penghibahan pesawat F-86 Sabre dari Australia ini sedikit mengobati ketimpangan yang dialami TNI AU saat itu," tulis Dispenau.
Tahun 1973, pesawat F-86 Sabre ini mulai berdatangan ke tanah air. TNI AU menempatkannya di Skadron 14 Sabre Lanud Iswahjudi.
Ironi F-86
Kedatangan F-86 itu memang menghidupkan kembali skadron tempur TNI AU. Namun sebenarnya, kecanggihan F-86 Australia itu masih di bawah MiG-21 yang pernah digunakan AURI.
Menurut Marsda (Purn) Wisnu dalam catatannya, saat TNI AU menjadi kekuatan utama di Asia, Australia berusaha memodifikasi F-86 milik mereka, tetapi pesawat itu masih transonik. Kemampuan pesawat era Perang Korea itu masih berada di bawah MiG-21.
F-86 dijuluki pembunuh MiG dalam perang Korea. Namun saat itu lawannya adalah mayoritas MiG-15, bukan MiG-21 yang lahir belakangan.
Namun karena keterbatasan dana dan terdesaknya kebutuhan jet tempur, hibah tersebut cukup membantu Indonesia.
F-86 memperkuat TNI AU tak lama, tahun 1980 pemerintah Indonesia menggantikannya dengan pesawat F-5 Tiger yang lebih canggih.