Neraka Kerusuhan Mei & Kelompok Misterius Pembakar Plaza Klender
Banyak orang yang tewas dalam kejadian pembakaran dan penjarahan di Yogya Plaza Klender itu. Mereka tak bisa meloloskan diri.
Jakarta terkubur dalam api selama tiga hari dalam kerusuhan Mei 1998. Banyak misteri tak terjawab hingga kini.
Oleh: Hendi Jo
-
Apa yang terjadi pada tanggal 11 Mei 1997? Pada 11 Mei 1997, Deep Blue, yang dikembangkan oleh IBM, berhasil memenangkan pertandingan melawan Garry Kasparov, dan mencatatkan sejarah sebagai komputer pertama yang mengalahkan juara dunia catur.
-
Kapan Wanda Hamidah terlibat dalam kerusuhan Mei 1998? Wanda juga termasuk mahasiswi yang ikutan terjun ke lapangan saat Kerusuhan Mei 1998.
-
Apa yang menjadikan Pemilu 2004 bersejarah bagi Indonesia? Pemilu 2004 adalah pemilu yang bersejarah bagi Indonesia. Karena untuk pertama kalinya, rakyat dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden mereka, tanpa campur tangan dari lembaga perwakilan.
-
Apa yang dilakukan Diah Permatasari dan suaminya pada tahun 1997? Gambar ini diambil ketika Diah Permatasari bersama suaminya merayakan Hari Valentine pada tahun 1997 yang lalu. Kini, gambar tersebut telah berusia 24 tahun. 2 Terlihat Diah Permatasari dan suaminya pada masa itu, keduanya terlihat masih muda dan baru saja menikah. Seperti yang kita ketahui, pernikahan mereka terjadi pada tahun 1997 yang lalu.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Apa yang diikrarkan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Hasilnya yakni berupa ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.
Masih segar dalam ingatan Dien Rambe (50) suasana pagi itu. Suara tangis memecah pilu bersanding dengan teriakan takbir membahana saat empat jenazah mahasiswa yang meninggal tertembak mulai meninggalkan Gedung Rektorat Universitas Trisakti.
Nyaris semua wajah terlihat sangat emosional. Selain mahasiswa Universitas Trisakti, mereka yang hadir adalah para tokoh oposisi dan mahasiswa dari kampus-kampus Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor.
"Merinding bulu kuduk saya mendengar dan melihat suasana seperti itu," ujar alumni Universitas Nasional Jakarta itu.
Begitu rombongan sampai di luar, sambutan histeris kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh masyarakat yang berkumpul di sekitar kampus Universitas Trisakti.
Tidak cukup dengan tangisan, beberapa orang terlihat meneriaki aparat keamanan dengan kata-kata kasar.
Kerusuhan Pecah di Grogol
Belum setengah jam rombongan jenazah berlalu, kawasan Grogol mulai disengat rasa marah. Beberapa anak muda terlihat menghancurkan pot-pot bunga di pinggir jalan, sebagian lagi secara beramai-ramai mencabut tanda rambu lalu-lintas kemudian melemparkannya ke tengah jalan.
Pengalaman Dien, nyaris sama dengan apa yang dilihat Richard Lloyd Parry siang itu. Untuk kedua kali, jurnalis Inggris tersebut kembali menjadi saksi saat massa di kawasan Grogol mulai mengamuk dan membentuk kerusuhan masif.
Parry mengisahkan ada ratusan orang yang mondar-mandir di jalanan, depan kampus. Dengan suara keras, mereka memanggil para mahasiswa untuk segera bergabung.
"Keluar! Ayo kita balas dendam kepada aparat!" teriak mereka seperti dikisahkan Parry dalam In the Time of Madness: Indonesia on the Edge of Chaos.
Dalam beberapa jam, persimpangan jalan dekat Universitas Trisakti dijejali oleh ribuan orang. Menurut Parry, dia juga melihat kehadiran kelompok-kelompok keluarga yang terdiri dari perempuan dan anak-anak kecil di sana sini.
Penduduk kampung yang ada di kawasan itu telah bercampur dengan para pekerja kantor yang berpenampilan rapi atau berseragam perusahaan.
Penjarahan Dimulai
Aksi massa dimulai dengan penjarahan dan pembakaran sebuah pompa bensin. Asap hitam membumbung ke angkasa, ketika muncul orang-orang yang membawa bom molotov berisi minyak tanah atau bensin di tangan mereka.
Ada memang petugas polisi dan tentara. Tetapi jumlah mereka terlampau sedikit. Sangat tidak seimbang dengan massa yang setiap jam semakin bertambah dan bertambah.
Massa kemudian merangsek ke sebuah kantor bank: melempari dan menjarah isinya lalu membawa lari komputer-komputer ke jalanan untuk dibakar.
Kerusuhan dimulai dari Jalan Kiyai Tapa di Grogol, Jalan Daan Mogot, Jalan S.Parman, kemudian meluas ke wilayah lain menjelang siang hari.
Di beberapa pusat perbelanjaan seperti kawasan elektronik Glodok dan Mangga Dua, penjarahan berlangsung secara brutal. Bukan hanya barang-barang saja yang disasar tetapi juga para pemilik toko diperas, dianiaya bahkan dibunuh. Jakarta perlahan menjadi neraka sejak siang itu.
Jakarta Terbakar Perusuh
Malam tanggal 13 Mei 1998, di beberapa titik kerusuhan masih berlangsung hingga besok harinya. Alih-alih berhenti, penjarahan semakin menggila. Sepanjang Matraman hingga Jatinegara, massa juga berupaya untuk membakar toko-toko. Namun tidak sempat terjadi karena berhasil dicegah warga.
Mereka hanya berhasil merusak beberapa gedung dan menjarah isi Gedung Fuji yang terdiri dari mesin fotocopy, kamera dan barang-barang elektronik.
Sementara itu Mal Ramayana di kawasan Jatinegara selamat dari upaya pembakaran dan penjarahan. Kendati sempat didatangi sekelompok massa, namun warga sekitar wilayah itu menjaga-nya secara ketat. Alih-alih ikut menjarah, mereka malah bisa mengusir para pelaku kerusuhan ke arah Matraman.
"Mungkin massa itulah yang kemudian merusak Gedung Fuji dan menjarah isinya," ungkap Djajuli (62), salah seorang warga Jatinegara.
Penjarahan di Klender
Di wilayah Klender, kerusuhan dimulai dengan datangnya sekelompok massa yang mendatangi Yogya Plaza Klender pada 15 Mei 1998 jam 13.00. Yovie Mustika masih ingat bagaimana orang-orang itu secara beringas melempari pusat perbelanjaan tersebut.
Mereka juga berteriak-teriak dengan nada rasis agar warga bergabung dengan aksi mereka.
"Orang-orang itu teriak-teriak. Ayo jarah Yogya! Kita serang dan hancurkan!" tutur lelaki kelahiran tahun 1979 itu.
Provokasi itu tak ayal memancing sebagian warga untuk ikut menjarah. Ratusan orang yang terdiri dari lelaki dan perempuan memasuki Yogya Plaza. Mereka lantas mengangkut keluar apapun yang bisa mereka bawa: makanan, minuman, pensil, buku, alat-alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.
"Saya melihat tetangga saya yang seorang remaja ikut menjarah juga. Saya sempat marahi dia untuk tidak melakukan itu," ungkap lelaki yang saat itu berprofesi sebagai sopir bus kota.
Misteri Kelompok Misterius Berbadan Tegap
Seperti Yovie, sebagian warga asli kawasan tersebut, berupaya untuk mencegah terjadinya penjarahan. Namun upaya tersebut sia-sia belaka. Dalam situasi tersebut, tiba-tiba datang sekelompok lelaki berbadan tegap. Tak diketahui siapa dan dari mana mereka.
Mereka membawa jerigen bensin, menumpahkannya di tumpukan kasur dan pakaian yang berserak di bagian tengah mal lantas menyulutnya dengan korek api. Maka berkobarlah api menutupi hampir seluruh ruangan lantai satu.
"Sementara di lantai atas, masih banyak orang-orang yang lagi mengangkut barang," kenang Yovie.
Akibatnya, ratusan orang yang terjebak di lantai atas panik. Para penjarah berupaya dengan berbagai cara untuk keluar dari mal tersebut. Ada yang berusaha menghancurkan dinding kaca bahkan ada beberapa remaja yang nekad melompat dari lantai atas.
Usaha itu jelas sia-sia, api tetap menyambar dan menghabisi mereka, sementara anak-anak muda yang nekad terjun bebas pun semuanya tak selamat.
Banyak orang yang tewas dalam kejadian pembakaran dan penjarahan di Yogya Plaza Klender itu.
Menurut data yang dilansir Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), jumlahnya mencapai 488 orang. Demikian seperti dicatat dalam Detik-Detik Terjadinya Kerusuhan Mei 1998 yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Analisa Tempo.