Presiden Sukarno Pernah Marah Besar di Gedung Putih, ini Penyebabnya
Presiden Sukarno pernah marah besar di Gedung Putih. Bung Karno merasa harga dirinya diinjak-injak saat berkunjung ke Amerika Serikat.
Presiden Sukarno pernah marah besar di Gedung Putih. Bung Karno merasa harga dirinya diinjak-injak saat berkunjung ke Amerika Serikat.
Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1950-an. Awalnya, Sukarno dijadwalkan menemui Presiden Eisenhower tepat pukul 10.00 pagi di Gedung Putih. Pada pukul 09.58 Sukarno sudah tiba di tempat pertemuan. Pukul 10.00, Sukarno tersenyum lebar menunggu Eisenhower.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Di mana Soekarno belajar untuk memimpin? Soekarno, yang tinggal di Surabaya pada era 1920-an, belajar untuk menundukkan hati rakyat dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam melawan penjajah serta mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pukul 10.10, Sukarno masih tenang. Pukul 10.25, Eisenhower belum datang. Sukarno mulai tegang dan tak mau bicara. Pukul 10.30, meledaklah amarahnya. Protokoler Presiden AS dimarahi.
Cerita itu dituturkan ajudan Sukarno, Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
"Apa-apaan ini, kalian yang menetapkan pertemuan pukul 10.00, hingga pukul 10.30 Presiden kalian belum datang juga!"
"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Sukarno dengan marah.
Merasa Direndahkan Eisenhower
Dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, Sukarno menggambarkan sikap Eisenhower sungguh tidak menghargainya. Baru setelah Sukarno marah, dan protokoler Gedung putih tergopoh-gopoh, akhirnya Eisenhower keluar untuk menerima Presiden RI.
"Dia tidak meminta maaf. Bahkan tidak berusaha memintanya ketika akhirnya aku diantarnya masuk," kenang Bung Karno.
Bung Karno juga kesal ketika Eisenhower tidak mengunjungi Jakarta saat dia sudah berada di Manila. Padahal sudah berkali-kali Bung Karno mengirimkan undangan untuk berkunjung ke Indonesia. Ini dianggap penghinaan.
"Ketika dia berada di Manila, boleh dikata sudah berada di depan pintu rumahku, dia menolak untuk singgah di Jakarta," kata Bung Karno.
Beda dengan Kennedy
Tidak semua presiden Amerika Serikat membuat Bung Karno kesal. John F Kennedy dianggap sebagai sahabat.
"Presiden Kennedy dapat memahamiku. Dia mendekatiku secara langsung dan hangat," beber Bung Karno.
Saat Bung Besar berkunjung ke AS, Kennedy mengajaknya terbang berkeliling dengan helikopter kepresidenan AS. Tak cuma itu, Kennedy juga menawarkan apa Bung Karno mau helikopter seperti itu. Sambutan tersebut rupanya sangat berkesan untuk Bung Karno.
"Sampai sekarang helikopter itu masih ada padaku," kata Sukarno.
Sukarno sangat gembira saat Kennedy berjanji akan datang pada musim semi 1964 ke Jakarta. Dia memerintahkan untuk membangun sebuah ruangan khusus di Istana untuk menyambut presiden AS tersebut. Sayang, Kennedy kemudian ditembak hingga tewas dan tidak pernah bisa datang ke Indonesia.
"Seandainya Kennedy masih hidup, kedua negara mungkin tidak akan berseberangan sejauh ini," tutupnya.