Masih Pakai Baju Olahraga, Benny Moerdani Bubarkan Pertikaian Kopassus vs Marinir
Terlihat ada anggota yang ragu, dengan sigap didorong Benny, naik ke atas kendaraannya masing-masing. Mereka diminta kembali ke Cijantung.
Pada tahun 1964, terjadi pertikaian antara dua satuan elit militer yakni Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) sekarang menjadi Kopassus dengan anggota Korps Komando Operasi (KKO) sekarang disebut Marinir.
Saat itu Komandan Batalyon I RPKAD Mayor Benny Moerdani baru pulang main tenis. Dia melihat rombongan menggunakan tanpa seragam dan menaiki truk. Setelah diamati, Benny meyakini itu bukanlah anak buahnya dari Batalyon 1.
-
Apa yang dilakukan Kapten Benny Moerdani selama Operasi Naga? Berkali-kali Benny dan Pasukan Naga terlibat baku tembak dengan Koninklijk Marine atau Marinir Belanda di belantara Papua.
-
Apa yang membuat Presiden Soeharto marah kepada Jenderal Benny Moerdani? Benny Mengaku Soeharto Sangat Marah Ketika Dia Berani Membahas Masalah Anak-Anaknya Menurut Laksamana Sudomo, hanya Benny pula yang berani menyarankan untuk mundur sebagai Presiden setelah 20 tahun menjabat.
-
Bagaimana Jenderal Benny Moerdani menjalankan tugasnya sebagai Panglima ABRI? Selalu di belakang layar. Benny Moerdani Nyaris Tak Punya Pengalaman Bidang Teritorial Namun saat Orde Baru, memilih Panglima ABRI benar-benar menjadi hak prerogatif seorang Presiden Soeharto.Benny pun dilantik menjadi Panglima tahun 1983 menggantikan Jenderal M Jusuf.
-
Apa yang diungkapkan Moro Kogoya kepada prajurit Kopassus? Panglima Perang Suku Dani yang berasal dari Distrik Tingginambut, Moro Kogoya ungkap terjadinya perang. Ia membeberkan adanya perang tersebut kepada prajurit Kopassus bernama Riski Vivian yang kerap disapa Revi.
-
Bagaimana Kapten Benny Moerdani mendapatkan kenaikan pangkat di tengah operasi? Seorang perwira RPKAD yang diterjunkan dalam misi selanjutnya membawa tanda pangkat mayor untuk Benny. Di tengah hutan pangkat itu disematkan.
-
Siapa yang menggantikan Jenderal Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI? Benny Dicopot Seminggu Sebelum Sidang Umum MPR Tahun 1988 Dia digantikan Jenderal try Sutrisno.
Benny memutuskan untuk masuk ke asrama RPKAD. Sampai akhirnya ada seorang petugas piket berteriak bahwa rombongan Batalyon II tadi akan menyusul rombongan Batalyon I yang sudah keluar lebih dulu.
Mendengar anak buahnya keluar tanpa izin, Benny merasakan ada yang tidak beres. Tanpa pikir panjang Benny segera mengikuti iring-iringan liar dari kejauhan. Benny penasaran apa alasan anak buahnya melanggar prosedur militer, keluar tanpa izin.
Iring-iringan liar itu berhenti di sekitaran Pasar Senen. Nampak para anggota RPKAD berpakaian sipil saling berloncatan. Mereka berlarian menuju arah simpang lima Senen. Benny memberhentikan jipnya dan bertanya pada warga sekitar, apa yang sedang terjadi.
“Wah, kacau pak, RPKAD gontok-gontokan dengan Tjakrabirawa,” jawab warga yang sedang ikut berkerumun di pinggir jalan.
Benny segera mengambil keputusan turun dari jipnya dan berjalan menembus kerumunan, berjalan kaki mengikuti salah seorang yang terluka menuju Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.
Dokter RSPAD, Dr. Ben Mboi yang bertugas saat itu, menjelaskan duduk perkara keributan kepada Benny. Keributan tersebut terjadi karena saat latihan bersama mereka saling ejek-mengejek, kemudian berlanjut perkelahian massal.
Benny Bubarkan Pasukan
Setelah tahu gambaran apa yang sedang terjadi, tanpa ragu Benny berjalan kaki menuju asrama KKO di Kwini. Satu-satunya pikiran yang muncul di kepala Benny saat itu adalah harus menghentikan perselisihan sebelum meluas.
Dengan pakaian tenisnya, Benny melenggang masuk dengan mudahnya ke dalam Asrama KKO karena kebetulan yang berjaga adalah bekas anak buahnya saat operasi di Irian Barat.
Kebetulan kembali terulang, yang Benny temui adalah Mayor Saminu kenalan lamanya sama-sama dari Solo.
“Piye iki, kok malah dadi ngene kabeh ben. (Bagaimana ini, koq jadi seperti ini semua ben).” Ucap Mayor Saminu saat berhadapan dengan Benny.
“Sudahlah, jaga saja pasukanmu agar jangan keluar asrama. Saya akan tertibkan anak-anak. Kalau kamu diserang, ya sudah silahkan, mau ditembak atau apa, terserah saja. Tapi, saya minta jangan ada anggotamu sampai keluar asrama.” Jawab Benny.
Disamping Benny sedang berbincang dengan Mayor Saminu di dalam Asrama KKO, isu bahwa dia tertangkap oleh KKO tersebar dengan cepat dikalangan anak buahnya.
Mendengar berita bahwa Benny tertangkap, anak buahnya segera rebutan menduduki asrama perawat putri RSPAD yang berada persis di samping Kwini. Dari lantai atas asrama perawat tersebut, sepucuk Bazooka siap ditembakan, tepat mengarah ke dalam asrama KKO.
Sambil menunggu datangnya perintah tembak, entah oleh siapa nanti akan diberikan, para anggota RPKAD tadi tidak melihat seorangpun anggota KKO muncul. Tetapi dari kejauhan, malahan nampak Benny yang melenggang keluar meninggalkan Kwini.
“Sudah, sudahlah pulang kalian semua…” teriak Benny sambil melambaikan tangan.
Atas perintah Benny, semua anggota RPKAD tanpa seragam tapi membawa aneka macam senjata, untuk mundur dari wilayah sekeliling Kwini.
Terlihat ada anggota yang ragu, dengan sigap didorong Benny, naik ke atas kendaraannya masing-masing. Mereka diminta kembali ke Cijantung.
Gara-gara Seseorang Berpakaian Olahraga
Warga yang berada di pinggir jalan heran melihat tontonan itu. Pertempuran kedua pasukan elite semula dikhawatirkan meletus, mendadak berakhir begitu saja tanpa ribut, setelah seseorang berpakaian olahraga memerintahkan pasukan RPKAD naik kembali ke atas truk.
Insiden berdarah antara pasukan RPKAD melawan kesatuan Tjakrabirawa dari unsur KKO ini memang langsung bisa ditangani oleh Benny. Namun, laporan rinci tentang kejadian hari itu segera dibicarakan di tingkat atas. Benny Moerdani diharuskan untuk melapor ke Markas Garnizun Jakarta.
Di Markas Garnizun, Benny kembali bertemu dengan Mayor KKO Saminu yang didampingi oleh Komandan Resimen Tjakrabirawa, Kolonel Moh. Sabur. Kedua komandan tersebut diminta untuk berdamai. Sebagai tanda perdamaian, kedua anggota kesatuan militer elite tersebut mengikuti malam keakraban di Gedung Bulutangkis, Senayan.
“Baru pada malam itulah, untuk pertama kalinya saya berkesempatan menyaksikan permainan Bagio dan kawan-kawannya.” Kenang Benny yang ditulis Julius Pour dalam buku Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan.
Reporter Magang: Ita Rosyanti