Ketakutan Belanda Terhadap Busana Muslim
Selama berabad-abad dalam berbagai macam pemberontakan besar maupun kecil di Hindia Timur, Belanda dihadapkan dengan masyarakat yang berpakaian muslim.
Belanda memperkuat kekuasaannya di Nusantara dengan memunculkan peraturan-peraturan yang dibuat untuk melenggangkan pengaruhnya. Salah satunya adalah peraturan tentang pengelompokan dan cara berpakaian.
Bagi Belanda, pribumi harus mengenakan pakaian sesuai dengan daerahnya. Aturan ini berlaku juga bagi bangsa-bangsa asing yang tinggal di Hindia Belanda.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
Dalam Nederlandsch-Indisch Plakaatboek dijelaskan, tujuan Belanda menerapkan aturan tersebut agar memudahkan mereka melakukan kontrol di Masyarakat.
Bergantinya kekuasaan VOC menjadi Pemerintahan Belanda pada tahun 1800-an beriringan dengan munculnya tren berpakaian muslim sebagai identitas ke-Islam-an. Menurut sejarawan Kees van Dijk, orang-orang Belanda yang tinggal di Hindia Timur, Eropa Baru, menganggap gaya berpakaian muslim sebagai salah satu bentuk 'kebangkitan Islam'. Kondisi yang memunculkan banyak sentimen-sentimen Islami di kalangan penguasa Belanda.
Alasannya, selama berabad-abad dalam berbagai macam pemberontakan besar maupun kecil di Hindia Timur, Belanda dihadapkan dengan masyarakat yang berpakaian muslim. Kaum muslim yang menentang penguasa Belanda memakai jubah panjang putih dengan turban di kepala.
Berbagai macam pemberontakan itu juga terjadi di Jawa. Salah satunya dipimpin Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa tahun 1825-1830. Dalam peperangan tersebut, menurut sejarawan Peter Carey, Pangeran Diponegoro selalu menggunakan pakaian muslim sebagai pakaian perang.
"Pangeran Diponegoro mengenakan pakaian untuk Perang Suci; celana, jubah, dan penutup kepala yang dikenakan semuanya berwarna putih,” tulis Peter Carey.
Ketakutan Belanda
Gaya berpakaian ini juga menjadi ciri khas bagi orang-orang yang baru kembali dari perjalanan ke tanah suci. Dalam History of Java, Gubernur Jenderal Raffles punya penilaian sendiri terhadap mereka yang berpakaian muslim.
"Mereka yang baru pulang dari perjalanan suci biasanya berpakaian serba putih dan meniru turban-turban Arab, mereka yang bergaya seperti itu oleh orang Belanda dianggap sebagai penghasut gerakan anti-belanda."
Selain gaya berpakaian, orang-orang yang baru pulang dari tanah suci seringkali membawa serta pemikiran-pemikiran seperti Pan Islamisme. Semangat kebangkitan Islam memunculkan pemikiran kemerdekaan. Sehingga dikaitkan dengan sentimen-sentimen anti-penjajah.
Contohnya di India. Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum muslim telah membawa kerugian besar bagi Inggris. Belajar dari yang terjadi di India, Pemerintah Belanda tidak ingin menanggung kerugian yang sama. Mereka juga takut pemerintahannya diganggu para haji atau golongan muslim berpakaian ala Arab.
Awal Mula Busana Muslim Bagi Orang Indonesia
Busana muslim yang dipakai pribumi Indonesia awalnya dipengaruhi cara berpakaian yang dibawa bangsa Arab. Seperti tertulis dalam catatan perjalanan Ibnu Batutah yang sedang berkunjung ke Samudera Pasai untuk bertemu Sultan Mahmud Malik az-Zahir.
"Setelah pertemuan selesai, Sultan Mahmud Malik az-Zahir memasuki kamar ganti dan melepaskan pakaian yang dikenakannya, yaitu jubah seorang ahli hukum. Karena hari ini Jumat maka pada siang hari pergi ke masjid dengan memakai pakaian kerajaan berupa tunik dari sutra dan katun," dikutip dari Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan.
Sejarawan De Graaf juga membahas hal itu berkaca dari kisah dan kehidupan Raden Patah, Raja Demak yang tak lain kerjaan Islam Pertama di Jawa. Hegemoni kultural Jawa mengalami restorasi dengan nilai dan budaya Islam.
"Raden Patah jatuh sakit hingga kehilangan kesadarannya setiap kali ia mencoba untuk duduk di atas tahta dengan berpakaian sebagai seorang haji (menggunakan gamis, sorban dan turban). Tetapi setelah ia menggantinya dengan menggunakan tutup kerajaan gaya Jawa dan ornamen telinga, ia dapat duduk dengan selamat," tulis De Graaf dalam buku Geschiedenis van Indonesie.
Pada pertengahan abad ke-17 saat Belanda sudah mulai membentuk kerajaan dagangnya di wilayah Nusantara. Salah satu pejabat VOC, Rijckloff van Goens menyaksikan Raja Mataram, Susuhunan Amangkurat I berkumpul di alun-alun. Satu hal yang menarik perhatiannya adalah gaya berpakaian raja-raja dan bangsawan Jawa.
"Sekitar empat, lima, enam, tujuh, sampai 800 bangsawan berkuda berkumpul di alun-alun dengan dandanan sang raja, apakah memakai tutup kepala Jawa atau turban gaya Turki. Raja mengenakan turban, semua orang menanggalkan tutup kepala mereka dan mengambil penutup kepala lain dari pelayan mereka agar sama dengan sang raja," Jelas Van Goens dalam bukunya Reisbeschrijving van den weg uit Semarang nae de koninklijke hoofdplaats Mataram.
Cerita Van Goens tersebut menerangkan bahwa identitas para raja-raja Islam di Nusantara, bahkan di Jawa mengadopsi ke-Islam-an yang dipadukan dengan budaya dan hegemoni Jawa.
Reporter Magang: Ita Rosyanti