Kesederhanaan Jenderal Edi Sudradjat Bikin Kagum, Sentil Anak Buah Tampil 'Kinclong'
Meskipun menduduki sejumlah jabatan penting di ABRI pada era Orde Baru, Edi Sudradjat tak pernah meninggalkan gaya hidup bersahajanya. Jika berkunjung ke kodam-kodam, bisa dipastikan Edi tidak akan mau menginap di hotel mewah.
Meskipun menduduki sejumlah jabatan penting di ABRI pada era Orde Baru, Edi Sudradjat tak pernah meninggalkan gaya hidup bersahajanya.
Penulis: Hendi Jo
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana cara sejarawan menentukan kebenaran sebuah peristiwa sejarah? Sejarah menggunakan metode ilmiah dan analisis kritis untuk menilai keandalan sumber dan menyusun narasi yang berdasarkan bukti.
Di era Orde Baru, jika Anda seorang petinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) maka Anda memiliki peluang besar untuk mendapatkan keuntungan pribadi, terutama kepentingan ekonomi. Hal tersebut, tidak terlepas dari posisi politik ABRI yang cenderung berlaku sebagai pelindung kekuasaan Presiden Soeharto.
Namun, Jenderal Edi Sudradjat adalah pengecualian. Jika mau, semua fasilitas dan keuntungan ekonomi itu bisa saja didapatkan secara mudah. Mengingat hingga tahun 1993, Jenderal Edi adalah kepala staf Angkatan Darat, panglima ABRI sekaligus menteri pertahanan dan keamanan Republik Indonesia (RI).
Mayjen (Purn) Lisno menyebut Edi adalah perwira tinggi yang pantang 'bermain proyek'. Alih-alih dirinya, saudara dan sanak keluarganya pun tak mau dia libatkan dalam pekerjaannya. Alkisah, pada suatu hari datanglah salah seorang saudara Edi mengunjungi Lisno. Secara terus terang dia 'meminta proyek'.
Lisno yang saat itu merupakan sekretaris pribadi Jenderal Edi tentu saja merasa kagok dengan permintaan itu. Secara halus, dia menyatakan dirinya tidak masalah dengan permintaan itu. Tapi harus sepengetahuan Edi. Mengetahui watak Edi, saudaranya malah membatalkan permintaan tersebut.
"Orang yang seperti Pak Edi itu sepertinya 'manusia tidak wajar' di era itu. Kalau ada manusia yang paling bersih (minimal secara administrasi) di Indonesia hingga Desember 2006 (pada waktu Edi meninggal), bisa jadi dia adalah Edi Sudradjat," kata mantan Direktur Utama PT. Asabri itu.
©Wikipedia/Markas Besar ABRI - Difoto dari : Buku Karya Juang Seskoad
Edi Sudrajat di Mata Benny Moerdani
Sikap tegas Edi bisa jadi lahir dari sikap bersahaja yang kerap ditampilkan dalam kehidupannya sehari-hari. Baik di tempat kerja maupun di rumah.
Almarhun Jenderal L.B. Moerdani selalu mengingat kebiasaan Edi jika bepergian kemana pun kerap membawa 'handuk bagian' warna hijau yang bertuliskan: Kartika Eka Paksi.
Soal ini malah pernah menjadi bahan ejekan Benny (panggilan akrab L.B. Moerdani) kepada Edi saat mereka melakukan suatu kunjungan dinas ke luar negeri.
"Bagi Edi, tidak ada bedanya antara berkunjung ke Batujajar dengan pergi ke Singapura, ia tetap akan membawa handuk kebanggaannya itu," ungkap Beny kepada Lulu Lugiyati, istri Edi.
Edi Sindir Anak Buah
Karena sikap sederhananya itulah, Edi sangat tidak menyukai jika ada anak buahnya yang berpenampilan 'lain sendiri'. Itu pernah dialami oleh Mayjen (Purn) Haris Sudarno.
Suatu hari di tahun 1982, sebagai kepala staf Kodam Jaya berpangkat brigadir jenderal, Haris Sudarno menemui Mayjen Edi. Saat menghadap itu, Haris tidak mengenakan seragam PDH (Pakaian Dinas Harian) yang biasa. Melainkan memakai seragam yang bahannya standar US Army, oleh-oleh dari atasannya yang beberapa waktu sebelumnya baru pulang dari Amerika Serikat.
Tentu saja Haris tampak 'kinclong' sendiri saat bergabung dengan kawan-kawannya. Penampilannya lebih gagah dan keren. Soal itu ternyata menjadi perhatian Edi yang langsung menemuinya.
"Kita kan sudah ada jatah, Ris. Kok, kamu maunya yang keren, lain sendiri? Kayak selebriti saja kamu itu," ujar Edi.
Kejadian yang sama kembali terulang saat Edi menjadi Kasad. Suatu hari, dia melihat Haris mengenakan sepatu PDH standar US Army yang sebenarnya persis seperti sepatu PDH milik ABRI, namun memang kualitasnya lebih baik. Melihat itu, lagi-lagi Edi menyindir Haris.
"Kamu sepatunya bagus banget! Kenapa pakai sepatu begini? Emang kurang apa sepatu yang biasa kita pakai? Ini yang bikin prajurit tidak dekat dengan pemimpin. Prajurit pakai apa, kita pakai yang apa!"
Alih-alih merasa keren, Haris malah menjadi malu dan tidak enak hati. Dia pada akhirnya sadar, jika dirinya tak seharusnya berlaku demikian. Namun tak ada kemarahan dalam hatinya.
"Kalau ditelaah, saya ini kurang dekat apa lagi dengan beliau, ke mana-mana saya bareng. Itulah Edi Sudradjat. Kesederhanaan dan konsistensinya betul-betul nyata," ujar mantan Pangdam Brawijaya di era 1990-an itu.
Tak Pernah Tidur di Hotel Mewah
Dalam berpakaian, Edi memang kerap berpenampilan sangat sederhana. Tak ada model atau merek tertentu yang harus dia kenakan. Apapun, akan ia pakai, yang penting terlihat rapih. Soal itu pernah menjadi 'bahan guyonan' Lulu kepada suaminya tersebut.
"Masa Jatnika lebih ganteng daripada Bapak? Jasnya lebih mengkilat," ujar Lulu seraya menyebut nama ajudan Edi.
"Jatnika itu kan lebih muda dari saya. Jelas ia lebih ganteng dong," jawab Edi sambil tersenyum.
Jika berkunjung ke kodam-kodam, bisa dipastikan Edi tidak akan mau menginap di hotel mewah. Walaupun sebenarnya dana untuk itu tersedia. Dia sangat menikmati tidur di mess yang ada di lingkungan Kodam atau Pemda setempat. Pokoknya, sebisa mungkin Edi tidak ingin membebani Kodam.
"Kata Bapak, kalau kita membebani Kodam, toh Kodam larinya ke kita-kita juga nanti," kata Edi seperti dituturkan oleh Letnan Kolonel (Purn) Jatnika.