Kisah Lucu & Heroik Awak Kapal Selam TNI AL Buatan Uni Soviet: Tabah Sampai Akhir!
Bagaimana keseharian di dalam kapal-kapal selam pertama yang dimiliki Angkatan Laut Republik Indonesia? Ini kisah heroik awaknya. Tabah sampai akhir!
Bagaimana keseharian di dalam kapal-kapal selam pertama yang dimiliki Angkatan Laut Republik Indonesia? Ini kisah heroik awaknya. Tabah sampai akhir!
Oleh: Hendi Jo
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa saja teknologi informasi yang paling berpengaruh pada sejarah Indonesia? Perkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak. Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia di era modern. Dengan terus berkembangnya teknologi, berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga pekerjaan, mengalami transformasi yang signifikan.
-
Apa yang menjadi cikal bakal sejarah penerbangan sipil di Indonesia? Pesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia. Saat ini, orang-orang bisa menikmati penggunaan transportasi udara yang jauh lebih nyaman dan aman tentunya. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Adanya transportasi udara ini berkat tokoh dan masyarakat terdahulu yang ikut andil dalam menorehkan sejarah penerbangan sipil di Indonesia.
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
Pada bulan Juni 1962, proses transaksi pembelian kapal selam jenis Whiskey (W) antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Uni Soviet telah mencapai kesepakatan. Sebulan kemudian, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) langsung melengkapi armada tempurnya dengan 12 kapal selam W itu.
Sebagai catatan, kapal selam jenis W merupakan salah satu perangkat tempur bawah laut tercanggih di zaman tersebut. Selain dilengkapi homing torpedo tipe SAET-50 yang bisa mencari sasaran secara otomatis, kapal selam itu juga dilengkapi meriam penangkis serangan udara kembar 25 mm, radar, sonar pasif dan snorkel.
Di zaman itu, hanya Uni Soviet dan Indonesia yang memiliki kapal selam kelas W lengkap dengan torpedo canggih-nya. Hal tersebut seolah menjadi tujuan Uni Soviet sendiri yang ingin menguji keunggulan produk mereka di palagan Irian Barat.
"Bila memang dioperasikan, jelas pihak Belanda akan kewalahan, karena torpedo demikian akan mampu melakukan hit terhadap kapal perang atas air," ungkap Atmadji Sumarkidjo dalam bukunya, Mission Accomplished: Misi Pendaratan Pasukan Khusus oleh Kapal Selam Tjandrasa.
Canggih Tapi Gerah
Begitu resmi menjadi milik ALRI, dua belas kapal selam langsung diberi nama yang lebih mengindonesia: KRI Tjakra (401), KRI Nanggala (402), KRI Nagabanda (403), KRI Trisula (404), KRI Nagarangsang (405), KRI Tjandrasa (406), KRI Alugoro (407), KRI Tjumandani (408), KRI Widjajadanu (409), KRI Pasopati (410), KRI Hendradjala (411) dan KRI Bramastra (412).
Untuk mengetahui seluk-beluk alat tempur bawah laut terbaru milik ALRI itu, harian Berita Yudha mengirimkan jurnalis-nya bernama Sunario Sunarsal untuk mengikuti tiga operasi yang dilakukan tiga kapal selam W itu.
Masing-masing KRI Nanggala pada Desember 1961, KRI Tjudamani pada Agustus 1963 dan KRI Bramastra pada Juni 1966.
Liputan khusus itu pernah ditulis dalam buku Sewindu Komando Djenis Kapal Selam, 12 September 1967 yang diterbitkan oleh Seksi Buku Panitia HUT Sewindu Komando Djenis Kapal Selam.
Menurut Sunario, kendati memiliki peralatan canggih, sejatinya kapal-kapal selam kelas W itu tidak dirancang untuk beroperasi di wilayah tropis yang panas. Karena itu wajar jika di dalam lambungnya, alih-alih pendingin udara, yang ada justru alat pemanas (dari listrik hingga uap). Tentunya suasana gerah sangat terasa sekali, kendati putaran kipas angin sudah diarahkan fokus ke tubuh para penumpangnya.
"Peluh tetap mengalir deras seperti kain cucian yang diperas," ungkap Sunario.
Ikan Asin
Jangan pernah berharap bisa mandi di kapal selam W itu. Ketika para prajurit mendapat tugas berlayar selama sebulan, maka sebulan pula mereka harus siap tidak mandi sama sekali.
Air tawar sangat dihemat dan khusus untuk minum dan memasak makanan saja. Kadang-kadang kalau tidak kebagian air, kumur-kumur pun dilakukan dengan secangkir teh atau kopi.
Mandi secara 'normal' baru bisa dilakukan ketika kapal selam naik ke permukaan laut. Itu pun kalau di laut tengah turun hujan. Tak jarang saat 'mandi' itu para awak kapal selam harus menahan tamparan keras angin laut.
Di atas anjungan itu pula, kesenangan sejenak bisa didapat oleh para awak. Mereka bisa bebas merokok atau melakukan aktivitas (termasuk salat) tanpa harus dibatasi atap yang pengap. Tepat di bawah anjungan terletak ruangan toilet untuk sekadar buang air kecil dan air besar. Semuanya serba 'otomatis' karena langsung disalurkan ke laut.
"Untuk membersihkan sehabis buang hajat cukup mengambil lidah ombak yang menampar dari arah kiri,kanan dan bawah," kenang Sunario.
Karena sebagian besar keperluan hajat menggunakan air laut, para awak menjuluki diri mereka sebagai 'ikan asin'. Terlebih jika mereka tidak pernah mandi selama berminggu-minggu. Pengaruh garam dari air laut pun sangat terasa dan menimbulkan aroma yang seperti bau ikan laut. Namun karena sudah biasa, hal-hal tersebut sama sekali tak diindahkan.
Makan dan Tidur di Kapal Selam
Lalu bagaimana dengan tidur mereka? Di dalam kapal selam kelas W, tidur bisa dilakukan di mana saja. Kecuali bagi komandan yang ditempatkan khusus di sebuah kabin kecil ukuran 1,5x2 meter. Biasanya para awak akan tertidur di tempat di mana mereka tengah ditugaskan. Asal badan bisa diletakan meskipun kaki tidak bisa berselonjor.
"Tak jarang para awak tidur di gang-gang antar ruangan, bahkan para awak yang melayani torpedo, mereka bisa tidur lelap sambil memeluk senjata-senjata kesayangannya," tutur Sunario.
Di dalam kapal selam, waktu makan merupakan satu-satunya kegiatan yang ditunggu-tunggu. Kendati makanan kadang diolah seadanya, bahkan kadang tak jelas rasanya.
Hal tersebut masih enak jika persediaan makanan segar (buah-buahan, sayur mayor dan daging) masih tersedia. Sebaliknya jika persediaan sudah habis, maka tak ada cara lain kecuali harus menyantap makanan serba instan.
"Pokoknya perut diisi tidak peduli bagaimana rasanya, yang penting jangan lupa minum pil vitamin," ungkap Sunario.
Tabah Sampai Akhir
Apabila ada perintah menyelam, maka semua pintu kedap ditutup. Setiap komando dan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan interkom, telepon lokal dan pipa suara. Berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain tidak bisa dilakukan seenaknya, harus seizin komando sentral.
Kalau sudah ada dalam posisi tempur, dilarang keras untuk berbicara kecuali komandan dan mereka yang bertugas untuk melaporkan data-data kapal musuh yang tengah diburu dan diintai.
Hebatnya, semua 'penderitaan' itu dijalankan secara tulus oleh semua awak kapal selam. Tak ada satu pun dari mereka yang mengeluh terlebih frustasi.
Semua tugas mereka jalankan dengan berpegang teguh kepada motto Korps Hiu Kencana: Tabah sampai akhir!