Soeharto Marah, Jenderal Benny Moerdani Colek Harmoko: Laksanakan Saja, Ini Perintah
Sang Jenderal ABRI memberi anggukan untuk meyakinkan Harmoko bahwa yang dia lakukan sudah tepat dan benar.
Sore hari pada Oktober 1985. Menteri Penerangan Harmoko dipanggil menghadap Presiden Soeharto ke jalan Cendana untuk membicarakan persoalan surat kabar Sinar Harapan.
Pertemuan tersebut juga dihadiri Menteri Sekretaris Negara Sudharmono dan Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani. Baru saja Harmoko duduk, Presiden Soeharto sudah langsung menunjukkan koran Sinar Harapan kehadapannya.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
"Saudara Harmoko sudah baca ini?" tanya Soeharto seperti ditulis dalam Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat Ke Gerbang Reformasi.
Harmoko menjawab pertanyaan Soeharto dengan penuh keyakinan. Setelahnya, dia menceritakan semua duduk permasalahan yang terjadi mengenai surat kabar tersebut. Namun, belum selesai Harmoko menjelaskan persoalannya Presiden Soeharto langsung memberi instruksi.
"Ya, tapi cara begini tidak bisa. Ini sudah menyalahi UU pers. Selesaikan sesuai peraturan, ditutup!" tegas Soeharto kepada Harmoko.
Mendengar itu Harmoko merasa tidak enak hati untuk langsung mengiyakan. Terlebih, latar belakangnya sebagai seorang wartawan. Sehingga dia paham betul apa yang akan dirasakan kawan-kawan wartawan apabila surat kabar tempat mereka berteduh ditutup.
Harmoko menoleh kepada Panglima ABRI Jenderal Benny. Dia berharap sang Jenderal bantu meyakinkannya tentang yang dikatakan. Sang Jenderal memberikan isyarat dengan mencolek-colek tanda bahwa Harmoko harus mengiyakan saja perintah dari pimpinan.
"Baik. Kalau itu memang sudah keputusan Bapak, selaku pembantu Bapak, saya akan melaksanakannya," kata Harmoko dengan berat hati.
Setelah Harmoko mengucapkan itu, Sang Jenderal ABRI memberi anggukan untuk meyakinkan Harmoko bahwa yang dia lakukan sudah tepat dan benar.
"Sudahlah Pak Harmoko, laksanakan saja. Ini perintah," Bisik Jenderal ABRI Benny Moerdani.
Solusi ala Harmoko
Harmoko yang berlatar belakang pers tentunya merasa keberatan. Perintah untuk menutup suatu surat kabar bukan hal yang mudah. Karena dia tahu, di balik satu nama surat kabar banyak orang-orang yang bergantung di dalamnya, para wartawan, karyawan penerbitan dan percetakan, serta para keluarganya.
Malam hari, Harmoko mengundang pengelola Sinar Harapan, Rorimpandey dan Subagyo. Hadir pula Jakob Oetama sebagai perwakilan Dewan Pers untuk membicarakan kelanjutan dari persoalan Sinar Harapan.
Dengan berat hati Harmoko memberitahukan bahwa SIUPP (Surat Izin Penerbitan Pers) Sinar Harapan atas perintah Presiden Soeharto harus dilaksanakan.
Tetapi di samping itu, Harmoko tidak ingin surat kabar tersebut ditutup. Harmoko meminta para pemimpin Sinar Harapan segera membentuk wadah baru demi para wartawan dan karyawan.
"Tolong, usahakan bikin wadah baru. Deppen akan memberi SIUPP. Mulai sekarang, coba dipikirkan siapa yang akan menjadi pemimpin umum dan pemimpin redaksi di media baru nanti," usul Harmoko.
Usulan Harmoko tersebut dilaksanakan, Sinar Harapan membuat wadah baru menjadi Suara Pembaruan dengan Albert Hasibuan sebagai pemimpin umum.
Pencabutan SIUPP yang dilakukan oleh Presiden Soeharto terhadap surat kabar Sinar Harapan dikarenakan tulisan-tulisan yang dimuat di dalamnya. Sinar Harapan dengan vokal memberitakan mengenai kebijakan ekonomi negara. Tajuk berita utamanya berjudul 'Pemerintah Akan Cabut 44 SK Tata Niaga Bidang Impor'.
Berita tersebutlah yang kemudian membuat pemerintahan Soeharto gerah dan 'menutup paksa' surat kabar Sinar Harapan. Karena pemerintah tidak menginginkan masyarakat resah dan terjadi kekisruhan dengan pemberitaan yang dimuat Sinar Harapan.
Reporter Magang: Ita Rosyanti